matamaduranews.com-BANGKALAN-Madura memiliki hari raya yang tidak dimiliki oleh daerah manapun. Hari tersebut adalah Hari Raya Ketupat yang berlangsung hari ini, Ahad (31/05/2020).
Lebaran Ketupat dirayakan tepat seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Bisa diartikan sebagai perayaan bagi masyarakat Madura yang melaksanakan puasa sunnah Syawal setelah bulan Ramadan.
Madura Barat atau Bangkalan biasa menyebutnya dengan Tellasan Topa'. Begitupan 3 kabupaten lainnya, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Nah, pada perayaan Tellasan Topa' ini ada beragam tradisi yang unik. Berikut Mata Madura telah rangkum 5 Tradisi orang Bangkalan rayakan Tellasan Topa'.
Abalanjha Janur Eghabay Topa'
Berbelanja janur kelapa di pasar untuk kemudian dirangkai menjadi ketupat atau versi bahasa Madura Abalanjha Jenur, Eghabay Topa' adalah tradisi pembuka. Setelah jadi, bentuk ketupat kemudian diisi beras lalu dikukus sampai menjadi ketupat.
"Kita mempersiapkan dua hari sebelum hari raya Ketupat. Ketupat dibuat tidak cukup berjumlah satu dua, namun banyak. Karena ketupat tidak untuk dinikmati sendiri, melainkan juga dibagi-bagikan kepada tetangga sekitar sekaligus sebagai suguhan tamu yang bertandang," kata Ibu Fitri, Ahad (31/05/2020).
"Kemudian memotong ayam kampung untuk lauk pauk. Kadang ada orang memakai lauk daging atau telur direbus," imbuh warga Kemayoran, Bangkalan itu.
Topa' Ladeh
Topa' Ladeh adalah jenis sajian ketupat berkuah dari kelapa yang diparut kemudian digoreng kering tanpa minyak sampai kelapa berubah warna menjadi cokelat tua.
"Di dalam kuah topa' ladeh ada telur dan daging atau bisa daging ayam. Dalam Topa’ Ladeh juga ada kacang panjang diikat dengan tali janur, atau bisa pepaya muda diiris dan dikukus, lalu dicampur," terang Ibu Fitri.
"Usai jadi Topa' Ladeh dipersiapkan dengan menata potongan ketupat di atas piring. Topa' Ladeh sudah siap saji," tambahnya.
Meriahnya Kembang Api
Perang petasan dan pesta kembang api ini selalu dilakukan masyarakat Bangkalan saat malam Hari Raya Ketupat.
"Mumpung malam Lebaran Ketupat kita main perang petasan. Kami tahu larangan bahayanya, makanya kami bermain petasan di tempat khusus di tanah lapang (sawah, red). Tidak di pinggir jalan," kata Ruddin, warga Socah.
Untuk bermain perang petasan, tiap orang membentuk kelompok, yang masing-masing kelompok selanjutnya beradu nyaring.
"Setiap rumah hampir ada pesta kembang api. Layaknya perang, kembang api yang meledak di udara ini kemudian diarahkan agar bisa meledak di atas atap rumah. Tetapi sekarang tak seramai dulu karena musim pandemi Corona," jelasnya.
Ter-Ater
Pagi harinya, sesudah serentak memasak ketupat, tiap keluarga akan membagi-bagikan ketupat ke tetangga sekitar atau kita kenal tradisi ini sebagai Ter-ater.
"Usai memasak ketupat, pagi hari kami membagi-bagikannya kepada tetangga sekitar serta diantar ke rumah tokoh desa (kiai desa) sebagai bentuk silaturahmi. Ketupat diantarkan oleh anak kecil seusia 8 tahun sampai 12 tahun. Kemudian anak itu akan mendapatkan angpao dari warga yang diberi makanan," kata Ibu Fitri.
Akalenjar
Yang terakhir ini adalah kebiasaan masyarakat Bangkalan menghabiskan waktu dengan berlibur ke tempat wisata usai merayakan Lebaran Ketupat di pagi hari. Dalam bahasa Madura, tradisi ini disebut Akalenjar.
"Di tengah situasi pandemi Covid-19, seluruh pengelola objek wisata di Bangkalan tak sebebas dulu. Jika tahun kemarin kami sore hari mengunjungi objek wisata Mercusuar Bangkalan. Setelahnya ke Pantai Rongkang Kwanyar. Tapi kali ini kami lebih mawas diri untuk berdiam diri di rumah," keluh Rohmat saat dimintai keterangan Mata Madura.
Syaiful, Mata Madura
Write your comment
Cancel Reply