Sukses adalah impian setiap orang. Namun, untuk mewujudkannya dibutuhkan perubahan mindset, sikap, dan perilaku. Sayangnya, tak banyak orang yang mampu melakukannya. Banyak orang yang berjanji ingin berubah, tapi faktanya tak berbuat apa-apa. Mereka tak mau beranjak dari zona nyaman dan perilaku buruknya yang justru menghinakan mereka.
Melakukan perubahan membutuhkan keberanian dan proses panjang. Dengan kata lain, tidak ada jalan pintas. Mengubah kebiasaan-kebiasaan lama memang bukan perkara mudah. Tak sedikit orang yang bingung dari mana memulainya.
Nah, bagi Anda yang masih bingung untuk memulai perubahan, ada baiknya membaca buku Meniti Jalan Perubahan karya Hermansyah Kahir. Buku setebal 218 halaman ini dapat dijadikan referensi oleh siapa pun yang saat ini sedang galau. Buku yang dikemas dengan bahasa populer ini mengupas secara detail pentingnya melakukan perubahan dalam hidup.
Baca Juga: Strategi Membuat Perubahan dalam Hidup
Dalam proses melakukan perubahan setiap orang akan dihadapkan pada jalan berliku yang dapat menjatuhkannya ke dalam jurang kegagalan. Bagi sebagian orang, kegagalan seringkali menjadi momok yang sangat menakutkan. Tapi, bagi mereka yang optimis menjemput peruabahan, kegagalan adalah bagian dari kehidupan yang harus dihadapi.
Kesuksesan dan kegagalan merupakan dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Orang ingin sukses harus tahu bahwa ada waktu di mana harus berhadapan dengan kegagalan. Yang penting bukan sekadar mencapai jalan sukses, tetapi juga mengerti apa yang menyebabkan kegagalan (Hal. 69).
Hakikat perubahan adalah untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya dari kehidupan itu sendiri. Dibutuhkan kemauan kuat dari dalam diri dan keberanian untuk bertindak. Ibda’ bi nafsik—mulailah dari dirimu sendiri! Karena sejatinya hidup ini adalah pilihan, kitalah yang memiliki otoritas, mau berubah atau tidak. Berubah harus berangkat dari dalam diri, bukan berharap dari orang lain.
Perubahan harus dimulai dari perubahan cara berpikir (mindset). Seseorang tak mungkin mampu mengubah hidupnya, selama ia tidak mampu mengubah pola pikirnya. Cara berpikir lama yang cenderung negatif dan selalu berprasangka buruk justru akan menghambat proses menuju perubahan itu sendiri.
Berubah itu bukan soal ingin kelihatan lebih alim atau bermoral dari yang lain. Bukan soal menang atau kalah. Bukan juga soal lebih hebat dari orang lain. Berubah adalah proses belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi sesama (Hal. 149).
Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya mengingatkan kita bahwa siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka beruntunglah dia. Siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka merugilah dia. Dan, siapa yang esok lebih buruk dari hari ini, maka celakalah dia.
Perubahan menuntut kita untuk terus berikhtiar dan berdoa tanpa lelah agar perubahan yang kita inginkan tak sekadar angan-angan kosong. Karena itu, kita perlu membangun optimisme bahwa perubahan dapat kita lakukan sedini mungkin untuk kehidupan yang lebih baik.
*Lulusan Pesantren Darul Ulum, Pamekasan.
Write your comment
Cancel Reply