Post Images
Oleh: Ahmad Farisi* Saya sudah dua minggu di kampung halaman. Artinya, hal itu menandakan bahwa isolasi mandiri yang saya lakukan sebagai anak perantauan sudah hampir selesai. Semenjak diumumkannya dua orang asal Depok positif Corona oleh Presiden Jokowi pada 03 Maret lalu, melalui jejaring media sosial hampir setiap hari dari tanah rantau saya melakukan pengecekan terhadap daerah saya—Sumenep, Batang-Batang. Dalam kondisi aman atau tidak. Dan alhamdulillah Sumenep masih dikategorikan sebagai zona hijau, dan hingga kini laporan pemerintah masih sama. Pun PDP dan ODP-nya semakin meningkat. Semoga hal ini bisa segera teratasi. Pada konteks ini, saya mengakui memang agak nepotis. Hal itu, karena saya seakan hanya peduli pada daerah saya sendiri. Pun agak nepotis, saya masih bersyukur—itupun jika betul saya nepotis—sebab, jiwa nepotis saya masih tak separah mereka (?) yang mengangkut seluruh karib-kerabatnya ke bangku pemerintahan. Eh, saya jadi ingat Orba. Ah, tapi sudalah. Itu bukan bahasan kita pada tulisan pendek ini. Pada tulisan berjudul Kebebalan dan Keterbatasan Pengetahuan adalah Masalah Utama Sumenep ini saya ingin mengajak para sidang pembaca untuk mempertanyakan ulang langkah-langkah mitigasi bencana Covid-19 yang sudah kita lakukan: sudah tepat atau tidak? Secara umum, berbagai langkah yang diusung pemerintah dan organ-organ lainnya untuk menerangi wabah Covid-19 saya rasa kurang tepat. Salah sih tidak. Hanya, sekali lagi kurang tepat. Mengapa saya katakan demikian? Jawabannya sangat sederhana. Sebab, berbagai langkah yang kita lakukan dari awal hingga kini terkesan hanya ikut-ikutan tanpa melakukan pembacaan lapangan secara komprehensif. Padahal, Covid-19 adalah masalah lapangan. Di saat banyak organ pemerintah ataupun non-pemerintah menggalakkan program bagi-bagi masker. Utamanya di kota pusat. Tanpa berpikir panjang Sumenep juga ikut-ikutan di dalamnya. Padahal, meski sama-sama dalam rangka memerangi Covid-19 antara kota pusat dan Sumenep kondisinya jelas berbeda. Nah, karena perbedaan kondisi ini seharusnya ada ijtihad baru yang diambil oleh Sumenep. Bukan semata ikut arus. Sebagai misal, saya ambil perbandingan kota Jogja. Jika di kota Jogja pemerintah menggalakkan program bagi-bagi masker, saya rasa itu wajar. Sebab, masyarakatnya adalah masyarakat terdidik—yang barang tentu soal Covid-19 mereka lebih mengerti ketimbang kita yang masyarakatnya tertinggal. (Maaf. Tetapi memang itu kenyataannya). Tanpa ada program bagi-bagi masker pun saya rasa mereka akan tetap bermasker. Sebab, mereka sadar betul akan bahaya dan keganasan virus Corona. Nah, dan hal itu tentu berbeda dengan di Sumenep. Di Sumenep, sebanyak apa pun kita melakukan program bagi-bagi masker, namun masyarakatnya belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Covid-19, ya,...itu terkesan percuma. Sebab, sebanyak apa kita memberinya, maka sebanyak itulah masyarakat menimbunnya di rumah. Artinya, dari banyak masker yang diberikan. Sama sekali tak ada yang dipakai. Kan sangat disayangkan. Dan, yang lebih ironis lagi. Jika Anda sesekali masuk ke pedesaan di Sumenep. Sebenarnya, masalah utamanya bukan hanya pada tingkat pengetahuan masyarakat akan dampak negatif dan bahaya virus Corona. Tetapi juga pada sikapnya yang sungguh sangat bebal. Bayangkan saja. Di samping sebagian masyarakat juga tidak percaya akan bahaya Covid-19. Dengan semringah dan percaya diri mereka mengatakan bahwa virus Corona tak akan mampu menginfeksi mereka. “Corona penyakitnya orang kafir. Bukan petani muslim seperti saya”. Menghadapinya, saya mati akal. Jika demikian, tentu makin rumit permasalahannya. Dan, pertanyaannya kemudian. Bisakah keterbatasan pengetahuan dan kebebalan diobati dengan masker dan disinfektan? Tentu tidak. Harus ada langkah alternatif lain selain program bagi-bagi masker dan penyemprotan disinfektan. Agar, upaya pencegahan yang kita lakukan benar-benar sempurna—paling tidak secara konseptual. Secara konseptual? Ya, secara konseptual. “Bagaimana bisa sempurna secara praktis, jika secara konseptual saja tidak bisa”.WallahuA’lam. GNP, 21/04/2020 * Esais, tinggal di Batang-Batang.
Covid-19 Covid-19 Masalah Sumenep Memerangi Corona Kebebalan Keterbatasan Pengetahuan

Share :

admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Blog Unggulan

Surat Kabar

Daftar dan dapatkan blog dan artikel terbaru di kotak masuk Anda setiap minggu

Blog Terbaru