matamaduranews.com-Dalam kehidupan sufi, perilaku seseorang yang di luar sikap kewajaran sebuah hal yang tak asing.
Abu Nashr as-Sarraj dalam kitab al-Luma’ menerangkan, sikap sufi yang tak wajar bagi banyak orang itu merupakan kondisi spiritual sang salik yang menuntunnya demikian.
Fariduddin al-Attar di dalam kitab Tadzkiratul Auliya, berkisah seorang sufi yang bernama Bisyr bin Harits. Keseharian Bisyr dikenal masyarakat, laki-laki yang abnormal karena saban hari kakinya bertelanjang saat berjalan.
Namun, Imam Ahmad ibn Hambal seorang Ulama Imam Fiqh mengejar-ngejar Bisyri. Sang Imam Ahmad ingin banyak belajar kepada Bisyri si telanjang, bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Sosok Sufi yang memiliki sikap tak wajar bagi kebanyakan orang terlihat pada kehidupan Ra Lilur asal Bangkalan dan Habib Bakar asal Gresik.
Ra Lilur Bangkalan
Ra Lilur memiliki nama lengkap KH Kholilur Rohman. Beliau salah satu cicit Syechona Kholil, Sang Waliyullah asal Bangkalan.
Ra Lilur lahir di Bangkalan pada tahun 1943. Pada usia 75 tahun, Ra Lilur wafat di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Bangkalan.
Ra Lilur menjalani kehidupan Sufisme. Memilih keluar dari hiruk pikuk duniawi. Tinggal berpindah-pindah tempat bersama orang-orang yang setia melayaninya.
Beberapa waktu lama menyendiri, Ra Lilur menikah dengan Nyai Islani, perempuan dari Kecamatan Sepulu. Hasil buah pernikahannya, memiliki putra Ra Bir Aly. Sejak bayi hingga dewasa, Ra Bir Aly diasuh KH Kholil AG-kakak Ra Lilur.
Setelah tinggal di Demangan. Ra Lilur menetap di Desa Prancak, Kecamatan Sepulu. Kemudian pindah tinggal ke Desa Banyubunih, Kecamatan Galis. Lalu pindah ke Desa Pakaan Laok, Galis. Terakhir, Ra Lilur menetap dan wafat di Desa Banjar, Galis, Bangkalan.
Kseharian, Ra Lilur lebih sering mengenakan kaos dalam putih dan celana pendek hitam dengan mengenakan kopiah. Meskipun dalam keadaan menerima tamu.
Ra Lilur diyakini masyarakat sebagai wali jadzab.
Dengan sikap yang di luar nalar sehat, orang awam menganggap sesuatu yang aneh. Karena tak lazim bagi perilaku kebanyakan manusia normal.
Karomah Ra Lilur
Salah satu karomah Ra Lilur adalah bisa “membelah diri†alias ‘pecah raga’ di satu waktu yang sama pada tempat yang berbeda.
Kisah karomah Ra Lilur disampaikan oleh H Husni Madani, ajudan Ra Lilur. Berikut kisahnya:
Suatu ketika, H Husni Madani, menggelar resepsi pernikahan salah satu putrinya, di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Bangkalan, Madura.
Ra Lilur bertindak penerima tamu sekaligus pengundang untuk 300 kiai se Madura di acara resepsi pernikahan itu.
Secara tiba-tiba, para undangan tercengang. Ra Lilur tampil di atas panggung bermain drama.
Layaknya seorang bintang tivi, Ra Lilur terus berakting di hadapan ratusan kiai. Karuan saja para undangan terperangah melihat kepiawaian akting Ra Lilur.
Pada keesokan harinya, datang salah seorang kiai menemui H Husni Madani. Si kiai memohon maaf ke Husni karena tidak bisa hadir pada acara undangan resepsi anaknya.
Si kiai itu mengaku tidak bisa hadir dikarenakan pada malam hari undangan resepsi, si kiai kedatangan tamu Ra Lilur di rumahnya.
Husni kaget. Pada malam yang sama, sebagaimana keterangan di atas, Ra Lilur disaksikan sendiri oleh Husni Madani dan 300 kiai lainnya, sedang pentas drama.
“Saya heran, pada malam itu Ra Lilur bersama saya, tapi ada seorang kiai yang mengatakan Ra Lilur sedang bertamu ke rumahnya,†terang Husni, seperti dikutip Harian Bangsa, Selasa (21/08/2001).
Kejadian serupa juga dialami salah satu kerabat Husni yang ada di Jakarta. Itu terjadi saat haul KH Amin Imron, paman Ra Lilur.
Saat itu, secara mengejutkan Ra Lilur datang ke haul.
Karuan saja tuan rumah keheranan. Melihat Ra Lilur datang secara tiba-tiba.
Ra Lilur langsung bertanya kepada sahibul hajat soal foto dirinya yang dipajang di dalam kamar.
“Mana foto saya yang dipajang di dalam kamar?†sergah Ra Lilur, seperti ditirukan Husni. Padahal sebelumnya, Ra Lilur tidak pernah datang ke tuan rumah.
“Pada hari saat haul di Jakarta itu, Ra Lilur sebetulnya ada di ndalem-nya, Desa Banjar Galis, Bangkalan,†cerita Husni.
Habib Bakar Gresik
Habib Bakar Gresik memiliki nama lengkap Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Beliau adalah cucu Wali Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Asta kakeknya berada di pemakaman Masjid Jamik, Gresik.
Habib Bakar kini tinggal PP Sabilul Muttaqin, Baron, Nganjuk. Beliau dikenal masyarakat sebagai wali jadzab.
Dalam keseharian, Habib Bakar hanya memakai sarung dan kopyah. Tanpa memakai baju. Perilaku Habaib Bakar tidak seperti seorang ulama’.
Bagi yang tak mengenalnya, perilaku Habib Bakar sebagai orang tak normal. Karena tak ada pakaian kebesaran yang melekat. Untuk mengenalinya memang tidak mudah.
Seperti yang terjadi pada Rabu siang (10/6/2020) di Masjid Asta Syaikhona Kholil Bangkalan. Habib Abu Bakar bin Abu Bakar Assegaf langsung duduk di Mimbar Masjid Asta Pesarean Syaikhona Kholil, Bangkalan.
Saat duduk di mimbar masjid itu, Habib Bakar tidak memakai baju. Beliau hanya menggunakan sarung berwarna putih. Memakai kopyah hitam dan sambil merokok.
Namun tak sedikit ulama, ustadz dan santri di Bangkalan yang ikut menemani kedatangan Habib Bakar di Masjid Pasarean Syechona Kholil. Terlihat KH Mas Abdul Adzim Kholili, Pengasuh Pondok Pesantren Kepang, Bangkalan. Beliau bersama ustadz dan santrinya membaca burdah dengan khusus. Setelahnya beliau menemui Habib Abu Bakar duduk bersama.
Karomah Habib Bakar
Kisah salah satu karomah Habib Bakar banyak diceritakan hingga dimuat sejumlah media. Situs ngopibareng, menulis salah satu karomah Habib Bakar. Berikut Kisahnya:
Pada suatu hari, ada seorang tukang becak sedang bersedih karena menanggung beban hidup yang makin sulit. Sebut saja namanya Imam. Selesai habis Subuh, Imam langsung mangkal di tempat perjuangannya mengayuh becak, berharap segera ada penumpang datang. Imam terus terngiang pesan istrinya, bahwa hari ini jatuh tempo bayar hutangnya dan bayar sekolah anaknya.
Tiba-tiba, datanglah Habib Bakar dari arah depannya dan langsung naik di atas becak Imam. Tanpa sepatah katapun, Habib Bakar sambil menunjuk arah dengan jemarinya yang menandakan bahwa beliau minta diantar di arah tersebut.
Imam termasuk sosok tukang becak yang sangat cinta para habaib. Dengan sangat bahagia, Imam segera mengayuh becaknya sesuai petunjuk Habib Bakar. Di tengah mengayuh becaknya, Imam ingat kebiasaan Habib Bakar dalam merokok.
Uang seadanya di sakunya dibelikan rokok untuk Habib Bakar, wujud penghormataan Imam kepada cucu Rasulullah. Padahal, itulah uang terakhir di sakunya yang mau digunakan untuk sarapan. Tapi kecintaannya kepada cucu Rasulullah tak bisa dibendung.
Perjalanan becak kembali dilanjutkan. Tiba-tiba, ada mobil yang menyalib dan memberhentikan becak Imam. Kaget dan sangat khawatir, karena Imam baru membawa Habi Bakar.
Lima orang bersorban dan bergamis turun dari mobil. Mereka mengucapkan salam dan mencium tangan Habib Bakar. Salah satu dari rombongan itu mengeluarkan amplop tebal dan memberikannya kepada Imam. Ragu dan kaget, Imam merasa bingung seolah sedang di alam mimpi.
“Pak, terimalah amplop ini. Jangan ragu, ini rezeki Bapak. Bapak sangat membutuhkannya,†tegasnya.
Habib Bakar seketika turun dari becak itu dan memberikan isyarat kepada Imam agar menerima amplop itu. Habib Bakar lalu ngeloyor pergi dengan jalan kaki tanpa sepatah kata pun.
Sedangkan testimoni orang-orang Gresik yang pernah berjumpa dan bersalaman dengan Habib Bakar yang dirangkum KHS.net dari grup facebook Gresik Update.
Dedie Indramanto
JamanQ pas SMP lengane tau tak senggol nganggo setang sepeda kondisi lalin macet nag pasar
Kus Siswoyo
Biasane nek nang wrng..bnyk yg ngasi rokok..tp klu dia..ngga sreg nang atine ojo Arep2 di trimo…..malah wong sing ra ngerti sejatine beliau …malah sing di jalu,i..lha sing di jalu,i iku wong sing beruntung (kalau ngasih)…
Dian Ika
Wkt sepupu khitanan,tau2 dtg pas pgajiannya n duduk nongkrong d kursi dg rokok d kuping gt
Fununul Maq
Dulu saya sering ketemu beliau kalo malam Minggu di suatu majlis, beliau g banyak dawuh hanya senyum senyum yg bikin hati senang, subhanallah…..wali jaddab
Nanang Fawzy
Iya Mas Fununul Maq kadang rokok pemberian orang baru dinyalakan langsung dimasukkan lubang kupingnya..
Fununul Maq
Sedari dulu beliau nyeleneh…tanpa baju kedua kuping beliau selalu di sumbat dg Putung rokok
Nanang Fawzy
Subhanallah…dulu waktu msh SMP aq masih sering lihat belau dipasar gresik,terminal jg di alun-alun..
Nurul Lailiyah
Waktu saya kecil saya sering sekali liat habib mondar mandir dengan 3 rokonya…..dasar saya anak anak dlu jd blm tau klo habib adalah waliyullah
Davik Dengkul Kropos
beliau dari dulu memang g pernah pake baju, dalam penggelihatan orang awam…
Kata beliau Qul kafaabillaahi syahidam baini wa bainakum…
Erry Bawiyanto
Sekitar an th ’80 an beliau sering di Gresik orang2 pada gak ada yang tahu kalau beliau seorang wali,beliu orang jaddap banyak suatu keanehan apabila kita perhatikan pada saat itu
hambali rasidi
Write your comment
Cancel Reply