matamaduranews.com-BANGKALAN-Warga Dusun Kotteh, Desa Buluh Kecamatan Socah, Bangkalan bersikukuh menolak rencana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang bakal dibuka kembali.
Mendengar Plt Bupati Bangkalan, M Mohni bakal datang di acara mediasi. Para ibu-ibu secara spontan datang ke lokasi mediasi. Mereka membentangkan spanduk penolakan rencana pembukaan TPA di Dusun Kotteh.
Tampak hadir Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangkalan, Anang Yulianto bersama staf. Anang menyebut, forum mediasi sengaja dilakukan dengan warga untuk mendengar langsung aspirasi warga terkait rencana pembukaan kembali TPA di Dusun Kotteh, Socah.
"Kita ingin mendengarkan aspirasi masyarakat terkait rencana pembukaan TPA," terang Anang kepada media usai acara mediasi, Kamis 20 Juli 2023.
Terkait sikap warga yang bersikukuh menolak pembukaan TPA, Anang mengaku akan mengkaji ulang atas rencana pembukaan TPA. Apa yang menjadi aspirasi penolakan warga itu, Anang akan menyampaikan langsung terhadap orang nomor satu di Bangkalan.
"Kami akan mengkaji ulang bagaimana kelanjutan rencana pembukaan TPA ini," sambung Anang.
"Kita harus menelaah kembali. Metodenya seperti apa untuk kebaikan semua," kata Anang menambahkan.
Seperti diketahui, warga Dusun Kotteh, Desa Buluh Socah menutup paksa keberadaan TPA pada tahun 2020 lalu.
Saat ini, Pemkab Bangkalan berencana akan membuka kembali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di tempat itu.
Rencana pembukaan ulang TPA itu dengan dalih akan diadakan tempat pengelolaan sampah bersekala besar. Karena itu, DLH melakukan mediasi untuk meyakinkan warga setempat.
Namun saat acara berlangsung. Warga Desa Buluh menolak pembukaan kembali TPA di desanya. Secara terang-terangan, warga mengaku trauma dengan polusi udara. Air yang menjadi kebutuhan warga juga tercemar. Sebab sampah yang berada di lokasi itu berserakan. Hanya ditumpuk dan dibakar.
"Kami sudah hidup nyaman dengan kondisi saat ini tanpa ada bau serta air yang keruh akibat sampah " ucap Syamsiyeh, mewakili ibu-ibu yang menolak rencana pembukaan TPA di daerahnya.
Sambil membentangkan spanduk. Ibu-ibu menyebut, lokasi TPA tak layak karena sangat dekat dengan permukiman warga. Jarak TPA dengan rumah warga kurang lebih 100 meter. Sehingga jika ada sampah datang. Baunya sangat menyengat.
"Selain dekat dengan rumah warga TPA itu berada di dataran tinggi," sambung Syamsiyeh.
Aspirasi warga mendapat dukungan dari Kepala Desa Bulu Mohammad Taufik. "Apa yang menjadi aspirasi warga saya dukung," tutur Kades Taufik.
Disebut Taufik, penutupan TPA merupakan kemauan masyarakat. Sehingga tidak ada negosiasai lagi terkait pembukaan TPA.
"Kemauan masyarakat TPA ditutup yang ditutup tanpa mediasi-mediasi," terangnya.
Manurut Kades Taufik, mediasi hari ini rencananya akan dihadiri langsung oleh PLT Bupati Bangkalan M Mohni. Sehingga banyak warga Buluh berbondong-bondong mendatangi lokasi mediasi untuk menyampaikan aspirasi.
Namun orang momor satu di Bangkalan tidak berkenan hadir. Sehingga masyarat memutuskan TPA ditutup secara permanen.
"Kamarin informasi yang kami terima Bapak Bupati akan hadir, namun beliau tidak hadir sehingga masyarakat buluh merasa kecewa, karena mereka ingin menyampaikan keluh kesah terkait keberadaan TPA," papar Kades Taufik.
Walapun tidak dihari PLT Bupati, namun masyarakat menyampaikan keluh kesahnya terhadap Kepala Dinas Lingkungan Hidup supaya TPA yang berada di Desa Buluh terus ditutup secara permanen.
"Kita sudah punya keputusan dengan kepala Dinas DLH bahwa TPA tidak akan ditutup secara permanen," pungkas Kades Taufik. (sae)
Write your comment
Cancel Reply