Post Images
matamaduranews.com-BANGKALAN-Persitiwa gugurnya Pangeran Cakraningrat III (1707-1718) yang cukup dramatis sekaligus tragis ternyata tak hanya dilatar belakangi konflik internal. Yakni perlawanan Pamekasan di bawah Adikara II, sekaligus adik Cakraningrat III sendiri. Dalam edisi sebelumnya, Matamadura mengulas peristiwa tragis penguasa Madura Barat tersebut di atas kapal VOC. Seperti diceritakan, terjadi arus balik saat pasukan gabungan Raden Jurit dan Adikoro II menuju ibukota. Tujuannya untuk melawan dan sekaligus memberontak kepada Cakraningrat III. Mengetahui jika dirinya bakal berhadapan dengan sang adik, rupanya Cakraningrat memilih menyingkir. Beliau tidak ingin Bangkalan terjadi perang saudara, dan dibanjiri darah rakyatnya sendiri. Upaya Cakraningrat meyakinkan Mataram dan VOC tentang kejadian atau kondisi yang dialaminya rupanya tidak berbuah hasil. Tahta Madura Barat malah langsung dialihkan ke Raden Jurit dengan harapan bisa lebih didapatkan tenaganya dalam menopang Mataram yang semakin rapuh. Raden Jurit pun naik tahta dengan gelar Pangeran Cakraningrat IV. Beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Tonjung Sekar ke Sembilangan. Sementara Cakraningrat III yang tidak sudi berperang dengan adiknya itu lantas menuju Pengairan Mangare. Di sana beliau diterima oleh serdadu VOC yang tengah berlabuh dengan kapalnya. Kapten Kapal yang dalam buku Zainalfattah dikenal dengan nama Kapten Kertas menyambut Cakraningrat dengan baik. Kapten Kertas tetap menjunjung tinggi Cakraningrat III sebagai pemimpin negara Madura Barat yang dipandangnya patut dibantu. Di atas kapal, Cakraningrat III hanya membawa salah satu isterinya, dua anak laki-lakinya yang sudah dewasa, dan sedikit pengawal yang diajaknya menyingkir dari Tonjung Sekar. Terjadi peristiwa salah paham. Saat itu isteri Cakraningrat III yang naik kapal belakangan disambut Kapten Kertas dengan adat istiadat negerinya. Yakni dengan mengecup leher sang isteri Cakraningrat III. Kontan, isteri Cakraningrat yang tak paham adat istiadat yang sejatinya penghormatan itu menjerit keras. Jeritan itu didengar Cakraningrat III yang langsung menuju ke tempat isterinya. Melihat sang isteri yang gemetar karena terkejut, Cakraningrat III lantas menghunus kerisnya dan menusukkannya ke tubuh Kapten Kertas hingga mati seketika. Selanjutnya, Cakraningrat III dan kedua putranya mengamuk sehingga seisi kapal alias puluhan serdadu Belanda itu hampir habis jumlahnya. Ketiganya, tidak mempan senjata api. Namun ajal tak dapat ditolak, Cakraningrat berhasil dilumpuhkan dan dihabisi. Setelah meninggal dunia, kepala Cakraningrat III dipotong, dan tubuhnya dibuang ke laut. Kepala beliau lantas dibawa ke Surabaya sebagai laporan kejadian itu. Diawali Konflik dengan Mataram Tidak seperti pendahulunya, Pangeran Cakraningrat III rupanya tidak mau tunduk pada Mataram. Benih-benih itu sebenarnya sudah muncul sejak masa Cakraningrat II. Yang mana kala itu terjadi perselisihan antara Amangkurat III (1703-1708) dengan Cakraningrat II (1648-1707). Seperti diketahui Cakraningrat II merupakan sosok yang dihormati Amangkurat II (1677-1703). Sehingga dalam wasiatnya, penggantinya kelak tidak boleh mengabaikan petunjuk-petunjuk Panembahan Seding Kamal itu. Gerakan Cakraningrat II pun berhasil menggulingkan Amangkurat III sekaligus mendudukkan Pangeran Puger, adik Amangkurat II sebagai Paku Buwono I. Tokoh lain yang berperan penting dalam suksesi itu ialah Raden Ronggo Yudonegoro alias Pangeran Adipati Suroadimenggolo I, adipati Semarang. Nah, suasana semakin memanas saat Cakraningrat III juga melakukan perlawanan terhadap VOC. Hubungan Madura dengan Jawa pun menjadi tegang, terutama karena Cakraningrat III meminta bantuan kekuatan pada Bali. Meski begitu Jawa rupanya masih ingin mempertahankan trah Cakraningrat di Madura. Mengetahui konflik keluarga di atas, Mataram pun “memanfaatkan” Suroadiningrat (kelak Cakraningrat IV) untuk meneruskan trah dan menyelamatkan kekuasaan Mataram di Madura. Kendati hal itu berhasil, kelak Cakraningrat IV menjadi musuh paling hebat dari Mataram sekaligus VOC. Kekalahan kedua dari Mataram setelah pertama berhasil diduduki oleh Trunojoyo, pangeran Madura sebelumnya. RM Farhan
Bangkalan Sosok & Tokoh BANGKALAN Di Balik Jatuhnya Cakraningrat III Konflik dan Intrik Politik di Masa VOC dan Bayang-bayang Mataram Bangkalan

Share :

admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Blog Unggulan

Surat Kabar

Daftar dan dapatkan blog dan artikel terbaru di kotak masuk Anda setiap minggu

Blog Terbaru