matamaduranews.com-BANGKALAN-Sebelum Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) datang untuk mengeksplorasi kandungan Migas di area Pantai Utara Bangkalan. Banyak terumbu karang di pesisir pantai Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Madura yang rusak. Selain itu, sekitar 17,5 hektare lahan mangrove di area itu mengalami kerusakan. Hanya tersisa 0,6 Ha yang tanaman mangrove yang dalam kondisi baik. Sejak 2014, suasana pesisir pantai Labuhan Sepulu mulai berubah. PHE WMO datang sambil membenahi lingkungan pesisir pantai Labuhan Sepulu. Penghijauan tanaman mangrove dilakukan. Transplantasi terumbu karang dilakukan. Tak lupa para nelayan setempat ikut dilatih agar bisa terlibat melestarikan lingkungan. Menjaga dari tangan-tangan jahil untuk merusak lingkungan. Dari upaya pembenahan lingkungan itu, terbentuklah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Payung Kuning Labuhan. Ditunjuk sebagai Ketua Pokdarwis Payung Kuning Labuhan adalah Mohammad Sahril. Kata Sahril, sebagai kontraktor Migas. PHE WMO memiliki tanggungjawab sosial setelah bertahun-tahun, terumbu karang di pesisir pantai Labuhan Sepulu mengalami kerusakan. Terumbu karang banyak rusak akibat alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. Setelah melakukan penghijauan mangrove, PHE WMO membentuk Taman Pendidikan Mangrove untuk mengatasi abrasi di lahan mangrove. Kemudian dikembangkan pada program Taman Wisata Laut Labuhan yang berfokus pada konservasi dan transplantasi terumbu karang pada 2017. Sejak 2017 hingga 2021 sebanyak 877 fragmen karang berhasi ditanam oleh Kelompok Sadar Wisata Payung Kuning. Ada dua titik transplantasi terumbu karang, yakni di Pulau Ajaib dengan kedalaman lima meter dan Taman Wisata Laut Terumbu Karang. Menurut Sahril, PHE WMO sengaja mencipta lingkungan pesisir pantai Labuhan Sepulu yang teduh dan asri karena mengusung konsep One Belt One Road (OBOR) Pariwisata Bangkalan sebagai peta menuju kesejahteraan masyarakat. Konsep obor parawisata Bangkalan mulai tampak setelah Eko Wisata Labuhan didatangi banyak pengunjung maupun peneliti lokal hingga internasional. "Pengelola Eko Wisata itu adalah Kelompok Tani Cemara Sejahtera dari Desa Labuan," terang Sahril kepada Mata Madura, Minggu (29/8/2021). Kini Sahril optimis setelah terumbu karang di area pantai Labuhan kembali normal. Lokasi Pantai Labuhan menjadi desa wisata edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam keterangan Sahril, ada empat dimensi utama yang ditekankan dalam OBOR Eco Edu Tourism Bangkalan, yakni lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, Iwan Ridwan Faizal, Manager Relations Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina menjelaskan, pada tahun 2019, PHE WMO telah melakukan pemetaan di Tlangoh yang saat itu menjadi area pantai dengan tumpukan sampah yang begitu banyak. Langkah pembersihan dilakukan bekerjasama dengan kelompok masyarakat sadar wisata sekitar kemudian digelar pelatihan untuk penanaman cemara laut. "Pemerintah Kabupaten Bangkalan bersama Forum komunikasi CSR dilibatkan," terang Iwan melengkapi penjelasan Sahril. Lanjut ia, PHE WMO ke depan akan mengembangkan eco eduwisata di pesisir utara Bangkalan dengan menonjolkan masing-masing potensi desa. "Diharapkan dengan pengembangan yang dilakukan dapat memicu tumbuhnya wisata-wisata baru maupun jasa pendukung lainnya, yang berangkat dari ide, keresahan, masalah maupun potensi kelompok masyarakat sesuai kebutuhan, dan bukan keinginan semata," tutur Ridwan. Menuju ke sana, PHE WMO akan memetakan secara matang fokus masalah dan potensi desa. "Kami juga akan menganalisis kebutuhan masyarakat bukan keinginan dan berkoordinasi dengan pemerintah desa maupun masyarakat setempat. Mereka akan disiapkan pelatihan untuk dapat melaksanakan program," pungkas Iwan. Syaiful, Mata Madura