Catatan: Isa Ansori (Kolumnis)
matamaduranews.com-Dalam sejarah perjuangan PDIP hanya pernah sekali dalam kurun waktu awal 1996 sampai dengan bergulirnya Reformasi, saat masih bernama PDI mengalami dualisme kepemimpinan, satu sisi Megawati tetap memimpin namun rezim Orde Baru saat itu juga melakukan kudeta partai dengan menempatkan Sorjadi sebagai pemimpin PDI.
Dualisme kepemimpinan inilah yang kemudian memaksa adanya KLB di Surabaya dan mengantarkan Megawati untuk memimpin PDI yang menjelma menjadi PDIP.
Megawati tentu sangat berkepentingan agar PDIP selalu mewarisi dan menjiwai ajaran-ajaran Bung Karno. Sehingga dalam benak Megawati hanya dengan menempatkan keturunan Bung Karno dalam struktur kepemimpinan PDIP akan tetap bisa dijaga dalam garis perjuangannya.
Di tengah usia yang semakin bertambah dan kemampuan bertahan yang semakin lemah, Megawati sangat menyadari betul tentang keberlanjutan PDIP dalam garis perjuangan Soekarno yang tetap harus dipertahankan. Megawati belum punya jaminan siapa kelak yang akan merawat ajaran-ajaran Bung Karno sebagai garis perjuangan partai untuk Indonesia.
Di tengah kegalauan dan kebimbangan itu, tentu Megawati akan lebih tenang bila kelak setelah beliau melepaskan kepemimpinan PDIP, kepemimpinan berada tetap berada ditangan trah Soekarno, tentu pilihan Megawati setidaknya ada pada Puan, yang tidak lain adalah putri Megawati sendiri.
Puan menjadi pilihan yang tepat dan menenangkan bagi Megawati ketika harus menyerahkan tampuk kepemimpinannya di PDIP, karena sebagai anak biologis tentu Puan akan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, sebagai anak ideologis, Puan juga berkepentingan menjaga ajaran-ajaran Bung Karno didalam PDIP sebagai bentuk kepatuhan.
Disinilah alasan kuat dan rasional kenapa PDIP di bawah kepemimpinan Megawati di tahun 2024 ini harus mendorong Puan untuk bisa menempati posisi sebagai capres atau cawapres.
Bagi Megawati hanya dengan menempatkan Puan pada posisi tersebut, maka PDIP akan tetap bisa dirawat dan dijaga dari upaya-upaya kelompok lain diinternal PDIP yang akan merebut kepemimpinan kelak sepeninggal Megawati.
Sebagai pelaku sejarah PDIP, tentu Megawati sangat merasakan betapa getirnya saat beliau dikucilkan dan dikudeta dari kepemimpinan di PDI, arah perjuangan PDI saat itu sudah melenceng dari apa yang menjadi ajaran-ajaran Bung Karno dan tentu Megawati tak ingin PDIP kelak akan mengulang dan mengalami nasib yang sama seperti ketika pada massa Orde Baru.
Sebagai politisi dan pemimpin partai yang kaya pengalaman, Megawati tentu mempunyai naluri dan intuisi yang kuat untuk menjadikan PDIP tetap bertahan di bawah rawatan trah Soekarno, salah satunya adalah menyandingkan Puan dengan calon lain yang mempunyai potensi menang didalam perhelatan pilpres 2024.
Menyandingkan Puan dengan Ganjar, tentu akan membuat Megawati waswas, karena PDIP akan berjuang sendirian dan berpotensi menjadi musuh bersama dari partai-partai politik lain. Apalagi bila posisi Puan menjadi cawapres. Tentu trah Soekarno akan mengalami kesulitan bertahan di PDIP. Bukan tidak mungkin kasus yang pernah terjadi di massa orde Baru akan terulang lagi. Megawati tentu melihat dan merasakan tanda-tanda seperti itu saat ini apalagi nanti.
Pilihan Megawati tentu akan melihat siapa calon lain yang elektabilitasnya tinggi dan mampu mengakhiri keterbelahan bangsa yang terjadi selama ini.
Anies adalah tokoh lain diluar PDIP yang elektabilitasnya sangat kuat. Hal itu bisa dilihat dari berbagai macam survey yang dilakukan dan Anies selalu menempati posisi tiga besar.
Anies tentu tidak punya kepentingan untuk merebut PDIP dari tangan trah Soekarno, karena Anies memang menyadari bahwa sebaiknya PDIP berada dibawah rawatan trah Bung Karno, dengan demikian PDIP akan menjadi kekayaan bangsa untuk merawat Indonesia dengan nilai-nilai yang pernah disemai oleh Bung Karno.
Pilihan Anies-Puan akan lebih memberi jaminan kepada Megawati tentang keberlangsungan ajaran-ajaran Bung Karno di PDIP.
Bagi siapa pun kader PDIP atau siapapun yang mencintai Indonesia dengan NKRI harga mati, pilihan Megawati adalah jalan tengah merawat ke Indonesian kita dengan jiwa persatuan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Puan yang dilansir oleh CNN, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani membuka peluang berduet dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pilpres 2024. Puan menegaskan tak memiliki masalah, apalagi sampai bermusuhan dengan Anies.
“Mungkin saja (duet dengan Anies), nggak ada yang tidak mungkin di politik. Semua dinamika itu bisa terjadi. Ya tinggal kita lihat lagi tahun depan lah bagaimana ceritanya, cerita-cerita politik,†kata Puan seperti dikutip, Rabu (23/3).
Bukankah Bung Karno pernah berujar musuhmu yang paling berat bukanlah dari penjajah asing, tapi dari bangsamu sendiri. Nah, tanda-tanda keterbelahan dan permusuhan antar anak bangsa sudah semakin menganga dan mengkhawatirkan. Mari kita selamatkan Indonesia! (kempalan)
Write your comment
Cancel Reply