matamaduranews.com-SUMENEP-Musim panen tembakau semestinya menjadi waktu yang menyenangkan bagi petani. Akan tetapi, musim panen tahun ini menyugukan fakta sebaliknya. Petani di Sumenep merasa kurang senang akan hal tersebut.
Menyikapi problem yang melanda petani tembakau ini, khususnya masalah harga tembakau yang dinilai tidak menguntungkan para petani, Aliansi Masyarakat Bergerak menggelar 'Sidang Rakyat'.
Kegiatan yang digelar hari ini, Sabtu (19/09/2020) di Kantor Kecamatan Ganding, Sumenep mengusung tema "Petani Mengerang, Harga Tembakau Meradang".
Ketua Umum Aliansi Masyarakat Bergerak, Moh. Faiq menjelaskan, tujuan daripada Sidang Rakyat tidak lain sebagai upaya memperjuangkan hak petani tembakau. Pasalnya, harga tembakau pada musim panen 2020 dinilai merugikan petani.
Pada Sidang Rakyat tersebut, Aliansi Masyarakat Bergerak mengundang instansi terkait dan beberapa pihak. D iantaranya Komisi II DPRD Sumenep, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumenep, mahasiswa, serta perwakilan petani.
"Sayang, dari komisi DPRD Sumenep tidak hadir. Mereka beralasan ada acara di luar kota dalam waktu yang bersamaan," ujar Faiq dengan nada kecewa atas ketidakhadiran Komisi II pada sidang itu.
Kendati demikian, lanjut Faiq yang juga aktivis PMII, Sidang Rakyat tetap berjalan lancar. Semua hadirin serius dan tetap fokus mengurai benang merah problem harga tanaman berjuluk "Daun Emas" itu.
Sementara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sumenep diwakili oleh Muhammad.
Pada kesempatan itu, perwakilan Disperindag menyampaikan bahwa problem murahnya tembakau disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya karena tidak ada peraturan daerah yang mengaturnya.
"Saat ini masih belum ada penetapan Break Event Point (BEP) mengenai harga tembakau. Maka wajar apabila masyarakat petani sangat dirugikan," Faiq menirukan penyampaian perwakilan Disperindag itu.
Berbeda dengan pihak Disperindag Sumenep, Ajimudin Elkayani selaku bagian dari masyarakat petani mengatakan, peristiwa seperti ini tidak serta merta terjadi.
Ajimudin justru menduga ada permainan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemilik modal dengan kongkalikong bersama aparatur pemerintahan.
"Inilah yang sebenarnya terjadi," katanya.
Rusydiyono, Mata Madura
Write your comment
Cancel Reply