matamaduranews.com-BANGKALAN-Kasus pencabulan yang menimpa gadis belia asal Kecamatan Tanjung Bumi, sebut saja Mawar, mendapat perhatian khusus dari Dr. Mutmainnah, psikolog asal Bangkalan.
Siswi lulusan SD berusia 15 tahun itu kini harus mengandung bayi dari benih kakak iparnya sendiri usai dirudapaksa di dalam kamar rumah terduga pelaku.
Dalam masa proses pelaporan pada pihak kepolisian, mulai dari visum sampai BAP, Dr. Mutmainnah mendampingi Mawar.
"Sudah kita dampingi mulai dari visum dan BAP," kata Dr. Mutmainnah pada Mata Madura, Selasa (1/09/2020).
Usai visum dan BAP tadi siang, Dr. Mutmainnah juga sudah menelepon pada keluarga Mawar untuk memberikan penguatan dan pengarahan agar anak tersebut jangan dimarahi dan dikucilkan.
"Kasusnya ini agar tak sama seperti yang di Kokop, korban down, psikisnya melemah. Akhirnya nanti berbuat di luar batas. Maka korban ini sangat membutuhkan dukungan, utamanya keluarga," ungkapnya.
Baca Juga:Â Gadis Lulusan SD di Bangkalan, Diperkosa Kakak Ipar Hingga Hamil
Koordinator Pendamping Psikologi Unit Perempuan dan Anak (PPPA) Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) KBP3A Bangkalan itu, menegaskan orang sekitar dan teman juga harus mendukung korban dan terus memberikan motivasi.
"Mereka sendiri (keluarga dan teman dekat, red) tidak boleh menyalahkan, karena si korban ini bisa rentan psikologisnya. Jika alami trauma panjang rentan keinginan bunuh diri muncul," jelas Dr. Mutmainnah.
Kata dia, segala bentuk kekerasan seksual terhadap anak, pasti akan memberikan dampak negatif seperti trauma fisik, psikis dan kesulitan dalam berelasi sosial.
Namun, kekerasan seksual yang dialami anak-anak tidak selalu menimbulkan dampak secara langsung. Sebab, pemahaman seorang anak pada peristiwa yang dialaminya berbeda-beda.
"Jika tidak segera ditangani dengan baik, maka akan berdampak pada perkembangan dan tumbuh kembang anak-anak di masa depan," ujar Dr. Mutmainnah.
Baca Juga: Kerabat Ortu Minta Polisi Bangkalan Usut Tuntas Kasus Gadis Lulusan SD yang Diperkosa Hingga Hamil
Untuk itu, mereka (para korban) membutuhkan proses pemulihan dan pemantauan kondisi emosi serta perilaku pasca peristiwa tersebut terjadi.
"Terus di-save, dijaga, dipantau terus si korban. Jika korban merasa kesepian, kasian di korban. Ibarat sudah jatuh masih tertimpa tangga," imbuh psikolog cantik itu.
Dr. Mutmainnah berharap, semoga korban bisa kembali ke masyarakat dengan baik. Karena pada hakikatnya, semua orang tidak ingin jadi korban. Semuanya menginginkan kehidupannya dilalui dengan baik.
Jika si korban kondisinya masih down, Mutmainnah sudah beritahu pada keluarga bahwa pihaknya siap mendampingi untuk ditaruh di rumah shelter sementara.
"Ini ujian untuk korban. Allah menguji setiap manusia berbeda, maka jangan diuji lagi oleh kita dengan mencibir korban," tandasnya.
Syaiful, Mata Madura
Write your comment
Cancel Reply