Blog Details Page

Post Images
Catatan: Sujono Satelit "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas-kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (At-Taubah : 128) Apa yang bisa kita petik dari pribadi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam? Bukan sekadar manusia yang memiliki budi pekerti luhur. Bukan! Pada dirinya ada kecintaan dan empati yang luar biasa. Sedemikian besarnya kecintaan itu, sehingga penderitaan kita adalah penderitaannya. Dan Ia turut merasakan penderitaan kita yang banyak. Ada keinginan yang sangat kuat untuk mengantarkan kita pada keselamatan, dan tidak ada keselamatan tanpa iman. Dan tidak bernilai iman jika tidak berpijak pada aqidah yang lurus dan agama yang benar, sehingga tidaklah kita berserah diri kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla. Amat besar keinginannya agar kita meraih keselamatan dan kemuliaan, bahkan meskipun untuk itu Ia dimusuhi dan disakiti. Dia melakukan semua itu bukan untuk meraih dunia (yang Ia tidak perlu berlelah-lelah untuk meraihnya) andaikan Ia menghendaki. Juga bukan mengejar kekuasaan dan mahkota. Tetapi Ia berbuat dengan tulus, melayani dengan penuh kecintaan, berjuang dengan sungguh-sungguh demi membaguskan kita, rakyat. Bukan untuk meninggikan dan membanggakan kedudukannya. Dan justru karena itulah, kita merasakan keagungannya. Dunia mengakui kemuliaannya. Bahkan Allah Ta'ala dan para malaikat pun bershalawat untuknya. Dari itu saudaraku, terasa betul betapa berbedanya dengan apa yang kita jumpai hari ini. Atas nama dakwah dan muru'ah (kehormatan), banyak orang yang berburu gelar 'ustadz' dan menyandangi dirinya dengan berbagai kemewahan. Kenapa? Karena ada persangkaan bahwa dengan itu kita akan dihormati; dengan kekayaan itu kita dimuliakan dan nasehatnya didengar. Tetapi tidak! Mereka berceramah, manusia tertawa dan mengelu-elukan, sesudah itu tak ada lagi yang berbekas. Jika agama hanya menjadi penghibur jiwa, maka sulit membayangkan terjadi perubahan mendasar pada mereka yang mendengar dan belajar. Sesungguhnya, tidaklah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam diutus kecuali untuk membentuk akhlak mulia (akhlaqul karimah). Tetapi mari kita buka lagi lembaran sejarah perjalanan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Apakah yang Beliau lakukan di awal-awal masa kenabian? Apakah Beliau melakukan serangkaian pembiasaan berkait dengan budi pekerti? Sepanjang yang mampu saya pahami, bukan itu yang dilakukan oleh Nabi SAW. Masa-masa awal dakwah, titik tekan utamanya adalah pada penanaman keyakinan yang kuat kepada Allah Ta'ala dan tidak mempersekutukan-Nya, membangun aqidah yang lurus, menempa mereka untuk memiliki ketundukan yang total kepada Allah Ta'ala melalui qiyamul lail yang panjang dan menafikan sesembahan selain Allah Ta'ala. Ketika itu, jilbab belum diperintahkan, minuman khamr belum dicegah dan banyak hal lainnya yang masih dibiarkan. Ini memberi pelajaran berharga bagi kita. Kelak kita tahu dalam sejarah betapa tinggi kemuliaan akhlak para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in, maupun para salafush shalih, tetapi kemuliaan akhlak itu bukan semata-mata akibat dari pembiasaan, melainkan tumbuh di atas keyakinan yang kuat dan keimanan yang benar. Sangat berbeda kebiasaan yang muncul semata-mata sebagai hasil pembiasaan dengan kebiasaan yang lahir dari keyakinan yang kuat. Yang pertama akan mudah luntur oleh situasi, sedangkan yang kedua cenderung mewarnai dan membawa pengaruh tatkala kita berada pada lingkungan yang sangat berbeda. Serupa dengan itu, sangat berbeda kaya sebagai tujuan dan kaya sebagai akibat. Berbeda juga kaya sebagai jalan. Jika dunia yang menjadi tujuan, maka agama akan menjadi alat. Jika menolong agama Allah yang menjadi kegelisahan dan tekad kuat kita, maka kita akan siap berletih-letih untuk berjuang, termasuk mengumpulkan harta yang banyak agar dapat mengongkosi perjuangan dan dakwah kita; fillah, lillah, ilallah. Akhir kata, kerinduan terletak pada amal, bukan kekayaan. Selamat berkarya dan berinovasi pemimpin baru Sumenep; Fauzi-Eva. Dan terima kasih Kiai Busyro Karim, yang telah mengabdi membangun Bumi Sumekar, selama 20 tahun. *) Tinggal di Perum Satelit, Pabian, Sumenep
Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wakil Bupati Sumenep Pelantikan Bupati Bupati Sumenep Terpilih Dewi Khalifah Bupati Sumenep
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Featured Blogs

Newsletter

Sign up and receive recent blog and article in your inbox every week.

Recent Blogs

Most Commented Blogs