WAKTU 3,5 tahun memimpin Kabupaten Sumenep menjadi tantangan tersendiri bagi Bupati Achmad Fauzi. Selain singkat. Awal memimpin 26 Februari 2021 berada pada suasana Covid-19.
Langkah cerdas perlu diambil. Yaitu, memetakan hal-hal prioritas yang menjadi kebutuhan warganya.Lalu mengimplementasikan dalam program melalui pola Pentahelix.
Model pentahelix sengaja ditempuh Bupati Fauzi sebagai cara ampuh menyiasati keterbatasan anggaran dalam mewujudkan program Pemkab Sumenep. Secara terbuka Fauzi melibatkan segenap stakeholder yang ada. Bersama-sama berperan aktif mewujudkan apa yang diimpikan warga Sumenep.
Pada tataran OPD (organisasi perangkat daerah). Bupati Fauzi mengajak para OPD dalam merumuskan dan mengimplementasikan program bisa mengcover dari hulu hingga hilir. Program kegiatannya menjadi satu kesatuan dari program antar OPD.
Salah satu problem Sumenep yang sangat mendesak untuk diatasi Bupati Fauzi adalah pengentasan kemiskinan. Lima tahun terakhir berdasar data BPS. Jumlah penduduk miskin di Sumenep mengalami fluktuatif. Seperti pada tahun 2018, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 218,060 ribu jiwa. Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 211,088 ribu jiwa. Pada tahun 2020 meningkat sebanyak 220,023 ribu jiwa.
Pada awal kepimpinan Fauzi di tahun 2021, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 224,073 ribu jiwa. Baru pada tahun 2022, jumlah penduduk miskin di Sumenep mengalami penurunan menjadi 206,020 ribu jiwa. Jika diprosentase jumlah penduduk miskin di Sumenep skitar 18,76 persen.
Pengurangan jumlah penduduk miskin di Sumenep sekitar 18.000 jiwa dibanding tahun 2021 tak lepas dari langkah Pentahelix. Bupati Fauzi membuat Perbup (Peraturan Bupati)
penyusunan APBDes yang bersinergi dengan program APBD. Sinergitas APBDes dan APBD sengaja ditempuh untuk menutupi apa yang menjadi kekurangan APBD bisa ditopang lewat APBDes.
Sinergitas APBDes dengan APBD Sumenep itu, tampak program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sumenep menjadi terintegrasi. Kuburan dua anggaran dengan melibatkan stakeholder di tingkat akar bawah (desa) dalam program kemiskinan ekstrem, penurunan stunting, pengobatan TBC, dan sebagainya.
Di bidang pemberdayaan ekonomi warganya. Fauzi mendesain UMKM Sumenep bukan sebatas berdaya, tapi juga bisa dipasarkan secara global. Langkah yang ditempuh adalah melakukan pelatihan, memberi pinjaman Nol Persen dan mencipta pasar off line dan pasar online bagi UMKM.
Ada tiga produk unggulan UMKM yang menjadi atensi untuk pasar global. Seperti ukiran kayu, batik, dan pusaka keris. Produk pusaka keris mendapat respon pasar global karena menjadi suvenir resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Sedangkan batik tulis khas Sumenep merek Canteng Koneng langsung direspon oleh Presiden Jokowi saat meresmikan Bandara Trunojoyo Sumenep. Presiden Jokowi memborong batik tulis yang dipajang di etalase UMKM Bandara kemudian dipakai saat acara resmi di Istana Presiden.
Pasar off line yang dicipta khusus UMKM adalah bazar minggu. Mall UMKM dan kerjasama lapak UMKM di pasar modern (indomaret).
Sedangkan pasar online adalah Sumenep UMKM Halal Hub yang menjadi rumah kemasan produk UMKM
dan mengembangkan produk halal berbasis platform digital. Pemkab Sumenep menjalin kerjasama dengan Goorita.com dalam pengembangan produk UMKM Sumenep.
Bidang pertanian. Bupati Fauzi membuat Kawasan Ekonomi dari Hulu ke Hilir-yaitu KIHT (Kawasan Industri Hasil Tembakau). KIHT ini merupakan
sebuah kawasan industri yang terintegrasi antara hasil petani tembakau dengan industri rokok. Sehingga hasil jual tembakau rakyat tak lagi memiliki ketergantungan dengan harga pabrikan-gudang industri rokok besar.
Selain UMKM sebagai penggerak ekonomi warga. Fauzi juga menghidupkan objek potensi wisata.
Aeka potensi wisata Sumenep tersebar dari berbagai objek wisata. Seperti wisata kesehatan dengan kadar oksigen nomor dua setelah Jordania. Wisata Bahari di Pulau Gili Labak. Dan wisata pasir di Pantai Slopeng. Wisata Cemara udang di Pantai Lombang.
Dalam pelayanan kesehatan. Fauzi mengembangkan program UHC yang digagas pemerintah pusat melalui peningkatan pelayanan kesehatan secara gratis. Di setiap puskesmas, klinik dan rumah sakit. Warga yang berKTP Sumenep bisa menikmati layanan kesehatan secara gratis secara awal mendaftar.
Untuk mengurangi penderita stunting dan TBC di Sumenep yang mencapai 52,5 persen pada tahun 2018. Fauzi membuat program Gerakan Eleminasi Tuberkolusis dan Stunting (GETS). Program ini melibatkan semua komponen di Kabupaten Sumenep.
Pada tahun 2022. Penderita stunting di Sumenep tersisa 29,4% (Sumber Data: Survei Status Gizi Indonesia/SSGI 2021). Di angka 29,4 persen, penderita stunting di Kabupaten Sumenep, tergolong kuning. Sudah melewati warna merah seperti di beberapa daerah lainnya di Jawa Timur.
Langkah sukses penurunan stunting tergolong sangat fenomenal di Indonesia. Angka ini bisa menjadi salah satu indikator kesejahteraan masyarakat Sumenep mulai membaik.
Para ibu hamil dan bayi sudah banyak terasupi makanan gizi yang baik. Penurunan stunting hanya satu bagian dari delapan indikator untuk menyebut masyarakat sejahtera.
Memang tantangan kepala daerah hasil Pilkada 2020 begitu berat. Efek pandemi covid-19 salah satu problem pengentasan kemiskinan menuju kesejahteraan warganya.
Sisi lain, APBD Sumenep tersisa 20% yang bisa dinikmati masyarakat. Sebanyak 80% terkuras untuk biaya rutin. Seperti kebutuhan pendidikan dan kesehatan serta operasional ASN. Untuk menyiasati minim anggaran,
Langkah Pentahelix salah satu terobosan Bupati Sumenep Achmad Fauzi dalam menggerakkan ekonomi warganya agar bisa sejahtera di tengah keterbatasan anggaran dan waktu menjabat.
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply