Religi
Ketika Syaikhona Kholil Bangkalan Berguru ke Mursyid yang Wafat
matamaduranews.com-Keinginan untuk mengerti ilmu mendekatkan diri kepada Allah begitu menggelora pada pribadi Syaikhona Kholil Bangkalan.
Saking besarnya keinginan Syaikhona Kholil Bangkalan mencari guru (mursyid). Meski jauh dari tanah kelahirannya tetap dicari.
Apa yang terjadi pada Syaikhona Kholil Bangkalan waktu muda bisa menjadi inspirasi. Yaitu, keinginan yang sungguh-sungguh mencari ilmu mendekatkan diri kepada Allah hingga berbuah manis.
Dikisahkan dari berbagai sumber:
Suatu ketika, saat masih kanak-kanak-Syaikhona Kholil diajak abahnya, KH Abdul Latif sowan ke Sayid Abu Darrin di Karangsono, Pasuruan, Jawa Timur.
Saat hendak pulang. Sayid Abu Dzarrin berpesan kepada Syaikhona Kholil kecil-jika dewasa agar kembali datang.
"Kamu nanti kalau sudah besar main lagi ke sini ya, aku tunggu," dawuh Sayid Abu Dzarrin.
"Inggih". jawab Kholil muda.
Sayid Abu Dzarrin diketahui seorang wali Allah yang kasyaf. Memliki bashirah hal-hal yang tidak diketahui oleh orang biasa.
Beliau seperti melihat Kholil kecil adalah sosok yang akan menjadi orang besar dan menjadi wali Allah.
Saat tumbuh dewasa. Syaikhona Kholil lupa atas apa yang diperbincangkan dengan Sayid Abu Dzarrin.
Beliau mendengar kisah Kiai Nawawi Banten yang dikenal seorang yang ‘alim dan waliyullah.
Syaikhona Kholil ingin bergur ke Kiai Nawawi Banten.
Beliau memantapkan tekad untuk berguru ke Kiai Nawawi Banten. Bilau berangkat ke Banten untuk berguru.
Saat tiba di Banten. Kiai Nawawi sudah berangkat ke Tanah Suci, Mekkah.
Meski kecewa datang dari jauh tak berjumpa. Syaikhona Kholil menyusul berangkat ke Mekkah hendak menemui Kiai Nawawi.
Namun, saat tiba di Mekkah. Kiai Nawawi sudah kembali ke Banten.
Syaikhona Kholil kembali menelan kekecawaan karena apa yang diinginkan untuk berjumpa dan berguru ke Kiai Nawawi belum kesampaian.
Syaikhona Kholil terus mencari Kiai Nawawi.
Beliau pulang Indonesia menuju Banten, rumah Kiai Nawawi.
Saat akan masuk ke pekarangan Kiai Nawawi. Kedatangan Syaikhona Kholil langsung disambut hangat.
Pertemuan bikin lega hati Syaikhona Kholil.
"Anda dari mana Gus?," tanya Kiai Nawawi.
"Saya dari Madura, Yai", jawab Syaikhona Kholil.
"Kira-kira ada keperluan apa ya Gus?" tanya Kiai Nawawi.
Kiai Kholil muda pun menjelaskan tujuan beliau yang ingin menimba ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
"Lho, kenapa Anda datang jauh-jauh ke sini untuk menimba ilmu kepada saya?. Bukankah di dekat daerah Anda terdapat seseorang yang sangat alim, sangat zuhud dan sangat wara'nya?. Kenapa Anda tidak menimba ilmu pada beliau saja?," sahut Kiai Nawawi.
"Ngapunten (maaf) Yai.. Siapakah orang yang Yai maksud tadi?," balik tanya Syaikhona Kholil penasaran.
"Lho itu, Kiai yang ada di Pasuruan itu. Bukankah saat Anda masih kecil dulu sudah pernah ke sana?. Dan bukankah Kiai itu dulu pernah bilang kepada Anda agar Anda datang ke sana lagi jika sudah besar?", jelas Kiai Nawawi.
Jawaban Kiai Nawawi membuka kembali kenangan masa kecil dulu. Saat dirinya bersama abahnya sowan ke Sayid Abu Dzarrin.
"Nah, sudah ingat kan?, iya betul, nama beliau Kiai Abu Dzarrin. Anda sudah lama ditunggu oleh beliau. segeralah ke Pasuruan dekat Desa Karangsono itu!", kata Kiai Nawawi sebelum Kiai Kholil muda menanyakan siapa kiai yang beliau maksudkan itu.
Syaikhona Kholil muda pun menuruti anjuran Kiai Nawawi Banten agar menemui Sayid Abu Dzarrin di Pasuruan.
Saat Syaikhona Kholil tiba di Pasuruan. Bertanya rumah Sayid Abu Dzarrin.
Warga yang mengetahui Sayid Abu Dzarrin sudah meninggal dunia 3 tahun lalu. Warga menunjuk asta Sayid Abu Dzarrin.
Tiba di Asta Sayid Abu Dzarrin. Syaikhona Kholil masih bertanya kediaman Sayid Abu Dzarrin.
Warga lalu menunjukkan rumah Sayid Abu Dzarrin.
Setelah sampai di rumah Sayid Abu Dzarrin. Syaikhona Kholil ditemui oleh Sayid Abu Dzarrin.
Sayid Abu Dzarrin benar-benar menemui Syaikhona Kholil sebagaimana beliau masih hidup.
Pertemuan itu, Syaikhona Kiai Kholil belajar ilmu (cara) mendekatkan diri kepada Allah Swt hingga Syaikhona Kholil Bangkalan menjadi kekasih Allah (waliyullah).
Hingga menjadi guru para ulama besar di Nusantara. Termasuk Syekh Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan RKH As’ad Syamsul Arifin, Situbonodo.
Untuk mengabadikan pertemuan Syaikhona Kholil dengan Sayid Abu Dzarrin di makam Sayid Abu Dzarrin terdapat sebuah tulisan di dinding yang menceritakan tentang pertemuan dan belajarnya Syakhona Kholil muda bersama Kiai Abu Dzarrin At-Tuqo (Kiai Tugu).
Peristiwa atau pertemuan itu menjadi sebuah kisah yang selalu disampaikan di saat acara haul akbar Sayid Abu Dzarrin di Pasuruan yang biasa diselenggarakan pada tanggal 16 Syawal tiap tahunnya.
Hingga kini keturunan Syaikhona Kholil Bangkalan selalu mengirimi bekal ke Pasuruan untuk acara haul Sayid Abu Dzarrin. (redaksi)
Diolah dari berbagai sumber.
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply