Oleh: Kurniasari*
Pandemi virus Corona yang melanda dunia dan Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Di Indonesia sendiri, kasus harian yang terkonfirmasi positif Covid-19 terus bertambah. Angkanya bahkan melonjak tajam mencapai 4000an kasus perhari.
Menghadapi situasi sulit seperti ini, Presiden Indonesia Joko Widodo mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bertaubat. “Kita juga tidak boleh melupakan istighfar, dzikir, taubat kepada Allah dan memperbanyak infaq dan sedekah,†kata Jokowi dalam sambutan pembukaan Muktamar IV Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) secara virtual tanggal 26 September 2020 (Kompas.com).
Istighfar, dzikir, taubat, berdoa memohon kepada Allah adalah sikap yang memang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam menghadapi dan menjalani kehidupan ini. Lebih-lebih lagi ketika kita diberikan ujian dan cobaan. Banyak mengingat Allah dengan berdzikir, akan membuat manusia menyadari betapa dirinya adalah makhluk hina yang tak punya kekuatan apapun. Tidak layak jika kemudian manusia sombong. Menolak Islam dan menolak untuk diatur dengan syariat Allah.
Istighfar saat musibah dan bencana datang melanda. Memohon ampun terhadap dosa yang sudah dilakukan juga merupakan sikap yang diperintahkan oleh Rasul. Rasul sendiri yang sudah dijamin Allah masuk Surga setiap hari beliau beristighfar 100 kali. Istighfar terhadap dosa ini hendaknya juga diikuti dengan taubat. Taubatan nashuha. Sebagai jalan yang ditunjukkan Allah SWT kepada hambaNya yang berusaha untuk memperbaiki kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. Sebagaimana firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha. Mudah-mudahan RabbMu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.†(TQS. At Tahrim: 8).
Taubatan nashuha adalah taubat sepenuh hati. Bukan ‘kapok Lombokâ€. Bukan taubat sebatas ucapan istighfar dan doa di mulut saja. Tapi taubat yang dinampakkan dalam perbuatan yang nyata yaitu meninggalkan perbuatan maksiat yang tidak diridlai Allah. Berjanji untuk tidak mengulangi kembali dan kembali taat kepada Allah dengan ketaatan yang sempurna yaitu dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan Negara. Baik individu rakyat maupun para pemimpinnya sama-sama bertaubat untuk taat kepada Allah dalam segala aspek kehidupan.
Syariat Islam Atasi Wabah
Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah memberikan tuntunan bagaimana ketika suatu wilayah dilanda wabah. Walaupun semasa Rasul hidup belum pernah terjadi wabah, tetapi beliau yang mulia sudah memberikan panduannya jika wabah terjadi dan bagaimana mengatasinya.
Rasul bersabda: “Jika kamu mendengar wabah disuatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu.†(HR Al Bukhari). Hadits ini menjelaskan adanya larangan untuk memasuki wilayah yang sedang dilanda wabah dan juga larangan bagi penduduk di wilayah yang terkena wabah untuk keluar dari wilayah tersebut. Istilah ini untuk saat ini dikenal dengan lockdown.
Saat melakukan lockdown terhadap wilayah yang dilanda wabah, maka Negara akan segera melakukan 3T (Testing, Tracing dan Treatment). Testing dilakukan untuk mendeteksi siapa yang sehat dan yang sakit, sehingga dapat segera dipisahkan. Yang sakit diobati sampai sembuh dengan layanan kesehatan yang terbaik dan berkualitas dan yang sehat tetap dapat beraktivitas seperti biasa. Jikapun karena wabah ada beberapa dari rakyatnya yang harus diisolasi agar wabah tidak semkain menyebar, maka Negara harus memastikan bahwa kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Dengan cara seperti inilah maka penyebaran wabah dapat segera dikendalikan dan diatasi.
Ini pernah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu terjadi wabah di Syam. Umar pun menaati syariat dengan melaksanakan hadits Rasul di atas. Waktu itu Umar bermaksud untuk berkunjung ke Syam karena urusan penting kenegaraan. Tapi di tengah perjalanan menuju Syam, Umar mendengar jika di wilayah Syam sedang terjadi wabah Tha’un. Setelah bermusyawarah dengan para sahabatnya, Umar pun membatalkan rencananya untuk mengunjungi Syam dan kembali ke Madinah. Umar mengatakan bahwa urusan keselamatan rakyat jauh lebih penting dan harus diutamakan. Demikianlah Islam menjadikan penyelamatan nyawa manusia lebih diutamakan daripada pertimbangan apapun.
Umar bin Khattab sebagai khalifah saat itu, terbukti begitu mengutamakan keselamatan nyawa rakyatnya dibandingkan kepentingan apapun selama terjadi wabah. Umar, sosok pemimpin yang luar biasa ketaatannya kepada Allah, selain melakukan perenungan dengan mengajak rakyatnya untuk bertaubat atas dosa yang dilakukan juga melakukan berbagai solusi yang jelas dan terarah dan tentunya sesuai syariat dalam rangka menyelamatkan nyawa rakyat. Seorang pemimpin Negara sudah seharusnya berupaya optimal dan memperhatikan nasib rakyatnya sebagai bentuk tanggungjawab amanah kepemimpinan.
Bandingkan dengan kondisi saat ini, di mana negara-negara di dunia dengan syitem kapitalismenya termasuk di Indonesia, carut-marut dalam mengatasi dan mengendalikan wabah. Dengan dalih penyelamatan ekonomi dan mengabaikan keselamatan nyawa rakyatnya, maka yang terjadi penyebaran virus semakin meluas dan makin tak terkendali sampai saat ini. Bahkan seiring dengan perkembangan wabah Covid yang tak kunjung mereda saat itu, Pemerintah malah memberlakukan kebijakan New Normal Life dengan membuka instansi layanan publik. Akibatnya seperti yang kita saksikan saat ini, penyebaran virus Corona semakin hari semakin meningkat. Korban pun semakin banyak berjatuhan.
Maka sudah seharusnya pemimpin Negeri ini segera bertindak agar wabah segera teratasi dengan pertimbangan utama menyelamatkan nyawa rakyatnya. Bukan malah mengabaikan nyawa rakyat demi pelaksanaan Pilkada atau justru pertimbangan ekonomi misalnya. Nyawa manusia harus diselamatkan. Jika tidak, maka kelak pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Karena itu, jika pemimpin Negeri ini menyerukan untuk taubat. Maka, tentunya bukan sekadar ucapan istighfar di bibir saja. Tapi juga diikuti dengan ketaatan sempurna kepada Allah dan RasulNya. Baik rakyat ataupun pemimpinnya. Tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan murka Allah. Tidak membenci dan memusuhi ajaranNya. Bersegera untuk melaksanakan seluruh syariatNya sebagai bentuk ketaatan yang sempurna kepada Allah. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita dan segera mengangkat wabah ini, Allah berikan perlindungan dan pertongan agar Negeri ini agar menjadi Negeri yang baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.†(TQS. Al A’raf: 96).
*Pemerhati Persoalan Publik
Write your comment
Cancel Reply