Blog Details Page

Post Images
matamaduranews.com-Jagat medsos ikut riuh setelah banyak yang meramal Anies Baswedan tak bisa nyalon presiden di Pilpres 2024. Ada juga yang meramal kalau Anies bakal jadi presiden pada tahun 2029. Pada Pilpres 2024, Anies tak beruntung. Itulah ramalan yang tak memiliki refrensi ilmiah dan sanad keilmuan dalam Islam. Tapi pada momentum jelang Pilpres. Siapa pun yang berkomentar terkait Pilpres selalu menjadi perhatian. Terbaru soal pemecatan Anies sebagai menteri di kabinet Jokowi yang dikaitkan dengan pusaka Pangeran Diponegoro yang berada di Belanda dan dikembalikan ke Indonesia. Dhimam Abror Djuraid menulis dalam kolom di situs kempalan.com. Berikut tulisannya: Anies dan Klenik Pilpres 2024 Oleh: Dhimam Abror Djuraid Klenik dan mistis bakal menjadi bagian yang banyak diperbincangkan pada kontestasi pemilihan presiden 2024. Dalam wawancara khusus Anies Baswedan dengan Andy F. Noya dalam acara Kick Andy, Ahad (18/6) masalah ‘’perklenikan’’ itu ditanyakan sehubungan dengan dikembalikannya artefak budaya peninggalan Pangeran Diponegoro dari Belanda ke Indonesia. Anies menjadi trending topic yang paling banyak dibicarakan netizen seharian ini. Topik yang diperbincangkan dengan Anies adalah ‘’Dosa-Dosa Anies’’ untuk menjawab isu-isu yang berkembang, mulai dari korupsi Formula E, pengrusakan hasil pembangunan era Gubernur Ahok, sampai keretakan hubungan dengan Presiden Jokowi. Andy bertanya kepada Anies mengenai isu keretakan yang menyebabkan Jokowi gusar dan memecat Anies dari jabatan menteri pendidikan dan kebudayaan. Salah satunya berkaitan dengan pusaka Pangeran Diponegoro yang disimpan oleh pemerintah Belanda dan dikembalikan ke Indonesia setelah dua abad. Pada 2020 Raja dan Ratu Belanda Willem Alexander dan Maxima berkunjung ke Indonesia untuk menyerahkan kembali keris Kangjeng Kiai Naga Seluman keris pusaka milik Pangeran Diponegoro yang memimpin Perang Jawa melawan penjajah Belanda 1825-1830. Bagi pemercaya klenik keris itu diyakini mempunyai kekuatan khusus. Siapa yang kali pertama memegang dan menerima keris itu akan mendapatkan pulung dan akan menjadi seorang pemimpin. Kabarnya, Presiden Jokowi sangat ingin keris itu diterimanya langsung dari Raja Belanda. Alih-alih, Anieslah yang menerima keris itu. Anies pun dianggap menelikung Jokowi sehingga membuat Jokowi gusar sampai akhirnya melakukan reshuffle untuk mengganti Anies. Anies menjelaskan bahwa penyerahan keris itu menjadi ‘’misi rahasia’’ pemerintah Belanda ke Indonesia. Presiden Jokowi sudah dijadwalkan akan menerima keris pusaka itu. Tetapi, menjelang kehadiran Raja Belanda, Presiden Jokowi melakukan lawatan ke Filipina. Akhirnya penyerahan keris itu diwakili oleh Anies Baswedan. Sebagai pengamal mistisisme Jawa, Jokowi percaya bahwa keris itu punya pulung kepemimpinan. Ia dikabarkan sangat kecewa karena tidak menjadi orang pertama yang memegang keris itu. Netizen pun ramai mengomentari peristiwa ini, dan banyak yang mengatakan bahwa pulung kepresidenan Indonesia akan jatuh kepada Anies. Kepercayaan mistis semacam ini sulit dibuktikan, tetapi masih sangat banyak dipercaya oleh berbagai kalangan di Indonesia. Hampir tidak ada kegiatan keseharian yang tidak dikaitkan dengan klenik dan mistisisme. Mulai dari aktivitas rutin seperti memulai pekerjaan, sampai urusan politik tingkat tinggi, selalu ada unsur-unsur mistik yang terlibat. Kepemimpinan modern mendapatkan legitimasi dari rakyat melalui mekanisme demokrasi seperti pemilihan umum dan sejenisnya. Pemimpin tradisional mendaptkan legitimasi dari wangsit atau pun pulung. Untuk menjadi pemimpin seseorang harus punya pulung wahyu kedaton. Dalam legenda berdirinya kerajaan Mataram tersebutlah kisah Ki Pemanahan yang secara tidak sengaja meminum pulung dalam buah air kelapa milik sahabatnya, Ki Ageng Giring. Pulung itu ada di air buah kelapa yang harus diminum habis sekali teguk. Ki Ageng Giring menyimpan buah kelapa itu di rumah. Secara tidak sengaja Pemanahan mampir dan menemukan buah kelapa itu. Ia yang kehausan meneguk habis air kelapa sampai habis. Akhirnya Ki Pemanahan ketiban pulung yang membuatnya bersama anak turunnya menjadi penguasa Jawa seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, dan seterusnya. Tradisi kepemimpinan tradisional Jawa itu sampai sekarang masih tetap dipercaya dalam politik modern Indonesia. Pemimpin modern Indonesia merasa bahwa selain mendapatkan mandat dari rakyat mereka juga mendapatkan wangsit dan ketiban wahyu kedaton. Karena itu keputusan-keputusan politik yang diambil tidak semuanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional. Ada unsur-unsur irrasional yang justru sering menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Bung Karno banyak melakukan praktik mistisisme. Pak Harto punya kekuatan back up spritual dari Bu Tien yang punya trah biru keraton Solo. Konon Bu Tien-lah yang memegang wahyu kedaton. Habibie tidak bisa lama menjadi presiden karena tidak punya jalur wahyu kedaton. Begitu kata para pemercaya klenik. Apalagi Habibie “gak jowo” bukan orang Jawa, sehingga sulit mendapatkan wangsit wahyu kedaton. Menurut jangka Jayabaya, penguasa Indonesia dikiaskan dalam sebutan “Notonagoro”. Secara harfiah berarti menata negara. Tapi oleh para pemercaya klenik ditafsirkan sebagai akronim dari nama-nama presiden Indonesia. “No” untuk Sukarno, “To” untuk Suharto, dan seterusnya. Makanya ketika Gus Dur, Abdurrahman Wahid, jadi presiden para pemercaya klenik jadi bingung karena nama Abdurrahman tidak masuk dalam skema Notonagoro. Tapi, kata Gus Dur nama Abdurrahman tetap masuk dalam skema Jayabaya, bukan dalam skema Notonagoro tapi “Noto Manconagoro”. Karena itu, setelah Noto (Sukarno dan Suharto) urutan selanjutnya adalah “Man” dan “Co”. Man, tidak ada lain kecuali Abdurrahman alias Gus Dur. Ini tentu guyonan khas Gus Dur. Mana ada jangka Jayabaya menyebutkan Noto Manconagoro kalau bukan karangan Gus Dur. Ketika ditanya apakah Gus Dur juga dapat wangsit wahyu kedaton, Gus Dur menjawab dia dapat wangsit mi ayam. Gitu saja kok repot. Bagi sebagian orang lain soal klenik dan mistis ini masalah serius dan tidak boleh dibuat main-main. Jokowi punya hari keramat Rabu yang bertepatan dengan weton, hari kelahirannya. Keputusan-keputusan strategis dilakukan pada hari Rabu dengan mempertimbangkan pertimbangan primbon yang rumit. Ada ritual seperti memelihara jenis hewan tertentu seperti kodok dan sejenisnya. Ada pantangan-pantangan tertentu seperti tidak boleh berkunjung ke Kediri, atau juga isyarat-isyarat alam tertentu seperti gunung meletus atau sejenisnya. Para presiden Indonesia semua dikaitkan dengan Gunung Lawu yang membawai wilayah Mataraman. Para presiden disebut sebagai Putra Gunung Lawu. Secara kebetulan semua presiden Indonesia sekarang ini adalah Putra Gunung Lawu. Itulah ilmu gutak-gatuk matuk. Diutak-atik sehingga jadi cocok. Anies Baswedan lebih mirip dengan Habibie yang tidak punya garis keturunan Putra Lawu. Anies dipersepsikan sebagai representasi kelompok kanan yang anti-klenik politik. Anies berusaha menetralisasi pandangan itu dengan melakukan pendekatan kepada banyak kelompok budaya. Anies dekat dengan organisasi budaya terutama organisasi dalang wayang kulit. Dalam berbagai kunjungan ke daerah-daerah, Anies sering mengadakan ziarah ke makam-makam yang dianggap mempunyai karomah. Tentu saja, pada akhirnya kekuasaan itu bagian dari takdir. Manusia hanya ‘’sak derma nglakoni’’, hanya bisa menjalaninya. (Kempalan)
Jelang Pilpres 2024 Pilpres 2024 Anies Baswedan Pilpres 2024 Begini Ramalan Anies Jelang Pilpres 2024 Ramalan Anies
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Featured Blogs

Newsletter

Sign up and receive recent blog and article in your inbox every week.

Recent Blogs

Most Commented Blogs