matamaduranews.com-: Indonesianis asal Australia, Edward Aspinall pekan ini berada di Indonesia untuk melakukan penelitian mengenai ‘’urban politics’’ atau politik perkotaan.
Sebagaimana dalam penelitian pertama yang ditulis dalam buku ‘’Democracy for Sale’’, kali ini Aspinall juga fokus pada politik lokal Indonesia.
Aspinall berada di Surabaya selama beberapa hari, kemudian melanjutkan penelitian ke Medan, Jakarta, dan beberapa kota lainnya.
Di Surabaya Aspinall bertemu dengan beberapa nara sumber yang dianggap berkompeten dan berpengalaman dalam politik lokal.
Salah satu yang ditemui Aspinall adalah wartawan senior Dhimam Abror Djuraid yang pernah maju dalam kontestasi pemilihan Walikota Surabaya pada 2015.
Selama berada di Surabaya, Aspinall dibantu oleh tim riset dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Uinsa (Universitas Islam Sunan Ampel) Surabaya yang dipimpin oleh Kaprodi Noor Rahman MA, dan Dr. Hj. Aniek Nurhayati Abdurrahman, dan beberapa dosen lain.
Buku ‘’Democracy for Sale: Elections, Clientelisms, and The State in Indonesia’’ ditulis oleh Aspinall bersama Ward Berenschot pada 2019 dan menjadi salah satu kajian politik lokal yang paling komprehensif.
Buku itu mengupas mengenai peran partai politik yang ‘’minimalis’’ dalam setiap proses pemilihan kepala daerah di Indonesia.
Di Indonesia, partai politik lebih berperan sebagai ‘’kendaraan politik’’ untuk memenuhi syarat pendaftaran calon kepala daerah.
Setelah rekomendasi didapat dari parpol—dengan mahar tertentu—para calon kepala daerah kemudian membentuk tim sukses sendiri yang terpisah dari jaringan parpol.
Kasus ‘’beli putus’’ ini terjadi karena umumnya parpol di Indonesia tidak mempunyai jaringan sampai ke bawah ke level masyarakat pedesaan.
Aspinall dan Berenschot juga mengupas mengenai politik klientelisme sebagai balas jasa terhadap kerja para anggota tim sukses.
Setelah kepala daerah memenangkan kontestasi dia harus memberikan ‘’political rewards’’ kepada para anggota tim sukses.
Hal itu biasanya diberikan dalam bentuk berbagai proyek dan kemudahan perizinan.
Democracy for Sale merupakan penilitian komparatif di 3 negara, Indonesia, India, dan Argentina.
Berbeda dengan di Indonesia, di India dan Argentina jaringan partai politik bekerja aktif sepanjang tahun dengan memberi pelayanan kepada publik.
Hal-hal rutin seperti masalah pendidikan dan kesehatan yang menjadi persoalan warga bisa disampaikan kepada petugas partai yang kemudian melaporkan dan mencarikan solusi kepada otoritas pemerintahan.
Jaringan parpol di Indonesia hanya aktif lima tahun sekali ketika ada pemilihan kepala daerah, pemilihan presiden, dan pemilihan anggota legislatif.
Sementara di India dan Argentina kader partai politik aktif sepanjang tahun untuk membantu berbagai keperluan publik, mulai dari urusan pendidikan, kesehatan, pertanian, sampai ke urusan-urusan keseharian.
Untuk penelitian terbaru ini Aspinall juga melakukan riset komparatif.
Selain di Indonesia penelitian juga dilakukan di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara.
Penelitian ini akan menjadi semacam penelitian lanjutan dari proyek sebelumnya.
‘’Kami ingin mengungkap bagaimana persepsi publik perkotaan terhadap fenomena klientelisme dalam politik lokal,’’ kata Aspinall
Selama di Indonesia Aspinall akan mewawancarai nara sumber dari berbagai kalangan, mulai dari politisi, wartawan, birokrat, mahasiswa, dan kalangan lain. (*)
sumber: kempalan
Write your comment
Cancel Reply