matamaduranews.com-SUMENEP-Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) itu digelar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika STKIP PGRI Sumenep selama dua hari kemarin.
Sedari Jumat (11/12) hingga Sabtu (12/12), sebanyak 20 aktivis pers mahasiswa (Persma) yang terdiri dari anggota LPM Retorika tahun 2018-2019 mengikuti PJTL. Kegiatan berlangsung di Kampus STKIP PGRI Sumenep Ruang 6 Lantai 2 Gedung Utara.
Selama dua hari, dimulai dari pukul 07.30 WIB para aktivis Persma Retorika mengikuti pelatihan dengan antusias hingga berakhir pukul 22.00 WIB. Dalam rentang waktu yang lama setiap harinya itu, pelatihan dibagi menjadi sejumlah sesi.
"Sesi pertama dari pagi hingga siang, lalu kita jeda istirahat, salat dan makan siang dulu. Dilanjutkan lagi sesi kedua dari siang sampai sore. Nanti habis jeda salat dan makan malam dilanjutkan sesi ketiga," kata Hasan Bashri, Ketua Panitia PJTL LPM Retorika, Jumat (11/12/2020) siang.
Menurut Hasan, PJTL kali ini dikemas berbeda. Yakni pelatihan sekaligus bedah tema Majalah Retorika yang akan diterbitkan pada bulan Mei 2021 mendatang.
"Jadi, selama 2 hari kita tidak hanya belajar teori saja. Tetapi juga membahas terkait tema majalah, isu yang akan diangkat, dan pembagian tugas kru," ungkapnya usai kegiatan, Sabtu (12/12/2020) malam.
Baca Juga: LPM Retorika STKIP PGRI Sumenep Gelar PJTD, Launching Website
Dari 20 pengurus dan anggota LPM Retorika yang ikut PJTL, mayoritas angkatan tahun 2019. Sisanya angkatan tahun 2018 dan dua orang angkatan tahun 2017 yang sudah menjadi pengurus.
Adapun anggota baru yang masuk di tahun 2020 ini tidak dilibatkan. Sebab dalam jenjang karier LPM Retorika, majalah digarap oleh pengurus dan anggota senior.
"Karena PJTL ini sekaligus jadi langkah kita menerbitkan majalah Retorika, anggota baru tidak dilibatkan. Mereka baru saja resmi jadi anggota akhir November lalu setelah ikut PJTD selama 3 hari," jelas Hasan.
Moh. Busri, Pimpinan Umum (PU) LPM Retorika membenarkan PJTL tersebut memang digelar untuk anggota LPM angkatan 2018-2019. Dia sendiri dan teman seangkatannya yang sudah jadi pengurus inti juga ikut terlibat.
"PJTL merupakan program kerja pengurus LPM Retorika Periode 2020-2021 yang bertujuan untuk membangun semangat produktivitas anggota LPM," tutur Busri, Jumat (11/12/2020) siang.
Di samping itu, PJTL dimaksudkan untuk penggarapan Majalah Retorika. Pasalnya, produk jurnalistik yang satu ini sudah lama vakum dari ranah penerbitan.
"Majalah Retorika memang sudah lama tidak terbit, sehingga pada periode kepengurusan hari ini akan mengupayakan seoptimal mungkin untuk menerbitkan majalah tersebut," ujar Busri.
PJTL to Majalah
Menyambung penuturan Hasan sang Ketua Panitia PJTL, Busri membenarkan bahwa pelatihan tingkat lanjut kali ini tidak semata-mata peningkatan sumber daya para anggota LPM Retorika. PJTL 2020 sengaja dikemas bagaimana angkatan tahun 2018-2019 siap menggarap Majalah Retorika.
"Itu benar (apa yang disampaikan Hasan, red). Jadi, pada PJTL ini kita memang langsung diarahkan untuk garap Majalah Retorika," kata Busri.
Karena itu, selama pelatihan berlangsung materi-materi yang disampaikan fasilitator mengarahkan peserta bagaimana menghasilkan sebuah majalah. Sehingga, panitia mengundang fasilitator yang tidak hanya memberikan materi PJTL semata, tetapi yang juga punya pengalaman dalam penerbitan majalah.
"Kita pakai satu fasilitator selama dua hari ini. Jadi, fokus satu orang saja yang mengarahkan," terang Busri, Sabtu (12/12/2020) malam usai penutupan.
Fasilitator yang dihadirkan adalah Rafiqi. Redaktur Majalah Mingguan Mata Madura, yang juga mantan aktivis pers mahasiswa (Persma) sekaligus salah satu pengagas LPM Dialektika STIT Al Karimiyyah Beraji yang kini beralih status menjadi Institut Kariman Wirayudha (INKADHA) Sumenep.
"Dalam dua hari ini kita ya hanya bersama Kak Rafiqi saja. Selain seorang Redpel, kita pilih dia karena dekat dengan iklim pers mahasiswa. Soalnya kan mantan aktivis Persma juga," imbuh Busri.
Ditemui usai kegiatan, Rafiqi membenarkan menjadi satu-satunya fasilitator dalam PJTL yang digelar LPM Retorika selama dua hari. Ia mendampingi para aktivis Persma di Kampus Taneyan Lanjhang itu sejak Jumat (11/12) hingga Sabtu (12/12).
"Sudah dua hari ini memang saya bersama mereka (peserta PJTL, red). Itu karena memang panitia hanya ngundang saya sorang saja," katanya sambari tersenyum ketika ditemui usai penutupan acara, Sabtu (12/12/2020) malam.
Dari Depth News hingga Manajemen Redaksi
Rafiqi membenarkan PJTL yang digelar LPM Retorika di masa kepemimpinan Moh. Busri itu difokuskan pada penggarapan majalah. Sejak awal, dia mengaku memang diajak komunikasi terkait konsep PJTL sesuai dengan keinginan pengurus LPM Retorika.
"Itu betul. Jadi, memang sebelumnya sudah dibahas. Mintanya memang sebenarnya tidak murni paparan materi PJTL, tapi bagaimana majalah mereka akan digarap dan bisa terbit," ungkap Pemimpin Redaksi (Pemred) media online E-KABARI.COM itu.
Menjawab keinginan pengurus LPM Retorika, Rafiqi tidak berpaku pada materi-materi pelatihan jurnalistik tingkat lanjut. Selama dua hari masa PJTL, para peserta langsung diajak mengulik hal-hal yang dibutuhkan dalam penggarapan majalah sekaligus praktik sebagian daripada materi-materi yang disampaikannya.
"Jadi sebenarnya dalam PJTL selama dua hari ini kita insyaallah sudah banyak belajar langsung, kalau tidak bisa disebut prkatik, bagaimana untuk menerbitkan majalah itu," jelas Rafiqi.
Untuk materi yang dibahas, kata dia dimulai dari Depth News hingga Manajemen Redaksi. Meskipun dalam praktinya disesuaikan dengan upaya penerbitan majalah.
Awal-awal di sesi pertama misalnya, Rafiqi mengurai ingatan peserta seputar berita. Mulai dari unsur-unsur berita, objek, kaidah penulisan, sifat, dan jenis berita.
"Datang-datang saya langsung kasih rilis suruh tulis. Setelah selesai kita masuk materi dari tulisan mereka itu," imbuh dia.
Selanjutnya, PJTL mengalir dari materi Depth News ke Manajemen Redaksi dan sebaliknya. Mulai dari bedah tema untuk cover story dan laporan utama majalah, dilanjutkan dengan Depth News untuk penulisan laporan utama dan Editorial (tajuk rencana).
Kemudian pembentukan kru, pembagian tugas, hingga pembuatan outline. Termasuk manajemen anggaran, marketing dan periklanan juga dibahas.
"Kesana kemarilah pokoknya. Tapi insyaallah semoga ada hasilnya karena kita memang sepakati begitu. Tidak formal, yang penting paham. Tidak runut, tetapi ngerti. Targetnya sudah jelas kok," tandas Rafiqi.
Antusias tapi Berat
Pola PJTL yang demikian dibenarkan peserta. Jailani, yang terpilih jadi Pemimpin Redaksi (Pemred) Majalah Retorika mengaku tidak masalah dengan pelaksanaan PJTL yang tidak formal dalam bentuk dan penyampaian materinya oleh fasilitator.
"Kami antusias kok, terutama di bedah tema dan pembagian tugas, serta pembutan outline," ujar Jai, panggilan akrab Jailani.
Namun, Jai mengakui setelah semuanya dibedah dan dijelaskan dengan detail, penggarapan majalah yang kini resmi dipimpinnya terasa agak berat. Meski sebelumnya sudah pernah terlibat penggarapan koran dan buletin, ia menilai majalah lebih luas dan komplek.
"Waktu buletin kan kita tidak sampai ribet dengan rubrik ini pakai penulisan yang begini, breakdown tema dengan hasil banyak sisi yang harus diobservasi dan wawancara misalnya," tutur Jai.
Hal yang sama diungkapkan Maulidatul Fitriyah. Dalam antusiasme mengikuti jalannya PJTL, akhirnya dia tahu penggarapan Majalah Retorika untuk berhasil terbit butuh tenaga ekstra.
"Ternyata sangat komplek. Tapi setelah dua hari PJTL, insyaallah kita sudah punya gambaran bagaimana yang terasa berat itu bisa dilakukan dengan mudah dengan cara dan pengelolaan yang baik," ungkap Fitri, Sabtu (12/12/2020) malam.
Begitu pula disampaikan Jai, sang Pemred. Ia berkomitmen untuk mengaplikasikan semua yang dihasilkan melalui PJTL selama dua hari agar Majalah Retorika yang diimpikan bisa terbit ke tangan pembaca.
"Bersama-sama semua kru dan arahan dari PU serta fasilitator dan senior, insyaallah saya siap menerbitkan Majalah Retorika dengan semua bekal yang sudah didapat selama PJTL," tegasnya.
Sementara itu, Busri sebagai Penanggung Jawab Majalah Retorika berharap, semua peserta PJTL yang sudah resmi dibentuk menjadi kru bisa bersatu. Bersama-sama berkomitmen untuk mewujudkan terbitnya Majalah Retorika pada bulan Mei 2021.
"Saya berharap PJTL dan Bedah Tema selama dua hari ini bisa jadi bekal kita untuk mewujudkan Majalah Retorika. Dan untuk ke depannya ini bisa terus dijadikan pandangan bagi generasi selanjutnya," pesan Busri.
Rusydiyono, Mata Madura
Write your comment
Cancel Reply