Opini
Gus Muwafiq, Islam dan NKRI
Siapa yang tak kenal Gus Muwafiq? Salah satu kiai muda NU yang dewasa ini namanya naik daun. Sebagai salah satu kiai yang pernah mendampingi Gus Dur, sepak terjangnya tak jauh beda. Beliau berceramah dan memberikan pencerahan dari satu kota ke kota, atau dari satu pelosok kampung ke kampung lain.
Ceramahnya dikenal santun, ramah dan penuh dengan tebaran angin perdamaian. Selain itu, beliau juga dikenal salah satu kiai yang banyak menguasai ilmu sejarah dan hadits. Sehingga, ceramah-ceramah yang disajikan sangat integratif-interkonektif.
Kiprahnya sebagai pembela dan penyebar kebenaran dimulai sejak beliau kuliah di IAIN Sunan Kalijaga (Sekarang UIN), salah satu kampus yang dikenal sebagai sarangnya aktivis. Beliau aktif sebagai kader PMII. Berorasi dan ikut serta mengguncang akar otoriterisme pemerintahan Orde baru (hlm 13).
Buku ini merupakan ulasan Muhammad Ainur terhadap ceramah-ceramah Gus Muwafiq di berbagai tempat, yang disertai biografi perjuangannya semasa muda. Dan secara umum, buah tangan Ainur ini mendeskripsikan (tematik) tentang Islam yang rahmatan lil a’alamin dan bentuk NKRI yang final serta keselarasan antarkeduanya.
Islam adalah agama kasih sayang, cinta perdamaian dan persaudaraan. Dan, NKRI merupakan negara kesatuan yang menganjurkan semua itu. Menurut Gus Muwafiq, Indonesia adalah negeri yang paling syar'i. Sebab, kebebasan berpendapat dan mengekspresikan hidup di Indonesia sangatlah terjamin, terutama dalam hal beragama, tidak ada paksaan dan kekerasan. Dan hal itu sangat sesuai dengan semangat Islam yang cinta perdamaian.
Sejatinya Islam dan NKRI telah final, serta telah tuntas pembahasannya. Sebagai generasi bangsa, tugas kita adalah merawat dan menjaganya. Sebab kata Gus Muwafiq, “Islam itu merawat sejarah.†Karena itu, sebagai seorang muslim-Indonesia, kita tidak boleh lupa siapa leluhur kita dan bagaimana cerita dibelakangnya.†Termasuk leluhur dan sejarah bangsa Indonesia.
Salah satu cara untuk tidak melupakan sejarah dan leluhur bangsa ini adalah dengan mencintainya. Mencintai, dalam istilah berbangsa dan bernegara dikenal dengan istilah nasionalisme. Menurut mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini, nasionalisme (rasa cinta pada negara) merupakan bentuk rasa syukur kita pada Tuhan atas segala rahmat kemerdekaannya (hlm 132).
Kemudian, Gus Muwafiq juga mengingatkan bahwa, sebagai masyarakat Islam-Indonesia yang hidup di tengah keberagaman, kita harus selalu hati-hati utamanya saat momentum tahun politik telah tiba. Persatuan kita kerap terguncang. Jangan sampai persatuan kita menjadi cerai berai hanya karena tahun politik atau karena beda pilihan semata.“Tahun politik bukanlah tahun perpecahan, tetapi kita harus menjaga persatuan.†Ungkap Gus Muwafiq.
Para founding fathers telah mengajarkan pada kita bagaimana cara bersikap dewasa saat berbeda afiliasi politik dan pilihan. Karena itu, kita harus menjadi generasi dewasa yang matang dan generasi yang benar-benar cinta bangsa dan negara.
Buku ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap santun, ramah, toleran dan cara hidup yang benar dalam beragama dan berbangsa. Ceramah-ceramah kiai kelahiran Lamongan, yang terangkum dalam buku sederhana ini sangat layak untuk kita cermati, dan kemudian kita aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Alhasil, dengan membaca buku ini, senantiasa kita akan dididik untuk menjadi masyarakat-muslim yang mengenggam dalil, merawat tradisi, dan menjaga kebangsaan Indonesia.
*Pegiat literasi tinggal di Garawiksa Institute Jogjakarta.
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply