Budaya
Mengenal Gelar Anumerta Raja-raja Madura (Seding Langgar)
matamaduranews.com-SAMPANG-Di beberapa edisi, Mata Madura telah mengulas kisah, sejarah, cerita tentang penyematan gelar anumerta dari beberapa penguasa di tiga keraton atau kadipaten di nusa garam. Karena Madura kuna memiliki empat wilayah, artinya masih tinggal satu wilayah lagi yang belum diulas terkait tema di atas.
Di edisi kali ini, Mata Madura akan mencoba mengulas sosok dari Pangeran Seding Langgar. Yakni seorang penguasa Sampang, atau yang kini dikenal dengan sebutan Kota Bahari di pulau ini.
Asal usul
Nama Pangeran Seding Langgar ditemukan di beberapa literatur kuna Madura. Di Babad Sumenep (1914) misalnya. Di buku susunan Raden Werdisastra ini, nama Pangeran Seding Langgar disebut di salah satu bab. Bahkan nama ini seakan menjadi nama tunggal, karena tidak ada keterangan mengenai nama sebelum gelar anumerta tersebut.
Di buku babad itu, Pangeran Seding Langgar disebut sebagai anak dari Pangeran Nugraha, penguasa keraton Jambringen di Pamekasan.
Nugraha disebut sebagai keturunan Ario Lembu Peteng, dan sekaligus Ario Damar. Kedua tokoh tersebut dikenal dalam catatan genealogi sebagai anak-anak Raja Majapahit, Bhrawijaya.
Namun di buku “Sedjarah Tjaranja Pemerintahan Daerah-daerah di Kepulauan Madura dengan Hubungannja (Pamekasan, 1951)â€, tulisan KRT Zainalfattah Notohadikusumo, Pangeran Nugroho disamakan dengan sosok Pangeran Bonorogo.
Sehingga jika demikian, Pangeran Seding Langgar adalah saudara Panembahan Ronggosukowati (1530-1616).
Dalam catatan Zainalfattah, memang Bonorogo memiliki anak yang bernama Pangeran Adipati Pamadekan. Sosok ini diidentifikasi sebagai Pangeran Seding Langgar
Pangeran Seding Langgar ini menjadi penguasa di Sampang, dan berkedudukan di tempat yang saat ini terdapat Masjid Madekan. Beliau dikisahkan sebagai sosok muda yang alim, dan ahli ibadah. Kesehariannya banyak digunakan berdzikir di sebuah langgar miliknya.
Babad Songennep menyebut beliau ini menikah dengan putri Sunan Paddusan di Sumenep. Sunan Paddusan adalah putra dari Sunan Manyuran Mandalika. Sunan Manyuran adalah anak Raja Pandita alias Raden Santri alias Sayyid Ali Murtadla, kakak Sunan Ampel, Imam Wali Sanga.
Saat baru memiliki anak yang baru belajar merangkak, Pangeran Seding Langgar wafat. Beliau dikisahkan wafat ketika dalam posisi sujud shalat. Putra satu-satunya menjadi yatim. Namanya Raden Ilyas. Kelak menjadi penguasa di keraton Batuputih Sumenep. Orang-orang menyebutnya Pangeran Batuputih.
Asta Madekan
Nama Madekan atau Pamadekan, banyak tertulis di naskah-naskah kuna Madura. Nama itu terkait dengan langgar atau masjid pertama di Sampang. Karena merupakan cikal-bakal atau masjid pertama di kota Bahari, masjid itu dikenal dengan masjid Madekan.
Saat ini, di kawasan Madekan tersimpan situs-situs bersejarah. Seperti situs Ratu Ibu Madekan. Sang Ratu merupakan ibunda dari Raden Prasena alias Pangeran Cakraningrat I, penguasa Madura Barat yang bertahta di Madekan.
Di situs Ratu Ibu banyak terdapat pasarean penguasa dan pembesar-pembesar Sampang. Pasarean Raden Adipati Pramono dan isterinya. Pasarean Pangeran Seding Langgar dan tokoh-tokoh lainnya.
Di Madekan juga ada makam Pangeran Khotib Mantu, salah satu tokoh ulama awal di Kota Bahari. Khatib Mantu adalah seorang pangeran dari Giri Kedaton yang diambil sebagai menantu oleh Panembahan Lemah Duwur, penguasa Madura Barat.
RM Farhan
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply