matamaduranews.com-Sejak berdiri hingga kini. PKB Sumenep menjadi juara di pemilihan legislatif.
Hanya di pemilihan Bupati Sumenep, PKB menelan dua kali kekalahan. Pilkada 2005 dan Pilkada 2020.
Dalam siklus politik 25 tahun-an. PKB Sumenep punya bupati tiga periode. Tahun 2000-2005 dan 2010-2020.
Apakah PKB masig bisa merebut kursi Bupati Sumenep di Pilkada 2024?
Saya akan mengulas lain waktu. Termasuk kemungkinan-kemungkinan, apakah PKB Sumenep masih punya kemampuan menggulingkan incumbent di Pilkada 2024.
Tulisan kali ini saya akan mengenang kebesaran PKB masa lalu dan melihat PKB Sumenep saat ini.
PKB Sumenep dulu benar-benar jadi jujukan banyak orang. Masyarakat begitu yakin atas kehadiran PKB di Sumenep. Karena di PKB itu berkumpul para kiai dan tokoh panutan umat.
Masyarakat menganggap orang-orang yang aktif di PKB bisa menjadi suluh kehidupannya.
Berbagai persoalan sosial dan ekonomi mereka tumpahkan untuk mencari solusi. Dari hal remeh temeh hingga problem akut disampaikan.
PKB dan rakyat tanpa batas.
PKB benar-benar menyatu dalam uluh kehidupan rakyat Sumenep.
Wajar, pada era 1999-2009 para anggota Fraksi DPRD Sumenep kerap menerima aduan masyarakat di kantor DPRD.
Saking begitu menyatunya. Persoalan sepeda kena tilang oleh polisi disampaikan ke anggota Fraksi PKB.
Begitulah rakyat menganggap politisi PKB yang ia dewakan.
Dalam kengurusqn PKB tingkat ranting (desa) bukan figur sembarangan. Mereka level panutan masyarakat.
Pengurus dari kabupaten (DPC) dan tingkat kecamatan juga tergolong figur yang sering didengar dawuhnya.
Para pengurus PKB itu menjadi telinga warganya. Selalu berpikir kemaslahatan warga sekitar.
Pengurus PKB itu mengedepankan kepentingan umat. Selalu melayani apa yang menjadi aspirasinya.
Kehidupan pengurus PKB itu tak neko-neko. Seperti kehidupan sederhana rakyat bawah.
Pengurus PKB itu tak melupakan jasa-jasa mereka yang ikut membesarkan PKB.
Rakyat nyaris tak mendengar ada bantuan yang dimonopoli untuk diri pengurus dan sanak familynya.
Mereka tak menumpuk-numpuk harta. Sehingga warga tak banyak orang bertanya-tanya jika dalam sekejap ada perubahan drastis.
Kebertahanan itu tak berlangsung lama.
Entah kenapa.
Sementara sistem pemilihan legislatif bukan lagi nomor urut caleg.
Suara terbanyak caleg terpilih sudag ikut menggiring pemilih lebih pragmatis.
Yang ada dalam benak sebagian pemilih adalah sesaat, hari ini. Mereka banyak berpikir: Daripada bermimpi ribuan janji jika caleg terpilih di kursi DPRD.
Perubahan politik itu diam-diam direspon oleh partai politik yang minim kursi di DPRD Sumenep.
Partai mencari orang-orang yang memiliki banyak suara pemilih. Tapi tak ada partai yang melirik.
Partai menjemput bola. Membiayai orang-orang berpengaruh di Dapil itu agar menjadi Caleg.
Singkatnya, pada Pileg 2014 raihan suaranya hampir menyerupai PKB. Kursi Ketua DPRD yang langganan dipegang PKB nyaris jatuh.
Usai Pileg. Sikap parpol tak berubah.
Meski struktur partai hingga ke level desa tak sehebat PKB. Setidaknya, parpol itu mencatat siapa orang-orang yang berjasa dalam membesarkan partai.
Mereka dirawat. Diperhatikan jika mengajukan bantuan program.
PKB saat ini masih belum terlihat mengembalikan kepercayaan masyarakat sebagaimana awal PKB berdiri.
Struktur PKB yang paling lengkap di antara Parpol di Sumenep belum bisa mengambil hati masyarakat saat menghadapi dampak PPKM.
Padahal, rakyat Sumenep terlanjur melekat dengan kalimat 'elek palek paggun pkb,'.(hambali rasidi)
Sumenep, 5 Agustus 2021
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply