Blog Details Page

Post Images
matamaduranews.com-SUMENEP-Jika melihat daftar nama-nama penguasa Sumenep, akan ada nama Pangeran Bukabu sebagai salah satu “raja” di kawasan Madura Timur. Bukabu sejatinya adalah nama tempat. Pangeran Bukabu merupakan nisbat tempat yang kurang lebih maknanya ialah pangeran di Bukabu, atau pangeran yang berdomisili di Bukabu. Bukabu saat ini merupakan nama desa di kecamatan Ambunten. Konon, di sanalah sang Pangeran membangun pusat pemerintahan. Dalam catatan Sumenep, nama asli Pangeran Bukabu ialah Raden Notoprojo. Beliau adalah salah satu putra Pangeran Mandaraga (Raden Piturut), Keraton Keles. Keles saat ini juga masuk wilayah kecamatan Ambunten. Lokasinya tidak begitu jauh dari Bukabu. Pangeran Bukabu tercatat memerintah pada tahun 1339-1348 M. Setelah mangkat, beliau digantikan saudaranya, Raden Notoningrat. Notoningrat memindahkan pusat pemerintahan ke Baragung (saat ini masuk kecamatan Guluk-guluk). Beliau dikenal dengan nama Pangeran Baragung (1348-1358 M). Tidak dijelaskan mengapa tahta beralih ke tangan Notoningrat. Padahal, Pangeran Bukabu memiliki dua anak laki-laki. Yaitu Kiai Astamana dan Kiai Andasmana. Babad dan folklore hanya menceritakan bahwa kedua “pangeran” itu sengaja melepaskan diri dari dari lingkaran tembok keraton. Keduanya memilih mengabdikan diri sebagai tokoh agama. Kiai Astamana dan Kiai Andasmana juga dikenal sebagai tokoh ulama sepuh Sumenep. Keduanya juga tercatat sebagai leluhur ulama-ulama besar Sumenep hingga Pamekasan. Bahkan di masa selajutnya juga dikenal sebagai leluhur tokoh-tokoh pesantren di Madura hingga kawasan Tapal Kuda. “Kiai Astamana yang menurunkan para kiai di Parongpong setelahnya. Sedang Kiai Andasmana berputra Kiai Rahwan di Sendir,” kata R. Nurul Hidayat, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep. Makam Kiai Astamana dan Kiai Andasmana, hingga kini ramai diziarahi banyak orang. Pasarean Astamana sudah mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Sedangkan Pasarean Andasmana masih terlihat kuna. “Sebenarnya, yang Kiai Andasmana memang pernah dikeramik juga. Tapi hingga berapa kali selalu lepas keramiknya dari badan kijing aslinya. Akhirnya, tidak ada yang berani lagi mengeramik. Mungkin Beliau ta’ kasokan (tidak mau; Red),” kata Faiqul Khair, salah satu tokoh muda Parongpong. Sejatinya, lokasi pasarean Kiai Astamana dan Kiai Andasmana sudah tidak lagi masuk kampung Parongpong, kendati tetap di wilayah desa Kecer. Saat ini pasarean Kiai Astamana masuk kampung Mambang, sedang Kiai Andasmana masuk kampung Kecer Lao’. “Dulu Parongpong itu luas. Bahkan Banasare sekarang yang masuk kecamatan Rubaru, dulu masuk wilayah Parongpong,” ungkap Faiq. Seperti disebut di muka, Kiai Astamana menurunkan kiai-kiai Parongpong setelahnya. Sedangkan Kiai Andasmana menurunkan Kiai-kiai di Sendir, Lenteng. Dari paduan keduanya muncullah ulama dan umara yang tersebar di Sumenep dan sebagian besar Jawa Timur. Salah satu keturunan keduanya Kiai Abdul Qidam yang menurunkan Bindara Saut, pembuka  dinasti terakhir keraton Sumenep. Menurut keluarga Raba, Pademawu, Kiai Abdul Qidam ini juga leluhur kiai-kiai di Nongtenggi, Pakong; yaitu leluhur Kiai Ismail di Kembangkuning, Pamekasan. Kiai Ismail ini menurunkan banyak kiai, di antaranya Kiai As’ad Sukorejo, Kiai Zaini Paiton, dan lain-lain. RM Farhan
Sumenep Sumenep Jejak Ulama Sosok & Tokoh Sumenep Jejak Ulama Dari Pangeran Bukabu ke Kiai Prongpong Dari Tembok Keraton ke Gubuk Pesantren
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Featured Blogs

Newsletter

Sign up and receive recent blog and article in your inbox every week.

Recent Blogs

Most Commented Blogs