Catatan
Kiai Ma’ruf, Figur yang Tawadhu’
Catatan: F. Rois*
Bahwa beliau seorang figur yang lembut dan tawadhu', saya termasuk orang yang menyaksikan itu semua. Saya diperkenalkan oleh Allah SWT kepada beliau mulai saya duduk di bangku MA Nasya’tul Muta’allimin antara 1993-1996.
Beliau mengajar materi Geografi. Sesekali teman saya menguap dengan suara yang mengganggu KBM. Suara itu mungkin menunjukkan rasa ngantuk, mungkin pula ajakan kepada guru untuk mengakhiri KBM. Entah yang mana yang dimaksud oleh teman saya itu, saya tidak tahu. Soalnya, teman saya bukan saya (kikikikkikkk).
Menanggapi kenakalan itu, Pak Haji Ma’ruf (begitu dulu kami memanggil) hanya bilang, "jha' adha'ar nase' baruy".
Hahaha....
Skor 1-1
Waktu saya masih sekolah di Nasy’atul Muta’allimin, suatu hari, saya ada perlu di Pasar Gapura. Pas saya berdiri di depan toko Ananda, saya melihat Kiai Ma’ruf naik sepeda ontel dari arah barat.
Setelah beliau melihat saya, muridnya, beliau turun dari sepedanya. Seorang Kiai Ma’ruf turun dari sepedanya di tempat yang ramai hanya untuk seorang saya, padahal saya ini muridnya.
Subhanallah!
Semoga Allah mengkafaninya dengan sutera pengampunan dan menyirami pusaranya dengan hujan kasih sayang-Nya, dan mempertemukannya dengan para muassis NU yang selama ini dirawatnya. Amin.
*Muridnya, F. Rois | mengabdi di NU sebagai Sekretaris Lembaga Falakiyah PCNU Sumenep dan Sekretaris Lembaga Dakwah MWC NU Gapura.
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply