Catatan Farisi Aris*
Dinamika dan proses politik Pilkada Sumenep semakin seru. Bagi saya yang penikmat. Bagi elite berkepentingan, ini adalah masa-masa memanasnya. Di mana kuda-kuda harus dipasang dengan kuatnya. Agar tak roboh di tengah pertarungan.
Sebagai bagian dari strategi politik, sebagian paslon sudah meng-update visi-misinya. Ini bagus. Perlu dikembangkan.
Untuk hari ini, saya mengapresiasi bagi paslon yang sudah mulai memperkenalkan visi-misinya ke publik. Sebab, hal ini adalah salah satu langkah penting bagi para paslon agar masyarakat tahu akan dibawa ke mana kepemimpinannya esok jika sukses menjadi Bupati dan Wakil Bupati Sumenep.
Karena itu, dalam mengambil visi-misi, catatan dari saya para paslon harus benar-benar menghayati guna menghasilkan visi-misi yang bermutu. Harus berdasarkan analisis lapangan sehingga visi-misinya betul-betul berdampak pada kehidupan sosial-politik Sumenep ke depan.
Apa yang hari ini menjadi masalah serius bagi Sumenep, harus diakomodasi dan dimunculkan solusinya dalam sebaris visi-misi untuk ditindaklanjuti. Bukan sekadar diumbar sebagai janji-janji.
Untuk itu, dalam hemat penulis, penting bagi para paslon di samping punya konsultan politik. Konsultan yang membidangi visi-misi juga harus punya. Harapannya, agar visi-misi yang ditawarkan bukanlah visi-misi yang berangkat dari ruang kosong. Yang hanya dijadikan sebagai alat peraga kampanye.
Pada konteks visi-misi, para paslon memang harus berserius. Sebab, jika sudah tak serius dalam bervisi-misi, bagaimana bisa serius memimpin Sumenep ke depan? Hal ini, harus menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kita.
Sebab, sejauh ini, dalam setiap perhelatan Pemilu, visi-misi nampaknya tak diseriusi sama sekali. Padahal, ia adalah sesuatu yang sakral yang bisa dijadikan jurus ampuh untuk membangun suatu daerah. Minimal, sebagai fondasi perjuangan.
Karena itu, marilah hentikan drama visi-misi ini. Berseriuslah. Untuk Sumenep berkemajuan. Munculkan visi-misi yang bermutu. Bagus dan betul-betul bisa menjawab apa yang sedang menjadi momok dan problem sosial, ekonomi, dan kebudayaan Sumenep.
Bukan visi-misi hasil copy paste (Copas) dari tahun ke tahun. Mewarisi. Yang barang tentu sudah tak relevan dengan berbagai masalah yang kita hadapi hari ini dan di masa depan.
Konflik Agraria dan Kemiskinan.
Dalam hemat saya, konflik agraria dan kemiskinan yang tak kunjung teratasi penting untuk diakomodasikan dalam visi-misi paslon. Itu pun jika para paslon masih percaya bahwa visi-misi itu punya nilai sakral tersendiri di dalamnya. Jika tidak, terserah!
Konflik agraria dan kemiskinan yang dialami masyarakat Sumenep hari ini, jika tak segera diatasi, berpotensi menciptakan ketimpangan sosial berkepanjangan.
Untuk saat ini, para pemodal asing itu telah banyak merajai tanah-tanah masyarakat Sumenep, yang secara perspektif berkepanjangan, itu berbahaya. Sebab, itu sama halnya dengan memberi peluang bagi para kapital untuk menguasai Sumenep secara perlahan.
Dan, berbarengan dengan kondisi kemiskinan masyarakat yang akut, peluang para kapital untuk mengusai tanah-tanah masyarakat Sumenep akan semakin besar. Yang, jika hal itu terjadi, maka bersiaplah untuk terasing di negeri sendiri.
Sekali lagi, soal konflik agraria dan problem kemiskinan yang menimpa Sumenep ini penting untuk diakomodasi dalam sejumlah visi-misi yang berkelanjutan. Dan, ditindaklanjuti dengan program.
Jika, beberapa tahun ke depan dan seterusnya kita masih ingin melihat Sumenep ini lestari dengan segala keunikan dan kebudayaannya yang khas di hari esok. Dalam artian, masih di tangan sendiri. Bukan di tangan asing. Jika tidak, terserah! Terus. Ndak usah konsultan-konsultanan.
*) Esais, Penikmat Politik
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply