matamaduranews.com-TREND Bupati Fauzi lagi meroket di google. Dalam tempo tak sampai setahun. Citra Fauzi bak meteor.
Dalam hitungan bulan. Fauzi masuk dalam daftar top of mind Jatim. Setahun lalu. Fauzi bukan siapa-siapa di belantara politisi Jawa Timur.
Personality Bupati Sumenep ini emang dikerek. Go Jatim.
Direktur ARCI, Baihaki Siratj mengakui popularitas Bupati Fauzi mengalami lompatan luar biasa dalam hitungan bulan untuk kontestasi Pilgub Jatim 2024.
“Keberhasilan Fauzi sebagai Bupati Sumenep bisa menekan angka kemiskinan dan membawa masyarakat Sumenep lebih sejahtera. Dan responsif dalam menyelesaikan masalah warganya," itu poin yang mendongkrak nama harum Bupati Fauzi versi ARCI di telinga warga Jatim hingga menjadi top of mind tiga besar kandidat Cagub Jatim 2024.
Nama Khofifah. Bu Risma. Gus Ipul. Emil Dardak. LaNyalla Mattalitti. Djarot Saiful Hidayat. Eri Cahyadi. Anwar Sadad. Thoriqul Haq. Sudah akrab di telinga warga Jatim. Meski popularitas dan kesukaan-nya beda-beda.
Setahun lalu, nama Achmad Fauzi hanya akrab di telinga warga Sumenep. Di kawasan Madura dan Tapal Kuda-yang se etnis saja-masih belum sepopular saat ini.
Survei ARCI terbaru, pada 25 April – 4 Mei 2023. Fauzi menyodok politisi top Jatim lain. Gus Ipul. Bu Risma. Eri Cahyadi. Anwar Sadad. Thoriqul Haq-seperti ditelan. Nama Fauzi masuk top of mind. Ada di bursa tiga kandidat potensial Calon Gubernur Jatim.
Hebat Survei ARCI.
Februari 2023. Popularitas Bupati Fauzi mencapai 8,6 persen. Melompat terbang-dibanding hasil survei-September 2022 yang hanya 2,1 persen.
Dalam hasil survei terbarunya, Baihaki mengungkap kekagetanya. Fauzi sebelumnya di posisi Calon Wakil Gubernur. Survei terbaru ini sudah masuk bursa kandidat Calon Gubernur Jatim 2024. Ada di tiga besar.
“Ini kejutan besar, dalam simulasi sebelumnya, hasil survei Fauzi masih di posisi Cawagubnya Khofifah. Saat ini, justru masuk top of mind. Masuk bursa tiga kandidat potensial Calon Gubermur Jatim,†papar Baihaki dalam rilis ke media.
Dikatakan, simulasi kandidat survei terbaru, Cagub Khofifah (27,9 persen), Emil (15,3 persen) dan Achmad Fauzi (7,5 persen).
"Meski diurutan terakhir, prosentase 7 persen, cukup mengejutkan karena sebelumnya masih di posisi Cawagub. Tentu, Fauzi akan jadi ‘kuda hitam’ dalam Pilgub Jatim 2024 mendatang. Bupati Sumenep ini bisa mengancam keberadaan incumbent (Khofifah – Emil). Sebab pelan tapi pasti, dukungan terhadap Fauzi merangkak naik," kata Baihaki menambahkan.
Alasan warga Jatim mengiang nama Fauzi, versi ARCI karena Fauzi masuk tokoh muda yang lagi diminati. Tokoh menarik bagi masyarakat dan populer.
Sukses memimpin Sumenep versi ARCI
dengan menekan angka kemiskinan dan mendongkrat pendapatan per kapita. Tapi lagi disorot oleh para aktivis mahasiswa Sumenep. HMI dan PMII kini lagi gencar mempertanyakan kinerja Bupati Fauzi.
Dua kutub penilaian berbeda ini tentu berdasar data dan variabel-variabel sebelum menyimpulkan. Penilaian itu memang tergantung sudut pandang dalam melihat data dan variabel yang digunakan.
ARCI dari lembaga survei melihat angka-angka di atas kertas. Lalu bertanya kepada warga Jatim berdasar sampling yang dibuat.
HMI dan PMII Sumenep-menggabungkan angka dan realitas. Tanpa memahami angka itu, apa dan bagaimana.
Versi PMII, angka kemiskinan di Sumenep Nomor 3 se Jatim. Data kemiskinan juga disorot PMII karena ada dua versi. BPS Sumenep menyebut jumlah orang miskin di Sumenep mencapai 206,2 ribu jiwa atau 18,76 persen dari jumlah penduduk 1,099 jiwa.
Sedangkan Data Kemiskinan di Sumenep versi Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) menyebut 512 ribu jiwa atau 44,48 persen dari penduduk Sumenep.
Dan masih banyak data dan realitas yang diungkap PMII Sumenep untuk menyimpulkan Bupati Fauzi gagal memimpin Sumenep.
Sampai sekarang belum ada klarifikasi dari Pemkab Sumenep. Termasuk dari orang-orang dekat Bupati Fauzi. Atau dari OPD yang memiliki anggaran miliaran-yang khusus bertugas membuat branding Bupati Sumenep Positif. Nggak ngerti kalau uang miliaran itu, hanya dibagi-bagi. Tanpa grand design dan evaluasi progresif program.
Saya ingat, setahun lalu pernah membuat catatan. Tulisan itu untuk merespon hasil survei Unibraw tentang kepuasan masyarakat Sumenep yang mencapai 76% atas kinerja Bupati Fauzi.
Saya memahami dari awal Bupati Fauzi memimpin Sumenep. Akhir Februari 2021 lalu. Hanya punya waktu singkat 3,5 tahun memimpin Kabupaten Sumenep.
Tantangan berikutnya: awal memimpin Sumenep. Fauzi dihadapkan pandemi Covi-19. Anda pasti membayangkan bagaimana APBD Sumenep yang semula diproyeksikan untuk membangun kebutuhan ekonomi rakyat. Tiba-tiba dialihkan untuk mengatasi covid. Yang dikenal dengan istilah refocusing.
Bupati Fauzi tak diam. Dia menggeliat di tengah keterbatasan anggaran dengan tempo jabatan singkat.
Entah siapa yang berinisiatif. Langkah cerdas Bupati Fauzi, yaitu; memetakan hal-hal prioritas yang menjadi kebutuhan warga. Kemudian mengimplementasikan dalam program melalui pola Pentahelix.
Model pentahelix sengaja ditempuh Bupati Fauzi sebagai cara ampuh menyiasati keterbatasan anggaran untuk mewujudkan 8 program janji politiknya.
Dari sini, sebenarnya perlu evaluasi progres program, apa yang digaungkan Fauzi dalam 8 program janji politiknya.
HMI dan PMII sebagai organ mahasiswa sudah melakukan evaluasi kinerja 2,5 tahun memimpin Sumenep.
Hanya saja bentuk evaluasi kritis mahasiswa itu ada yang mempersepsikan beda-beda.
Padahal, mahasiswa itu hanya bertanya. Apa yang sudah dilakukan Fauzi-Eva selama 2,5 tahun memimpin Sumenep. Namanya mahasiswa-pertanyaan itu berbentuk kritik.
Setidaknya: ada yang mewakili Bupati Fauzi untuk menjawab pertanyaan mahasiswa itu.
Jika kemiskinan Sumenep nomor 3 se Jatim. Berarti, Bupati Fauzi sukses menurunkan jumlah orang miskin di Sumenep dalam tempo singkat dan di tengah pandemi covid.
Ibarat sumur, lubungnya kian dalam.Tapi Bupati Fauzi Sukses menambal lubang itu.
Sebagai pembanding. Sebelum Fauzi menjabat bupati. Angka kemiskinan di Sumenep nomor 2 se Jatim.
Memang jumlah penduduk miskin di Sumenep mengalami fluktuatif. Seperti pada tahun 2018, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 218,060 ribu jiwa. Pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 211,088 ribu jiwa. Pada tahun 2020 meningkat sebanyak 220,023 ribu jiwa.
Pada awal kepimpinan Fauzi di tahun 2021, jumlah penduduk miskin di Sumenep mencapai 224,073 ribu jiwa.
Baru pada tahun 2022, jumlah penduduk miskin di Sumenep mengalami penurunan menjadi 206,020 ribu jiwa. Jika diprosentase, jumlah penduduk miskin di Sumenep skitar 18,76 persen.
Pengurangan jumlah penduduk miskin di Sumenep sekitar 18.000 jiwa dibanding tahun 2021.
Apa kata Bupati Fauzi?
"Saya belum puas penurunan angka kemiskinan itu. Akan saya genjot melalui banyak program penurunan angka kemiskinan," ucap Fauzi kepada wartawan, dalam suatu kesempatan. (*)
Bersambung....
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply