matamaduranews.com-SUMENEP-Kekeringan dan keberadaan sumur migas di lepas pantai Pulau Sapudi menjadi curahan warga saat Mathur Husyairi melakukan serap aspirasi (reses) DPRD Jawa Timur di Pulau Sapudi.
Warga terlihat antusias bercurhat ke Mathur Husyairi. Mereka beralasan: keluhan warga kepada para wakil rakyat dan penguasa tak pernah direspon secara konkret.
"Kunjungan Bupati seringkali dilakukan. Ada reses dewan. Masih ada musrenbang Desa. Musren Kecamatan. Tapi persoalan kekeringan yang dialami warga Sapudi tak pernah ada solusi," cerita Miftahol Arifin, salah satu warga Desa Gayam, Kecamatan Gayam saat acara reses kedua Mathur Husyairi di Desa Gayam, Senin malam (30/5/2022).
Encung-panggilan akrab Miftahol Arifin-mengaku kecewa kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang membawa air minum dari Surabaya ke Pulau Sapudi dalam mengatasi kekeringan.
"Untuk apa bawa air dari Surabaya diangkut kapal perang ke Pulau Sapudi. Ini kan namanya mau main-main. Kan lebih baik, uang miliaran itu dibuat membangun tandon air di Pulau Sapudi," curhat Encung berapi-api.
Reses Mathur Husyairi, anggota DPRD Provinsi Jatim saat di Desa Gayam, Pulau Sapudi, Senin malam.
Mathur Husyairi mendengar ocehan kekesalan warga Sapudi kepada Ibu Gubernur Khofifah direspon dengan senyum kecut.
Sambil menikmati kopi yang disediakan panitia. Mathur mencatat setiap aspirasi yang disampaikan warga.
Mathur sengaja menggelar reses kedua anggota DPRD Provinsi Jatim di Pulau Sapudi dan Raas untuk mengetahui secara langsung curahan warga kepulauan terkait pembangunan dan kesejahteraan warga Jawa Timur. Terkhusus Daerah Pemilihan (Dapil) Madura.
"Saya hadir di Pulau Sapudi untuk satukan hati. Ingin mendengar secara langsung, apa yang menjadi keluhan warga kepulauan Sumenep yang menjadi bagian dari konstituen Dapil Madura, " tutur Mathur mengawali sambutan.
Lalu Mathur bertanya lokasi sumber air yang bisa dibangun tandon air untuk mengaliri desa yang setiap tahun mengalami kekeringan.
Setelah mengetahui lokasi sumber air dimaksud. Mathur berjanji akan menyampaikan langsung ke Gubernur Khofifah terkait problem kekeringan di Pulau Sapudi.
Alasan Mathur: biaya pembangunan tandon air dan penyambungan instalasi air berjarak 10 Km membutuhkan biaya besar.
"Kalau menggunakan jatah program dari anggota DPRD Jatim dilakukan secara bertahap. Solusinya: Pemprov harus hadir untuk membangun tandon dan pipanisasi," sambung anggota DPRD Jatim asal Bangkalan ini.
Usai curhatan kekeringan. Beralih soal curhatan kesejahteraan guru madrasah diniyah dan perhatian pemerintah terhadap kambing Domba Sapudi yang mendapat respon bagus dari pasar.
Curhatan potensi Domba Sapudi direspon dengan tantangan konsep untuk dibantu melalui program yang melekat pada setiap anggota DPRD Jatim.
Acara formal reses ditutup. Lalu dilanjut dengan reses informal sambil ngopi bareng.
Banyak curhatan mengalir. Seperti perlunya bantuan ambulans laut. Juga nasib mata pencaharian yang berkurang sejak ada kontraktor migas di lepas pantai Pulau Sapudi
"Saya nelayan Pak Dewan. Sebelum ada pengeboran migas di lepas pantai Pulau Sapudi. Banyak ikan di sana. Sejak ada pengeboran. Jarak mancing ikan tambah jauh. Karena di lokasi yang biasa mancing sudah tak ada ikan," cerita Achmad Rasyidi.
Lalu ia bercerita jika dirinya punya pengalaman sebagai operator pengeboran migas lepas pantai saat merantau ke Bontang, Kalimantan Timur.
"Sebelumnya saya bekerja di perusahaan pengeboran Migas lepas pantai saat di Bontang. Saya ngerti banyak kalau pipa sumur migas mengalami masalah," tambah Endi-panggilan akrab Achmad Rasyidi bercerita di hadapan Mathur.
Karena terlanjur sudah ada perusahaan yang mengeksploitasi Migas di lepas pantai Sapudi. Endi hanya berharap pendampingan dari Dewan Mathur untuk selalu berpihak kepada para nelayan Sapudi akibat pengeboran Migas di lepas pantai.
"Sebagai nelayan. Saya berharap pendampingan dari Pak Dewan Mathur untuk mencarikan solusi kesejahteraan para nelayan yang mulai berkurang hasil tangkapan akibat sumur migas," kata Endi.
Mendengar curahan perwakilan nelayan Sapudi. Mathur tak bisa berbuat banyak karena urusan ijin pengeboran migas ranah pemerintah pusat.
Kendati demikian, Mathur siap memberikan pendampingan jika para nelayan terdampak sumur migas mendapat kurang perhatian kesejahteraan dari perusahaan.
"Mari para nelayan setiap desa di Sapudi ini bergabung membuat kelompok. Setiap perusahaan ada CSR-nya. Kita nanti kawal CSR migas yang di Sapudi," terang Mathur memberi solusi atas keresahan yang dialami para nelayan Desa Gayam.
Mathur menggelar reses di Pulau Sapudi dengan empat titik. Lalu dilanjut ke Pulau Raas dengan dua titik.
Seperti diketahui, Husky CNOOC Madura Limited (HCML) sedang mengelola Lapangan MDA-MBH yang berada di lepas pantai sebelah tenggara Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep.
Sejak April 2017. HCML gencar menggelar sosialisasi kepada warga di Pulau Sapudi persiapan pengembangan kerja di wilayah sumur MDA dan MBH. (*)
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply