Hambali Rasidi
matamaduranews.com-Warga Bangkalan, Madura berduka. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Syaichona Moh Cholil Bangkalan, RKH Fakhrillah Aschal menghadap Sang Khalik.
Tak sedikit untaian duka menyesaki aplikasi media sosial sejak Sabtu pagi 14 Mei 2022.
Kabar ulama berpengaruh wafat itu kali pertama dikabarkan adik almarhum, RKH Karror Abdullah Schal. Beliau menulis status di akun WA-nya.
"Telah wafat RKH. Fakhrillah bin Abdullah Schal Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan hari Sabtu pagi Jam 05:25 WIB," .
Beberapa menit kemudian. Tersiar melengkapi kabar duka yang diunggah oleh netizen.
"Kiai yang juga Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan itu menghembuskan napas terakhirnya di RS Siloam, Surabaya, Sabtu (14/5/2022) sekitar pukul 05.25 WIB,".
Kepergian almarhum menyita perhatian banyak umat. Selain ulama kharismatik. Almarhum merupakan generasi atau keturunan keempat dari almarhum Syaikhona KH Kholil Bangkalan-ulama besar-guru para ulama di Jawa Timur.
Ayah almarhum KHR Abdullah Schal, salah satu cicit Syaikhona Kholil Bangkalan.
Terus ke ibunya, Ny Romlah-salah satu putra dari KH Imron. Kiai Imron salah satu putra Mbah Kholil (Syaikhona Kholil Bangkalan).
KHR Abdullah Schal masih saudara kandung dengan Ra Lilur, KH. Fahrurrozi, dan KH. Kholil AG.
Pencetus Bangkalan Kota Dzikir dan Shalawat
Pada tahun 2015. Kota Bangkalan dilaunching sebagai Kota Dzikir dan Shalawat.
Waktu itu, Bupati Bangkalan Mohammad Makmun Ibnu Fuad menyampaikan: Deklarasi Bangkalan sebagai Kota Dzikir dan Shalawat merupakan keinginan masyarakat dan ulama Bangkalan.
Puluhan ribu warga Bangkalan terdiri dari santri, ulama, pengasuh pondok pesantren, serta perwakilan berbagai ormas Islam se-Kabupaten Bangkalan ikut menyaksikan launching itu bertempat di alun-alun Kota Bangkalan Jumat (28/8/2015) dini hari.
Ketua DPRD Bangkalan Muhammad Fahad mengakui tagline Bangkalan sebagai Kota Dzikir dan Shalawat diinisiasi oleh alm Kiai Fakhrillah.
Fahad ikut menyaksikan waktu ide itu terlontar dari Kiai Fakhrillah. Kemudian dideklarasikan oleh Bupati Makmun waktu itu.
"Kiai Fakhri terjun langsung ke akar bawah untuk menggalakkan bacaan dzikir dan shalawat," terang Fahad kepada sejumlah media mengenang dakwah almarhum usai mengantar jenazah di kompleks pemakaman Syaikhona Kholil Bangkalan.
Lora Ismail Al-Kholili, salah satu Bani Kholil Bangkalan dalam sebuah akun instagramnya, menuliskan tentang sosok Kiai Fakhri. ’’Innalillahi wa inna ilaihi Rajiun, selamat jalan Kiai Dzikir dan Sholawat,’’ tulisnya.
Lora Ismail mengenang Kiai Fakhri memiliki jasa sangat besar untuk Kabupaten Bangkalan.
Dalam amatan Lora Ismail, beberapa tahun lalu. Di kampung kampung Bangkalan selalu dijumpai pertunjukan orkes atau dangdutan.
Melalui dakwah alm Kiai Fakhri suasana kampung mulai berubah. Masyarakat ikut menggalakkan majelis dzikir dan shalawat.
"Kiai Fakhri orang yang kali pertama mengusulkan tagline Bangkalan Kota Dzikir dan Shalawat. Saya sendiri menyaksikan," tulisnya.
"Bangkalan Kota Dzikir dan Shalawat tertulis dalam sebuah papan besar di pintu masuk Kabupaten Bangkalan," sambungnya.
Lora Ismail menyaksikan langsung totalitas dan perjuangan Kiai Fakhri dalam membumikan dzikir dan shalawat di Bangkalan.
"Dalam satu malam, almarhum bisa memiliki jadwal pengajian sebanyak delapa sampai sembilan titik. Itu belum termasuk jadwal-jadwal beliau (Kiai Fakhri, Red) di siang hari seperti mengajar dan lain sebagainya," cerita dalam postingan.
Testimoni juga datang dari Anwar Sadad-teman almarhum sewaktu nyantri di Ponpes Sidogiri, Pasuruan.
Ketua DPD Partai Gerindra Jatim ini menulis lewat twitter-nya.
“Selamat jalan, Ra Fakhri. Irji’i ila rabbiki radliyatan mardliyah. Fadkhulī fi ‘ibadi wadkhuli jannati,†tulis politikus keluarga Ponpes Sidogiri, Pasuruan yang akrab disapa Gus Sadad itu di akun Twitter-nya @ansadad.
Lewat cuitannya, Sadad lantas membagikan kenangan masa remaja dengan cicit Syaikhona Muhammad Cholil tersebut saat masih sama-sama nyantri di Ponpes Sidogiri.
“Saya dan almarhum teman sekelas mulai kelas 1 sampai dengan 3 tsanawiyah di Ponpes Sidogiri. Teman sekelas kami ada Cholil Nafis, rais PBNU,†kenang Sadad yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim itu.
Bagi Sadad, Kiai Fakhri sudah terlihat kharismatik sejak di bangku madrasah.
“Sudah nyungkani. Kami biasa berbincang di sela waktu istirahat. Kami pernah bertukar pakai kacamata, untuk beradu siapa yang paling besar minusnya,â€.
Tak hanya itu, Sadad menilai Kiai Fakhri tergoling sosok yang haus ilmu. Tak jarang dia membawa kitab ke kelas, bukan kitab pelajaran.
“Saya ingat pernah membawa kitab al-Anwar al-Muhammadiyah yang ditulis Sayid Muhammad al-Maliki. Ra Fakhri fasih menerangkan isi kitab tersebut,†kenang Sadad.
Dari Sidogiri. Kiai Fakhri mengembara menuntut ilmu ke Makkah. Pertengahan kelas tiga tsanawiyab, Kiai Fakhri meninggalkan Sidogiri menuju Makkah.
"Saya tidak tahu pasti beliau studi di mana, tapi dugaan saya di Ma’had Sayid Muhammad bin Alawi. Wallahu a’lam,â€.
Sejak Kiai Fakhri mondok ke Makkah, Sadad tak lagi berhubungan. Kecuali beberapa kali bertemu saat ada acara di Sidogiri atau jika kebetulan sama-sama hadir di acara NU.
“Saya mengikuti kiprahnya dari berita di media atau sosmed, atau cerita kawan-kawan seangkatan kalau lagi ngumpul. Saya tahu jiwa dakwahnya menyala-nyala, menurun dari buyutnya, Syaikhona Muhammad Cholil,†tulis Sadad.
Kini Ra Fakhri telah pergi. Tapi Sadad yakin almarhum masih ada dalam hati dan semangat para santri dan muhibbin. Sebagaimana Ra Fakhri mewarisi darah ulama dan pejuang dari ayah dan kakek-buyutnya, serta mewariskannya kepada anak-anaknya.
Write your comment
Cancel Reply