matamaduranews.com-SUMENEP-Kisah Atman, salah satu Calon Jamaah Haji (CJH) asal Pulau Kangean Sumenep yang gagal berangkat haji menarik ditulis dari kacamata jurnalis.
Nur Kholis, kontributor TV nasional di Sumenep membuat catatan ringan yang bikin orang membaca ikut haru.
NK-panggilan Nur Kholis bisa mengulik sesuatu yang dia ketahui dan dialami sendiri menjadi catatan menarik.
Begini ia catat soal Pak Atman yang menurutnya sebagai korban perbuatan dari seseorang yang memiliki sifat bangsat, meski dia ralat.
Berikut tulis NK:
PAK ATMAN, LAKI-LAKI YANG DUA KALI DISAKITI
Saya menghapus tiga kata bangsat dalam catatan ini. Pertama, karena kata serupa itu jarang sekali saya utarakan. Terutama dalam sebuah catatan. Kedua, saya sadari bahwa marah itu tak perlu mengumpat seenaknya.
Katanya, mengumpat itu ada seninya. Memang ungkapan itu ada benarnya. Akan tapi ketika orang tua gigih macam Pak Atman yang dipermainkan? siapa yang tidak iba, kan?
Pak Atman adalah laki-laki yang dua kali disakiti. Pertama, dia gagal berangkat ke tanah suci. Kedua, diprank sujud syukur hingga akhirnya dia kecewa lagi.
Saya ceritakan. Pak Atman (64) adalah seorang calon jamaah haji asal desa Sambakati, Kecamatan Arjasa, pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, yang dinyatakan gagal menunaikan ibadah haji, tiga hari sebelum berangkat.
Publik yang mendengar itu, turut prihatin. Kawan-kawan jurnalis memberitakannya. Dengan harapan kejadian serupa tidak terulang. Di sejumlah warung kopi, nama Pak Atman sesekali muncul sebagai bahan perbincangan. Para pengkopi mania ikut prihatin dan iba.
Betapa remuk redamnya perasaan Pak Atman. Sejak tahun 2011 silam, impian menunaikan ibadah haji sudah ia tanam. Keinginan itu dia pupuk dalam doa dan usaha. Namun, tiga hari sebelum diberangkatkan, seluruh doa dan usaha itu buyar adanya.
Saat kami bertemu, sungguh, Pak Atman berusaha tegar. Dia menunjukkan sahara yang siap dia bawa. Tas untuk visa dia pamerkan. Termasuk nomor kloter penerbangan dia tunjukkan.
Dari cara Pak Atman bercerita, sepertinya ada kehendak untuk melawan. Terutama pada satu keputusan yang tidak dia inginkan: gagal diberangkatkan. Raut wajahnya berat. Tatapan matanya yang tua seperti dipenuhi luka. Remuk tiada tara.
Namun, belum reda rasa kecewa, Pak Atman diprank untuk sujud syukur. Berbekal foto surat undangan yang dipotret di kantor Kemenag, Pak Atman dikabarkan bisa berangkat ke tanah suci mekah. Video sujud syukur Pak Atman ramai sejagad maya. Tapi nyatanya hanya prank belaka.
Saya sempat ikut mencari pembuat foto undangan itu. Sebab foto itulah yang menjadi muasal Pak Atman kembali kecewa. Beragam versi saya temui. Secara umum, ceritanya begini: (katanya) ada perwakilan keluarga Pak Atman yang datang ke kantor Kemenag Sumenep.
Di sana, perwakilan keluarga itu menemui kepala Kemenag. Mereka bertanya kepastian berangkat tidaknya Pak Atman ke Mekah. Saat itu pula, Kemenag memastikan, Pak Atman tetap gagal berangkat.
Sebelum pamit pulang, katanya, satu diantara perwakilan yang mengaku keluarga itu meminta izin untuk memfoto surat undangan pemberangkatan haji milik Pak Atman. Setelah itu, cerita menjadi buram. Tahu-tahu, seorang tetangga Pak Atman yang menerima foto undangan itu, tergopoh-gopoh menemui Pak Atman.
Dia memberitahu, bahwa, Pat Atman jadi berangkat ke tanah suci. Pak Atman mendadak bahagia. Tak lama setelah itu, video sujud syukur Pak Arman ramai se jagad raya. Hoaks itu menyebar kemana-mana. Dan akhirnya, Pak Atman kecewa untuk kedua kalinya.
Se islam dan se kafir apapun pembawa hoaks itu, tentu telah menambah luka seseorang yang baik, yang dengan besar hati dan segala upaya ingin bertamu ke rumah-Nya. Tapi nyatanya, kekecewaan pertama yang diterima Pak Atman, dianggap oleh si pembawa hoaks masih belum seberapa.
Oke, misalnya hoaks itu hanyalah salah komunikasi belaka, tapi untuk apa meminta Pak Atman harus sujud syukur segala? Untuk apa? Bagi saya, prilaku memprank Pak Atman adalah prilaku bejat. Sungguh sebejat-bejatnya.
Menariknya, kisah iba ini tidak dikecam oleh siapapun. Terutama kawan-kawan DPRD dari dapil 7 kepulauan. Sikap diam kawan-kawan di DPRD, bagi saya, memperkuat anggapan bahwa kami (rakyat) hanya jadi dalih perjuangan saat masuk musim pemilihan. Setelah itu sekonyong-konyong kami dibiarkan.
Saya membayangkan, pembuat hoaks pada Pak Atman dipolisikan. Bukan sekedar untuk memberi jera. Tapi juga untuk mempermalukannya. Mungkin saja, pelaku hoaks itu salat dan berzakat layaknya pemeluk islam biasanya. Tapi prilakunya tidak mencerminkan agama yang dianutnya. Dia layak dipermalukan. Pak dewan kepulauan, dapil 7, ayo lakukan! Laporkan!!!
Sumenep,
17 Juni 2022
Write your comment
Cancel Reply