Politik
,
Opini
Hitungan-Hitungan Politik; Antara Fauzi-Eva dan Fattah-Ra-Fikri
Catatan Farisi Aris*
Detik-detik menuju Pilkada Sumenep rasa menegangkan semakin mengada. Para pasangan calon (paslon) secara massif telah menunjukkan taring masing-masing. Terkini, masih Fattah-Ra Fikri vs Fauzi-Eva yang telah jelas akan maju di Pilkada Sumenep 2020.
Secara garis waktu, Fauzi-Eva termasuk paslon yang beruntung. Bagaimana tidak, di saat paslon lain masih getol-getolnya berburu rekom partai politik (parpol), pasangan ini sudah mendeklarasikan diri sebagai Cabup dan Cawabup Sumenep dari PDIP-PAN.
Karena itu, ibarat sepasang kekasih yang mendapat restu, keduanya sudah lebih dulu mentarang-mentereng ke sana kemari memperkenalkan hubungannya ke tetangga-tetangga sebelah. Ketimbang si Fattah itu.
Namun, nampaknya, suasana bahagia itu sekarang berubah menjadi resah-gelisah. mengapa tidak, kekuatan besar sedang menghadang mereka sampai ke pelaminan. Bisa dikatakan, majunya Fattah-Ra-Fikri dari partai besutan Gus Dur ini betul-betul akan menjadi simalakama bagi paslon Fauzi-Eva.
Kalkulasi politiknya seperti ini: Pertama, majunya Fattah-Ra-Fikri dari PKB secara langsung telah memperhadapkan dua partai besar, yakni antara partai Pluralis (pluralis: istilah saya menyebut PKB dengan mengacu pada sejarah kelahirannya dan pendirinya) dan partai Nasionalis-Soekarnois.
Sementara di Sumenep, kita tahu PKB adalah pilihan kebanyakan masyarakat untuk menyalurkan pilihan politiknya. Utamanya warga NU yang merupakan warga mayoritas.
Sementara PDIP, dalam pandangan saya tidak se-familiar PKB. Wabilkhusus bagi masyarakat akar rumput yang tersebar di desa-desa. Apalagi, gonjang-ganjing RUU HIP yang di tolak ulama-ulama Madura ditengarai PDIP terlibat di dalamnya.
Jelas hal ini akan berpengaruh pada pilihan dan aspirasi politik masyarakat. Setidaknya, hal itu akan menjadi seabrek keraguan bagi masyarakat yang hendak menyalurkan pilihan politiknya melalui PDIP.
Kedua, bergandengnya Fattah-Ra-Fikri jelas adalah ancaman besar bagi Fauzi-Eva. Sebab, dengan bergabungnya Fattah dan Ra-Fikri, hal itu menandakan bahwa kekuatan seorang birokrat sedang mencoba bersatu dengan kekuatan ulama pesantren.
Sebagaimana diketahui, Ra-Fikri adalah salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, menggantikan ayahandanya Alm. KH A. Warits Ilyas. Minimal posisinya sebagai pengasuh pesantren, kiai dan ulama akan mampu mendulang banyak suara. Setidaknya suara para santrinya: santri aktif dan santri alumni.
Hal itu, belum lagi jika PPP sebagai rumah perjuangan politik Ra-Fikri juga ikut mendukung kemajuan kiai muda ini sebagai Cawabup Fattah, yang jelas hal itu akan menandakan bahwa PPP-PKB siap bersatu dan bertarung melawan PDIP-PAN.
Lampu merah? Jelas bagi PDIP-PAN.
Namun, beruntung semuanya belum terjadi. PPP masih ragu-ragu menyatakan sikap: antara mengusung kader atau bersekongkol dengan partai lain. Ibarat pemuda-pemudi yang baru dimabuk cinta, PPP takut menyatakan bunga hatinya itu. Rasa was-was dan pertimbangan-pertimbangan politis nampaknya adalah misteri yang hingga kini belum mampu ia jawab.
Untuk sementara, keabu-abuan sikap politik PPP ini setidaknya bisa membuat Fauzi-Eva (PDIP-PAN) lega dan tenang membangun trik jitu menepis serangan politik-politik luar.
Namun begitu, sebagai kelompok terdesak, saran saya: alangkah baiknya kesempatan ini jangan digunakan untuk banyak tersenyum. Lebih baik gunakan untuk memutar otak secara keras, mencari solusi bagaimana PPP-PKB tidak berpacaran memperjuangkan pelaminan. Agar, di hari H nanti para pengamat tidak main tebak-tebakan siapa menang dan siapa kalah.
Kira-kira begitu.
Ketiga, Hairul Anwar. Disadari atau tidak, kehadiran Hairul Anwar sebagai simpatisan Fattah-Ra-Fikri juga adalah ancaman nyata bagi Fauzi-Eva. Ke kiri, jelas ia akan semakin mendongkrak suara Fattah-Ra-Fikri, ke kanan, sebaliknya, ia akan semakin melemahkan kekuatan Fauzi Eva.
Analisisnya seperti ini: sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Hairul Anwar adalah Ketua Barisan Muda Partai Amanat Nasional (BM PAN) yang berpengaruh besar di barisan muda. Jadi, sebagaimana jamak diketahui, sebenarnya Hairul Anwar adalah salah satu tokoh kunci di parpol yang merekom Fauzi-Eva. Dengan kata lain, Hairul Anwar tidak sepakat PAN mendukungnya pencalonan Fauzi-Eva.
Akibatnya, gerhana matahari pun terjadi. Barisan tua tetap bersikukuh mendukung Fauzi-Eva. Sementara Hairul Anwar bersama barisan muda lainnya tetap juga bersama ketidaksetujuannya dan berkomitmen mendukung Fattah-Ra-Fikri.
Karena itu, Fauzi sebagai mempelai yang lamarannya tidak sepenuhnya direstui oleh sebagian keluarga DPC PAN Sumenep harus menanggapi serius posisi Hairul Anwar yang tidak merestuinya dan malah mendukung paslon lain.
Sebab, hal itu kan menciptakan konflik yang jelas menguntungkan Fattah-Ra-Fikri. Dan, usul saya, satu-satunya jalan yang bisa ditempuh Fauzi-Eva untuk selamat dari kondisi tak bersahabat ini adalah segera mungkin sembuhkan gerhana matahari itu; satukan semuanya dalam harmonisme kekeluargaan.
Dengan cara, yang entah saya sendiri belum sempat memikirkannya. Sebab, harmonisme kekeluargaan PAN nampaknya cukup sulit dipersatukan kembali. Setidaknya sejauh momentum Pilkada kali ini. Apalagi di tengah riuh-sedan pertarungan politik Sumenep yang semakin alot.
Kira-kira begitu.
Kecuali, ada kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi secara dinamis dan politis.
Dan, nampaknya, kemungkinan-kemungkinan dinamis nan politis ini memang harus dicipta oleh paslon Fauzi-Eva demi menutupi cela-cela dan kekurangan di atas. Dengan catatan, harus tetap idealis dan sesuai dengan kaidah-kaidah politik yang sehat. Bukan gerakan ngawur dan asal pencet tombol saja.
Dan, rekom Partai Demokrat, Hanura (partai Cawabup Fauzi: Nyi. Eva) dan Golkar untuk paslon Fattah-Ra-Fikri adalah masalah lain yang juga harus dipikirkan oleh Fauzi-Eva untuk menyeimbangkan kekuatan dengan paslon Fattah-Ra-Fikri. Pun hal ini juga masih hitam-hitam.
Sementara, untuk paslon Fattah-Ra-Fikri, saran saya sebisa mungkin kekuatan ini dipertahankan. Di tambah bahkan jika perlu.
Dengan cara-cara yang sehat pula, tentunya. Semata, demi semangat politik yang mencerahkan.
Hitungan-hitungan politik ini berlaku, sejauh tidak ada orang ketiga di antara kita. Jika ada, sungguhan sulit untuk menentukan paslon mana yang harus mengumpulkan kekuatan dan paslon mana yang harus mempertahankan kekuatan.
Orang ketiga adalah jawaban.
Siapakah orang ketiga? Jawabannya ada pada PPP.
Syahdan, semoga semuanya baik-baik saja. Dan, peliknya perpolitikan Sumenep semoga tak memecah belah kerukunan kita.
*) Esais dan Penikmat Politik
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply