Budaya
Berlantai Dua, Pesantren Kuna di Sumenep Ini Sebelumnya Merupakan Markas Militer
matamaduranews.com-SUMENEP-Kata Loteng bermakna rumah bertingkat, rumah berlantai dua atau lebih. Di jaman sebelum ada istilah cor, bangunan berlantai dua sudah ada.
Pada abad ke-19, salah satu bangunan berlantai dua yang masih berdiri kokoh hingga saat ini ialah bekas dalem (rumah) Pangeran Kornel Nawawi, salah satu putra Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat dengan Ratu Khadijah binti Kangjeng Kiai Adipati Suroadimenggolo V.
Anak-anak laki-laki Sultan Sumenep memang memiliki bangunan berlantai dua. Seperti Pangeran Letnan Kolonel Hamzah (Pangeran Le’nan) di kampung Masegit Laju, Kelurahan Kepanjin; dan Pangeran Suryoadiputro (Pangeran Adi) di kampung Kapanjin Timur, kelurahan yang sama.
Namun, hanya lokasi Pangeran Kornel Nawawi yang dikenal dengan kampung Loteng di Kelurahan Karangduak. Kenapa?
Di zamannya, bangunan rumah atau dalem Pangeran Kornel Nawawi ini tidak sekadar berfungsi sebagai tempat kediaman sang pangeran beserta keluarga besarnya. Rumah beliau itu juga sekaligus sebagai kantor militer selain di daerah Tangsi, yaitu Kodim sekarang.
Jabatan Pangeran Kornel waktu itu sebagai Kepala Angkatan Perang. Beliau juga bertanggung jawab menjaga pintu masuk wilayah Keraton bagian utara. Sebuah jabatan prestisius yang dahulu pernah dijabat tokoh legendaris Keraton Sumenep, Raden Sutojoyo, ayah Raden Entol Anom: Ronggo atau pemegang kuasa atau patih agung Keraton Sumenep abad 17.
“Bagian utara dahulu merupakan jalur utama. Jadi kebalikan di masa sekarang,†kata RB Muhlis, salah satu pemerhati sejarah di Kabupaten Sumenep, sekaligus keturunan langsung Pangeran Kornel.
Menariknya lagi, bangunan Loteng Pangeran Kornel juga lebih megah, luas, dan lebih tinggi dibanding kedua loteng milik saudaranya. “Hal itu dikarenakan, bangunan lantai dua itu juga sekaligus sebagai markas pengintai,†jelas putra almarhum RB Moh. Danafia dan R. Ajeng Munirah ini.
Sepeninggal Pangeran Kornel, bangunan Loteng tidak lagi dipakai sebagai kantor militer. Namun bagian lantai dua tetap digunakan sebagai markas pengintai. Apalagi beberapa putra Pangeran Kornel juga berkiprah di dunia militer. Salah satu putranya ada yang berpangkat Letnan Kornel atau Kolonel (Letkol).
Namun hal itu tak lama. Loteng kemudian tak lagi identik dengan markas militer. Kehadiran sosok cucu menantunya yang dikenal alim, Raden Bagus Hasan bin Muharrar, mengubah wajah karakteristik Loteng menjadi sebuah pengguron atau pesantren.
Pesantren ini diperkirakan berdiri di akhir 1800-an Masehi. Hingga puncak kejayaan orde Baru, Loteng dikenal mencetak banyak tokoh-tokoh ulama besar di Sumenep.
“Dulu bahkan para Kiai yang sudah alim bertabarruk (mengambil barokah). Baik ikut pengajian atau bahkan nyantri,†kata Gus Muhlis.
RM Farhan
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply