Catatan
Aku Suka “Komitmen Politik†Mas Kiai: Lanjutkan
Catatan Farisi Aris*
“Aku suka komitmen Mas Kiaiâ€. Kataku dalam hati saat mendengar pidato politiknya di Desa Kolpo, Kecamatan Batang-Batang, Sabtu, 15 Agustus 2020.
Siapakah Mas Kiai? Beliau adalah kiai karimastik, dan sekaligus politisi muda yang berwibawa.
Bernama lengkap Kiai Ali Fikri Warits, dan akrab disapa Kiai Fikri oleh kalangan santri-santrinya.
Dan, disebut-sebut Mas Kiai oleh para pecintanya.
Yang, bukan rahasia umum lagi, beliau adalah Cawabup di Pilkada Sumenep 2020 yang bergandengan dengan Fattah Jasin.
Mengapa aku suka komitmen politiknya? Satu-satunya alasan yang bagiku tiada duanya adalah komitmennya untuk “menyatakan perang pada politik uangâ€.
Ya, pada politik uang. Bukan pada kelompok politik sebelah.
Mengapa politik uang? Aku sudah tak ingat betul alasan beliau. Tetapi, menurutku, alasannya tak jauh beda denganku: yakni karena politik uang bertentangan dengan amanat konstitusi, berbahaya, dan berpotensi menciptakan politik kekuasaan yang korup.
Baca Juga:Â Muhibbin Mas Kiai Fikri Bergerak
Ini bukan sekadar basa-basi. Wacana politik uang yang berpotensi menciptakan politik kekuasaan yang korup, itu benar adanya.
Logika sederhananya seperti ini: jika kursi kekuasaan didapat secara transaksional, dibeli. Bukan tidak mungkin kelak pembeli akan mengambil ganti. Baik secara diam-diam, atau dengan berbisnis kebijakan.
Sebab, dalam hal ini, politik kekuasaan, sudah tak jauh beda dengan dunia bisnis.
Bagaimana dunia bisnis? Jika pembisnis A memproduksi suatu barang dari perusahaan B, misalnya. Maka jelas, barang itu akan diperdagangkan kembali, dengan keuntungan yang lebih menggiurkan tentunya dari harga yang ia beli.
Begitulah sebenarnya politik uang bekerja. Jika calon D, misalnya, mendapatkan kursi kekuasaan dengan membeli (jalur politik uang). Sudah pasti, keuntungan yang lebih menggiurkan akan diliriknya tempo hari. Atau, mulai sekarang, bahkan.
Itu pasti. Karena, adalah suatu fenomena langkah di tengah gempuran kehidupan yang semakin materialistik ada orang yang membeli sesuatu lalu dikasih kepada orang secara cuma-cuma.
Apalagi, dalam konteks politik kekuasaan yang sebegitu mahalnya. Jangan ngarep deh...!
Baca Juga: Bonsai, Simbol Harapan Pasca Muhibbin Nyatakan Dukungan ke Fattah Jasin-Mas Kiai Fikri
Artinya, jangan ngarep akan menggapai kehidupan bernegara yang demokratis, jika dalam memilih kita masih suka politik transaksional. Politik uang.
Karena itu, menurutku, komitmen Mas Kiai ini perlu kita sambut secara positif. Pun kita bukanlah pendukung politiknya di Pilkada Sumenep 2020.
Dan, bagiku, pasangan calon (Paslon) Ahmad Fauzi-Nyai Dwi Khalifah, juga penting untuk berkomitmen demikian: menyatakan perang pada politik uang.
Posisi Nyai Eva sebagai tokoh perempuan yang cukup berpengaruh di kalangan perempuan, dan berkedudukan politik sama dengan Mas Kiai, sangatlah juga strategis untuk berkomitmen menolak politik uang seperti halnya Mas Kiai itu.
Nyai Eva, ayolah..., kutunggu komitmenmu.
Mas Kiai, lanjutkan. Aku suka komitmennya.
I love you.
Ekekekek
*) Esais dan Penikmat Politik
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply