matamaduranews.com-SUMENEP-Kepuasan hidup bagi seseorang akan sesuai dengan hobi yang digelutinya, pun bagi pendaki.
Pada umumnya seorang pendaki dan pecinta alam bisa mendaki Everest adalah impian, sekaligus kepuasan yang tiada nilainya. Karena bisa menaklukkan gunung tertinggi di dunia itu akan menjadi kebahagiaan yang tertulis rapi dalam ingatannya.
Dalam Bahasa Sansekerta, gunung itu disebut Sagarmatha (Kepala Langit). Sedangkan dalam Bahasa Tibet disebut Chomolangma (Bunda Semesta). Ada pula yang menjulukinya dengan sebutan Atap Dunia.
Puncak gunung ini berada di ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl). Secara geografis Everest terletak di Pegunungan Himalaya yang berada di perbatasan dua negara, antara Nepal dan Cina.
Sebagai gunung tertinggi di dunia, pesona Everest sulit untuk ditampik. Para pendaki gunung dari seluruh dunia berlomba-lomba untuk bisa menaklukkan gunung tersebut. Salah satunya Januar Herwanto.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, pria asal Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, itu beberapa waktu lalu telah berhasil menginjakkan kakinya di Everest Base Camp.
Menurut Januar, bagi setiap pendaki dan pecinta alam bisa menikmati atmosfer alam bebas merupakan sesuatu kebutuhan. Dan dapat menghirup oksigen pegunungan akan melahirkan rasa yang berbeda. Seolah megalir energi luar biasa ke seluruh tubuhnya.
Karena itu, pendaki selalu berkeinginan untuk mendaki. Tak terkecuali Januar Herwanto.
Sementara Everest, lanjut dia, menjadi magnet tersendiri bagi setiap pendaki gunung di seluruh dunia. Seolah tanpa menjejakkan kaki di sana belum paripurna sebagai seorang pendaki. Hal itu yang memotivasi Januar.
“Dan saya selaku Ketua SAI (Said Abdullah Institut) sejak lama ingin mengibarkan bendera merah putih bergandengan dengan bendera SAI di atap langit itu,†tutur Januar dari Nepal, melalui aplikasi perpesanan, Jumat, 25 Maret 2022 sore.
Januar bersyukur keinginannya itu mendapat dukungan penuh dari keluarga. Karena apapun itu, jika tak ada dukungan keluarga tidak akan berjalan dengan baik.
“Alhamdulillah keluarga, terutama istri, sangat mendukung. Sejak itu saya secara disiplin mulai mempersiapkan mental dan fisik (untuk mendaki Everest),†tutur Januar.
Butuh persiapan sekitar empat bulan sebelum dirinya memulai perjalanan ke arah impian itu. Di bulan pertama, Januar latihan fisik di Sumenep. Tiap hari jalan cepat ke Asta Tinggi, lalu menerobos hutan kecil yang tembus ke Batuan. Selanjutnya melintasi hutan kecil di Matanair dan Kasengan, Rubaru.
Selain di jalur tersebut, Januar juga rutin latihan fisik dengan menempuh perjalanan di Lingkar Utara. Jika ditotal, setiap hari dia menempuh perjalanan kira-kira 14 kilometer.
“Kemudian pada bulan kedua, ketiga dan keempat, tiap minggu saya naik gunung di sekitar Malang,†lanjutnya.
Pada tanggal 8 Maret, Januar mulai menukar rupiah dengan dolar dan ringgit, serta membeli perlengkapan trekking (pendakian). Keesokannya, dia pun terbang ke Jakarta, sebelum menuju Nepal di hari itu juga.
“Saya bersama dua orang, satu pendaki dari Semarang, dan satunya lagi pendaki dari Jakarta,†ungkapnya.
Setibanya di Nepal, tepatnya di Luklak, Januar menuju Everest Base Camp dengan berjalan kaki selama 12 hari. Dalam sehari, dia jalan kaki antara 8 sampai 10 jam.
“Setelah melalui perjalanan panjang dan berharga itu, akhirnya saya sampai di Everest Base Camp. Alhamdulillah, Allah telah memberi kekuatan dan kesehatan pada saya hingga bisa menginjakkan kaki di Everest Base Camp. Tentu ini pencapaian yang sangat berat dilalui,†ungkap Januar.
Selama dalam perjalanan, dia mengaku banyak mendapat pengalaman. Termasuk dari berbagai tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangannya ialah meyakinkan dirinya sendiri (membangun mindset) bahwa dia bisa dan akan berhasil menaklukkan Everest.
“Karena cara berpikir sangat menentukan langkah kita. Di umur 53 tahun punya keinginan ke Everest tentu banyak sekali yang meragukan, dan keraguan itu sangat rasional bagi pendaki amatir. Namun keraguan itu yang justru saya jadikan energi, dan saya nikmati energi baru itu layaknya fisika kuantum. Ibarat sebuah per, semakin ditekan, efek pantulannya akan semakin tinggi. Semakin berenergi,†jelas Januar.
Selebihnya, dia menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan dirinya yang out of the box itu. Terutama kepada MH Said Abdullah.
Menurut Januar, di tengah minimnya tokoh yang bisa mengapresiasi kegiatan seperti yang dirinya lakukan, MH Said Abdullah jadi pembeda. Politisi senior PDI Perjuangan itu adalah sosok yang selalu mengapresiasi hal-hal baru yangg penuh perjuangan, penuh tantangan, dan proses panjang.
“Tentu saya sangat bersyukur, ada Bapak Said Abdullah yang selalu men-support kegiatan-kegiatan yang out of the box ini. Pendakian ke Mount Everest menjadi International Event kedua SAI, setelah 2 sampai 3 April 2011 silam. Kala itu SAI bekerja sama dengan Kerajaan Kelantan dalam kegiatan ‘International Catwalk Serama’,†tutup Januar mengakhiri kisahnya dalam menaklukkan Atap Dunia itu. (*)
Write your comment
Cancel Reply