Blog Details Page

Post Images
Oleh: Ahmad Farisi* Saya suka kucing. Di rumah saya memeliharanya dua. Dua kucing itu merupakan sepasang ibu dan anak. Saya menyayangi keduanya dengan karakternya masing-masing. Karakter keduanya boleh dibilang berbeda. Si anak berkarakter rakus, sedang si ibu tidak. Dalam hal makan misalnya, sepengatahuan saya biasanya si ibu hanya makan tulang belulang ikan dan nasi yang sudah saya campur. Selebihnya, si ibu kucing biasanya makan cecak dan tikus. Ya, cecak dan tikus. Bukan ayam dan mie goreng. Sedang si anak, bukan hanya itu. Kodok kecil pun tamat dilahapnya. Melihat karakternya yang rakus, sebenarnya saya agak heran. Dari jalur mana ia mewarisi karakter rakusnya itu? Padahal, ibunya tidak demikian. Namun, pun demikian kenyataannya, seperti dikatakan di muka saya tetap menyanginya dan seprofesional mungkin memberikan toleransi pada karakter buasnya itu. Saya maklum. Namanya juga kucing. Tak punya akal dan pikiran. Bahkan, dari saking memaklumi dan mentolerirnya, saya menganggap kucing saya yang lekat dengan karakter rakusnya ini masih sangat lebih terhormat daripada mereka yang berakal dan berpikir, tetapi diam-diam menyelipkan BLT DD ke kantongnya. Hahahaha. Maaf keceplosan. Semoga saja tak ada yang begitu. Amin... *** Sebenarnya, karakter dua kucing saya itu tidak melulu berbeda. Sebagai anak dan ibu, keduanya juga punya kesamaan karakter. Kesamaan karakter atarkeduanya itu ada pada kesukaannya bergadang. Ya, keduanya sangat suka bergadang; berburu cecak. Bukan ngopi kayak kita. Bahkan, di bulan suci Ramadan ini, keduanya kerap kali menemani saya membaca buku di malam-malam larut sambil lalu menunggu binatang mangsanya keluar menjadi santapannya hingga gema sahur melantun di setiap corong-corong masjid. Selain persamaan karakter suka bergadang itu. Keduanya juga berkarakter tukang tidur. Ya, keduanya sama-sama suka tidur. Di waktu pagi, jangan cari keduanya di emperan atau halaman rumah. Tetapi, carilah mereka di tempat tidurnya. Niscaya, keduanya lagi ngorok. Waktu tidurnya pun terbilang lama. Dari waktu pagi biasanya tembus hingga waktu siang. Lagi-lagi saya heran dengan perilaku keduanya ini. Namun, lagi-lagi juga sampai di sini saya tetap memberikan toleransi pada perilakunya yang satu ini. Sebagaimana atas karakter si anak yang rakus di atas. Saya juga masih memaklumi keduanya. Namanya juga kucing. Nggak ada kerjaan; dan nggak ada urusan untuk buat data terbaru; layak; dan pantas untuk menerima Bantuan Sosial (Bansos) dan BLT DD. Eh, data layak penerima Bansos dan BLT DD “super kini” belum rampung ya? Kemana saja? Bukannya yang lain sudah selesai dan kesejukan airnya sudah mengalir hingga hilir? Duh...kasihan mereka yang terdampak pandemi Covid-19. Harus menunggu kucing saya bangun dari tidurnya untuk sekadar mengganjal perut. Wallahu A’lam. *Esais, tinggal di Twitter @farisiaris dan Instagram @farisi_af
Covid-19 Covid-19 Cerita Keseharian Dua Kucing Saya Banruan Sosial BLT DD
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Featured Blogs

Newsletter

Sign up and receive recent blog and article in your inbox every week.

Recent Blogs

Most Commented Blogs