matamaduranews.com-BANGKALAN-Sebelum korban meninggal dunia. Ada banyak cerita yang dialami korban pemerkosaan bergilir oleh 7 pria.
Berikut perjalanan korban sebelum pemerkosaan, pasca pemerkosaan hingga meninggal dunia.
Kamis Malam (25/6/2020)
Kamis malam (25/6/2020) sekitar jam 20.00 WIB. Korban dijemput dua pria ke rumahnya di Desa Bandang Laok, Kecamatan Kokop, Bangkalan.
Korban diajak berbelanja ke toko modern di Kecamatan Tanjung Bumi.
Usai berbelanja, korban diantar pulang bersama kedua teman lelakinya.
Di tengah jalan, tepatnya di belakang Masjid Desa Bungkeng, Kecamatan Tanjung Bumi, korban dan dua teman lelakinya dicegat oleh 7 pria tak dikenal.
Karena sudah larut malam, 7 pria itu bertanya baik-baik. Dari mana malam-malam keluyuran.
Setelah dijawab, 7 pria itu membiarkan pergi.
Kepergiannya dibuntuti oleh 7 pria itu. Tiba di dekat semak-semak, di perbukitan tengah hutan Desa Bungkeng, Kecamatan Tanjung Bumi, 600 meter dari rumah korban.
Di antara 7 pria asing itu sambil mengayunkan senjata tajam. Korban diambil 7 laki-laki asing itu lalu diperkosa.
Jumat Dini Hari (26/6/2020)
Sebelum pemerkosaan secara bergilir terjadi, handphone korban diambil paksa. Setelah itu, pada Jumat dini hari aksi bejat dilakukan secara bergilir mulai jam 01 dini hari.
Korban diperkosa secara bergilir oleh 7 laki-laki tanpa henti.
Pemerkosaan bergilir baru berakhir pukul 04.00 pagi setelah korban berhasil melarikan diri.
Korban berhasil lolos dari pemerkosaan 7 pria jahat setelah menghilang dari semak-semak.
Sepanjang 600 meter, korban lari ke rumahnya tanpa pakaian.
Jumat Pagi (26/6/2020)
Pasca diperkosa 3 jam ramai-ramai oleh 7 pria tak dikenal, tubuh korban terasa remuk.
Jum'at pagi, korban merasa sakit sekujur tubuh. Korban minta diantar ke dukun beranak dekat rumahnya.
Muhammad kakak kedua korban yang mengantarnya.
Jumat Sore (26/6/2020)
Sore hari, setelah dari dukun beranak. Korban diantar sepupunya untuk bertemu dengan salah satu perangkat desa Desa Bungkeng.
Beberapa menit kemudian, korban pulang dari rumah perangkat Desa Bungkeng bersama Ahmad, sepupunya.
Minggu (28/6/2020)
Pada hari Minggu (28/6/2020) korban melapor ke Polres Bangkalan didampingi saudara dan pemuda Kokop.
Minggu malam Senin, korban menginap di rumah Mathur, anggota DPRD Jatim asal Bangkalan.
Korban tidur bersama istri Mathur.
Saat tidur di rumah Mathur terungkap jika korban kerap diteror oleh orang dengan privat number.
Korban sempat bercerita ke istri Mathur yang sangat menyanyangi putrinya.
Korban berjanji ke istri Mathur untuk tidak akan bunuh diri dan melakukan sesuatu yang merugikan dirinya.
Senin (29/6/2020)
Senin, korban pulang dari rumah Mathur.
Senin sore korban tiba di rumah ortunya di Desa Bandang Laok, Kecamatan Kokop, Bangkalan.
Selasa (30/6/2020)
Korban sempat dijemput petugas Polres Bangkalan untuk dikonfrontir dengan dua teman laki-laki yang menjemputnya.
Dalam pertemuan itu, satu teman korban sudah menghilang.
Rabu pagi (1/7/2020)
Rabu pagi, korban memanggil Muhammad, kakak kandungnya untuk diantar ke kamar mandi. Korban mengaku pusing.
Dua kali korban mengeluh sakit perut. Dua kali korban keluar masuk kamar mandi.
Korban terlentang di teras rumahnya dalam keadaan lemas. Wajah korban pucat.
"Saya biarkan adik saya untuk istitahat. Tak ada kecurigaan di benak pikiran jika adik saya ada masalah. Saya biarkan tiduran di teras. Pagi hari sudah periksa ke bidan desa. Dari bidan, adik diberi obat," cerita Muhammad kepada Mata Madura, Sabtu (4/7/2020).
Rumah Korban
Rabu Sore (1/7/2020)
Rabu sore hari, sekitar pukul 17.00, Muhammad melihat korban minum es jasjus di dapur.
"Saya tegur. Dik, kamu kan sakit perut, kenapa minum es jasjus. Apakah tak tambah sakit nantinya. Kamu barusan sudah meminum obat," tanya Muhammad pada korban.
Setelah ditegur, mata korban melotot tajam ke Muhammad. Cairan lendir keluar dari mulut korban.
Lalu, korban jatuh terlungkup di dapur.
Muhammad semula berpikir, si adik sedang kambuh penyakit mistisnya. Kata Muhammad, adiknya punya gejala penyakit kesurupan.
Korban memandang Muhammad dengan tatapan tajam melotot.
Muhammad memanggil sepupunya Ahmad di dekat rumah. Muhammad minta pertolongan.
"Saya meminta tolong keluarga sebelah rumah jika adik saya kambuh penyakitnya. Sempat penasaran, karena saat kambuh penyakitnya, adik saya biasanya berontak. Tetapi saat itu tidak. Malah adik terlihat hanya tatapan saja tanpa suara," kata Muhammad.
Setelah shalat isya', korban tetap tidak bergerak dengan posisi telungkup di dapur.
"Dilihat perutnya sudah tak ada nafas. Cairan lendir keluar dari mulutnya. Saat itu juga saya langsung bawa adik saya ke luar. Saya ambilkan kelapa depan rumah. Takut keracunan. Siapa tau masih bisa ditolong," terang Muhammad.
Muhammad masih belum percaya jika adiknya sudah meninggal dunia. Muhammad berinisiatif membawa ke Bidan Desa.
"Saat menatap wajah saya di dapur, itu sudah sakaratul maut. Saya merasa bersalah saat sakaratul maut tadi di dapur adik saya ditinggal untuk memanggil sepupu. Ternyata itu detik-detik terakhir adik, menatap wajah saya," cerita Muhammad.
"Jadi adik saya bukan karena meminum cairan pembersih di lantai. Karena situasi di dapur tak ada cairan berbahaya. Adik saya bukan meninggal karena meminun cairan berbahaya. Jadi itu kami luruskan. Pasca saya gendong itu tak berbau cairan berbahaya. Tapi busa dari mulutnya itu berbau obat," ucap Muhammad.
Syaiful, Mata Madura
Write your comment
Cancel Reply