Post Images
matamaduranews.com-PAMEKASAN-Di tulisan lalu, mengenai sebab-musabab penyematan gelar anumerta pada beberapa penguasa Pamekasan, Mata Madura mengulas khusus trah Adikoro di abad 17 hingga 18 Masehi. Kali ini Mata Madura akan mengulas sosok-sosok sebelum dan sesudah dinasti Adikoro. Ada sekitar tiga tokoh dalam sejarah lisan maupun tulisan di bumi Gerbang Salam, yang memiliki nama atau gelar anumerta. Yakni gelar kehormatan pasca wafatnya sang penguasa. Gelar itu bukan gelar abiseka, atau gelar resmi yang menunjukkan keabsahan kekuasaannya. Gelar penobatan, atau gelar pelantikan. Gelar anumerta sebagai penanda, atau mengenang salah satu tokoh yang dikaitkan dengan peristiwa kematiannya. Pangeran Lendu Lendu dalam bahasa Madura bermakna gempa, atau lindu. Pangeran Lendu merupakan salah satu penguasa Pamekasan di abad 16. Dalam catatan sejarah kuna, Pangeran Lendu merupakan gelar anumerta dari Pangeran Bonorogo (Wonorogo). Bonorogo tercatat dalam silsilah Pamekasan sebagai putra dari Raden Adipati Pramono, penguasa Sampang. Pramono menikah dengan Ratu Banu, anak Raja Pamelingan (nama sebelum Pamekasan) Wonorono. Sehingga Sampang dan Pamekasan pun menjadi satu di bawah kekuasaan Pramono. Kembali pada Bonorogo, sang raja tersebut diceritakan masih belum memeluk agama Islam. Bahkan kendati diajak oleh putranya yang terlebih dulu muslim, untuk memeluk agama yang dibawa oleh Kangjeng Rasulullah SAW. Hingga di usia sepuh, Bonorogo tetap tidak bergeming. Namun untuk menghargai upaya anaknya, beliau lalu berpesan, bahwa kelak di waktu ia menghembuskan nafas terakhir, Pamekasan akan dilanda gempa bumi (lendu). Keberadaan gempa tersebut dikatakan Bonorogo sebagai pertanda bahwa dirinya mati dalam keadaan Islam, atau sebagai muslim. Benar saja, saat beliau wafat, Pamekasan dilanda gempa hebat meski tak sampai menciptakan kerusakan hebat. Sehingga oleh putra-putranya, Bonorogo dimakamkan secara Islam. Makam beliau terletak di Jalan Bonorogo, Pamekasan. Gung Seppo Gung Seppo atau Tumenggung Sepuh adalah gelar yang disematkan masyarakat pada rajanya yang memerintah pada 1752-1800 M ini. Raden Alsana nama kecilnya. Beliau adalah putra Raden Tumenggung Ario Adikoro III (Adikoro Seding Sendang). Alsana menduduki tahta menggantikan sepupunya, Tumenggung Ario Cokroadiningrat (1750-1752) alias Tumenggung Adiningrat dari kursi adipati. Adiningrat merupakan putra sekaligus penerus Adikoro IV (Adikoro Seda Bulangan). Faktor politik kompeni kala itu membuat Tumenggung Adiningrat turun dari tahta. Sebagai gantinya, Pamekasan yang waktu itu berada di bawah campur tangan Kompeni Belanda (VOC), dan berada di bawah pengaruh Madura Barat (Bangkalan), ditunjuklah Raden Alsari. Ibu Alsari ialah saudari dari Adikoro IV, alias sama-sama anak Adikoro II. Raden Alsari dinaikkan menjadi adipati Pamekasan dengan gelar yang sama, yaitu Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat. Namun dalam sejarah ditulis Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat I. Sebutan Gung Seppo merupakan kependekan dari Tamenggung Seppo atau Tumenggung Sepuh. Gelar tersebut dikenal oleh rakyat Pamekasan untuk membedakan sosok bergelar Cokroadiningrat tersebut. Pasalnya, beliau diganti adiknya dengan gelar yang sama. Gung Tengnga Sepeninggal Gung Seppo pada 1800, kedudukan adipati Pamekasan dijalankan oleh Raden Alsana (adik Gung Seppo). Alsana bergelar Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat II. Berkuasanya Alsana rupanya tanpa perembukan dengan VOC maupun Bangkalan. Hingga dengan politik adu dombanya, VOC menurunkan Alsana dari kursi Adipati pada 1803. Sebagai gantinya, lalu ditunjuklah adik Sultan Bangkalan II (Sultan Kadirun) menjadi adipati Pamekasan, yang di kemudian hari bergelar Panembahan Mangkuadiningrat (Panembahan Mangko, memerintah 1804-1842). Alsana lantas meninggalkan Pamekasan dan tinggal di Sumenep. Alsana oleh warga Pamekasan dikenal dengan sebutan Tamenggung Tengnga atau Tumenggung Tengah. Tamenggung Tengnga disingkat Gung Tengnga. Yaitu Tumenggung di antara Gung Seppo dan Panembahan Mangko. RM Farhan
Pamekasan Sosok & Tokoh Pamekasan Mengenal Gelar Anumerta Raja-raja Madura Pra dan Pasca Adikoro

Share :

admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Blog Unggulan

Surat Kabar

Daftar dan dapatkan blog dan artikel terbaru di kotak masuk Anda setiap minggu

Blog Terbaru