matamaduranews.com-PAMEKASAN-Madura dan tokoh-tokohnya memiliki mata rantai yang tak bisa dipisahkan. Pamekasan dan Sumenep misalnya. Sejarah tempo doeloe memang kebanyakan berakar pada sejarah kekeluargaan.
Salah satu tokoh tempo doeloe yang tak banyak dikupas, namun merupakan salah satu tokoh puncak secara genealogi ialah Kiai Hakimuddin. Di beberapa catatan silsilah, penyusun umumnya menulis dengan tambahan Teja. Kiai Hakimuddin Teja.
Pandita Teja
Sedikitnya ada dua versi mengenai asal usul Kiai Hakimuddin.
Versi pertama, berdasar catatan silsilah Keraton Sumenep, Kiai Hakimuddin disebut sebagai putra Kiai Cendana atau Sunan Cendana Kwanyar.
Sedang di catatan lain, seperti di Pamekasan (sebagian) menulis beliau dengan tambahan sebutan Kiai Gar Bata (Langgar Bata) atau Kiai Pandita Teja.
Teja merupakan sebuah kawasan di Pamekasan yang posisinya dekat dengan kota.
Saat ini kawasan Teja dibagi menjadi dua, yang masing-masing secara administratif berstatus sebagai desa. Masing-masing bernama Teja Barat dan Teja Timur. Keduanya berada dalam kawasan kecamatan kota Pamekasan.
Ayah Modin Teja dan Agung Waru
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Kiai Hakimuddin berputra dua orang.
Sumber Sumenep seperti naskah Silsilah Keraton (1989), Sejarah Sumenep (2003), dan naskah silsilah yang lebih kuna menyebut anak Hakimuddin Teja bernama Kiai Modin Teja.
Sumber lain baik di Sumenep (catatan silsilah keraton) dan Pamekasan menyebut Kiai Agung Waru atau Agung Bayan juga sebagai putra Hakimuddin Teja.
Besan Aji Gunung dan Entol Janingrat
Hakimuddin Teja tercatat sebagai besan dua tokoh berpengaruh di Madura.
Kiai Modin Teja, putranya diambil sebagai menantu oleh Aji Gunung, Sampang. Dari pernikahan tersebut lahir di antaranya Nyai Salama dan Nyai Kebbun.
Nyai Salama menikah dengan Kiai Khatib Bangil dan menurunkan kiai-kiai sekaligus penguasa Sumenep dinasti terakhir.
Sementara Nyai Kebbun dipersunting oleh Kiai Agung Raba, Pademawu Pamekasan.
Sementara Kiai Agung Waru (Agung Bayan), putra lainnya diambil sebagai menantu oleh Raden Entol Janingrat (Waru, Pamekasan). Menikah dengan Nyai Agung (Hawara).
Entol Janingrat adalah saudara kandung Raden Entol Anom, Ronggo (Patih atau Kuasa) di wilayah Sumenep. Keduanya adalah anak Raden Sutojoyo alias cucu Pangeran Macan Alas Waru (pembabat tanah Waru, Pamekasan).
Kiai Agung Waru dan Nyai Agung menurunkan tokoh-tokoh ulama di Pamekasan, Sumenep, hingga wilayah tapal kuda.
Makam tokoh-tokoh ini hingga kini keramat dan diziarahi banyak orang. Sementara keberadaan makam Kiai Hakimuddin sendiri hingga saat ini masih belum bisa dipastikan.
RM Farhan
Write your comment
Cancel Reply