matamaduranews.com-SUMENEP-Pembangunan dermaga Pelabuhan bantuan Pemprov Jatim di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep yang terbengkalai kini mulai ambruk.
Padahal, proyek miliaran itu belum tuntas, karena kontraktor pemenang tender diketahui didepak Pemerintah Kabupaten Sumenep lantaran tak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak kerja.
"Sebagian sudah ada yang ambruk, meski pekerjaannya belum selesai," kata Aji, salah satu warga Pulau Giliyang, Senin (8/06/2020).
Sesuai kontrak kerja, Aji menyebut pekerjaan pembangunan Pelabuhan Giliyang dimulai sejak 26 September 2019 berakhir pada 29 Desember 2019. Namun karena belum selesai, maka masa pekerjaan diperpanjang hingga Februari 2020 lalu.
Perpanjangan tersebut dilakukan tentu dengan harapan kontraktor pemenang tender bisa menyelesaikan pekerjaan. Sayangnya, hingga batas akhir perpanjangan pekerjaan juga belum selesai.
Alhasil, Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep sebagai pengguna anggaran dari dana hibah senilai Rp 60 miliar dari Pemprov Jatim itu memutuskan untuk memutus kontrak kerja.
"Selama terhenti beberapa bulan dari pengerjaan hingga hari ini dermaga yang dibangun kini malah ambruk di beberapa bagian tubuh dermaga," terang Aji.
Hal yang sama juga diungkapkan Sori. Warga Giliyang ini membenarkan bahwa pekerjaan pembangunan dermaga itu sudah terbengkalai beberapa bulan sejak habis masa perpanjangan.
"Iya benar, sudah ambruk, Maa. Habis kontrak itu, lalu gak dikerjakan lagi," ungkapnya pada Mata Madura, Senin (8/06/2020) malam.
Baca Juga: Selain Dua Pelabuhan di Dungkek, Bupati Busyro Minta Gubernur Jatim Perhatikan Pelabuhan di Kepulauan
Sebagai warga Giliyang yang gembira atas pembangunan pelabuhan itu, Sori merasa kecewa. Namun, ia tidak tahu penyebab ambruknya dermaga tersebut.
"Apakah karena tingginya gelombang laut atau faktor material yang digunakan tidak sesuai dengan perhitungan struktur bangunan yang telah ditetapkan, saya kurang tahu, Mas," jelas dia.
Namun, warga setempat bernama Dahri menyebut gelombang air laut saat ini tidak terlalu besar. Sehingga, ia maupun warga lain tidak yakin dermaga itu ambruk akibat diterjang gelombang.
"Sejauh ini gelombang air laut tidaklah terlalu besar, sehingga sangat tidak mungkin apabila ambruknya bangunan dermaga disebabkan tingginya gelombang laut," ucap Dahri.
Setahu dia, hingga saat ini kelanjutan pekerjaan proyek tersebut belum jelas. Padahal, keberadaan dermaga tersebut sangat diharapkan oleh masyarakat agar segera bisa dimanfaatkan.
"Kalau dibiarkan terlalu lama, bisa saja dermaga itu hancur semua sebelum dimanfaatkan," imbuh Dahri.
Untuk diketahui, pembangunan Pelabuhan di Giliyang itu merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur senilai Rp 60 miliar. Anggaran tersebut dibagi dua titik, yakni pembangunan dermaga di Pulau Giliyang dan pelabuhan Dungkek.
Penyerahan bantuan Hibah dari Pemprov Jatim tersebut telah diserahkan oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa pada tanggal 11 Mei 2019 silam kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Waktu itu, Gubernur Khofifah juga meletakkan batu pertama disusul Bupati Busyro Karim, dan Kadishub Jatim Fatah Yasin yang kini sudah menjabat Kepala Bakorwil Madura di Pamekasan.
Adapun pekerjaan pembangunan Pelabuhan Giliyang itu dianggarkan sekitar Rp 17 miliar dari total bantuan hibah Rp 60 miliar. Meski sayang, kondisinya saat ini tak sesuai harapan Gubernur Khofifah supaya segera jadi akses bagi masyarakat pulau.
"Pembangunan dua pelabuhan ini (Dungkek dan Giliyang, red) harus segera dilaksanakan dengan tuntas, karena masyarakat sudah menanti," pesan Khofifah waktu itu.
Rafiqi, Mata Madura
Write your comment
Cancel Reply