Politik
Menakar Politik Bupati Fauzi; Simulasi MH Said Abdullah (2-Habis)
Hambali Rasidi
Yang menarik jika membahas figur Bupati Fauzi saat ini adalah politik. Bukan capaian kinerjanya.
Saya mencari program apa yang sudah dilakukan. Ternyata, semua program yang sudah dikerjakan pada 2021 itu merupakan kelanjutan APBD 2020.
So, yang terlihat hanya program rutinitas. Program infrastruktur. Heboh sesama pelaku jasa konstruksi.
Pada APBD 2022 ini baru murni susunan delapan program unggulannya. Sekarang baru menata. Soal hasil bisa dilihat akhir 2023 atau awal 2024.
Politik Achmad Fauzi menarik karena keterpilihan sebagai bupati di kandang warga NU.
Anda sudah ngerti.
Selama 20 tahun. Kabupaten Sumenep dipimpin bupati berlatar Parpol berbasis NU. Berlatar Pesantren, Kiai.
Sejak menjabat bupati. Fauzi bersedia mengabdi di NU pada level kecamatan.
Sebagai salah satu Mustasyar MWCNU Batuan.
Sikap Bupati Fauzi ini sama dengan mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang juga memilih aktif di organisasi NU meski pada level (desa) ranting.
Dahlan Iskan tak segan memakai kaos bertuliskan Ranting Idaman yang disertai gambar lambang NU saat acara Harlah NU ke 99 di salah satu kantor media di Surabaya awal Februari lalu.
Nama Achmad Fauzi masuk di struktur NU tak banyak orang ngerti. Dan Fauzi tak banyak mengeskpose keaktifan dirinya di struktur NU.
Namun, ada beberapa aktivis NU, seperti H Shadik (eks Kadisdik) dan M Eksan (Kadisparbudpora) yang membenarkan jika Bupati Sumenep aktif di NU Kecamatan Batuan di posisi mustasyar.
Bupati Fauzi saat ditanya wartawan soal namanya masuk di pengurus NU Kecamatan Batuan hanya membalas dengan senyuman dan kalimat singkat.
“Bagian dari pengabdian kepada umat,†ucapnya singkat, suatu ketika.
Lambang NU berukuran besar menempel di dinding ruang tamu Rumah Bupati Fauzi di Desa Torbang. (Foto Istimewa)
Darah NU Bupati Fauzi mengalir dari ayahandanya, Slamet Wongsoyudo, mantan aktivis GP Ansor Sumenep.
Pada usia 6 tahun. Fauzi ditinggal pergi ayahandanya untuk selamanya.
Fauzi tinggal bersama sang ibu, Ainun dan sang adik Rita Agustiningsih yang masih berumur 4 tahun.
Fauzi jadi yatim di usia belia. Fauzi tinggal bersama sang Ibu dan si adik hingga remaja.
Saat duduk di kelas 3 MAN Sumenep. Sang ibu meninggal dunia. Praktis Fauzi tinggal bersama sang adik Rita.
Perjalanan hidup itu yang mematri Fauzi menatap masa depan penuh
kegigihan. Hingga takdir Allah SWT berkehendak: Fauzi menjabat Bupati Sumenep pada tahun 2020. Walau pun sebagai Kader Banteng. Allah SWT mentakdirkan bisa berkuasa di Kandang NU.
Membincangkan Politik Bupati Fauzi tentu tak lepas dari dukungan penuh sang paman MH Said Abdullah yang kini menjabat Ketua Banggar DPR RI.
Anda sudah ngerti. Apa dan bagaimana jabatan Ketua Badan Anggaran DPR RI yang membahas APBN Rp 3.106 triliun.
Arti kata. Politik Bupati Fauzi tergantung sang paman.
Menakar politik-nya juga tergantung-sejauhmana kekuatan politik sang paman.
Pertanyaannya:
Apa yang melatarbelakangi kekuatan politik MH Said Abdullah?
Sampai sekarang belum ada refrensi yang menjadi basis kekuatan politik MH Said Abdullah.
Atau saya luput mendengar refrensi ilmiah itu.
Yang saya dengar baru popularitas MH Said Abdullah sebagai Sultan Sumenep.
Makna Sultan Sumenep, anda ngerti kan?
Sekarang tinggal simulasi.
1. Jika MH Said Abdullah tak menjabat Ketua Banggar DPR RI.
2. Jika Presiden 2024 terpilih bukan dari kader PDI-P.
Apakah kekuatan politik MH Said dan Bupati Fauzi masih kuat di Pilkada Sumenep 2024?
Jika simulasi di atas benar. Untuk menjawabnya tergantung dari sudut pandang si penilai.
Sebab, jika simulasi itu benar sebagai landasan politik Bupati Fauzi-biasanya pengamat mengklasifikasikan pada kategori asumi. Bukan berdasar data ilmiah.
Jika dalam ilmu hadits, tergolong hadits dhaif. Ulama hadits membolehkan mengutip hadits dhaif tapi bukan untuk materi akidah dan hukum Islam.
Jika dalam organisasi tarekat, di luar kesepakatan jumhur pelaku tarekat, tak terkualifikasi tarekat muktabarah.
So.. mengukur kekuatan politik Bupati Fauzi jika berdasar simulasi di atas, bisa masuk dhaif atau ghairu muktabarah.
Next: Lalu, apa yang menjadi dasar untuk Menakar Politik Bupati Fauzi?
Lalu, apa yang menjadi dasar untuk Menakar Politik Bupati Fauzi?
Dalam konteks politik perlu indikator dan parameter untuk menakarnya. Dan seperti biasa, refrensi yang jamak dipakai dalam menakar politik seorang figur itu berupa hasil survei. Baik popularitas dan elektabilitasnya.
Meski hasil survei itu masih debateble. Apalagi survei politik di lokasi atau objek geografi yang kontroversi, misalnya.
Setidaknya, pergerakan survei dari lembaga konsultan politik menjadi refrensi yang menjadi pegangan bagi seorang calon yang akan berlaga di pemilihan kepala daerah.
Parameter dan indikator politik Bupati Fauzi untuk Pilkada 2024 masih belum ada rilis dari lembaga survei. Atau sudah dilakukan survei. Hanya tak dibocorkan ke publik.
Setidaknya, beberapa bulan lalu. Tepatnya Maret 2022. Ada seminar politik santri di Sumenep menghadirkan peneliti. Seorang konsultan politik. Lembaga survei yang mengaku tiga kali nyurvei jelang Pilkada Sumenep 2020.
Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) mereview hasil surveinya soal elektabilitas Achmad Fauzi yang hendak nyalon Bupati Sumenep di Pilkada 2020.
Entah apa maksud si dosen ilmu politik FISIP UIN Jakarta ini.
Yang pasti. Adi Prayitno tak membincangkan Politik Bupati Fauzi untuk 2024.
Tapi setidaknya ia membocorkan hasil survei 2 tahun lalu. Saat Fauzi menjabat Wabup Sumenep. Elektabilitas dan popularitas Fauzi menyebar di tiap kecamatan.
"Kalau mau jujur saat itu, Fauzi itu berpasangan dengan sandel jepit pun menang, pak,†terang Adi Prayitno.
Sedang penantang politik Fauzi waktu itu, kata Adi-hanya sebagian, satu-dua kecamatan saja.
Pernyataan ini saya kutip dari review survei PPI di tahun 2020 sebelum Pilkada Sumenep digelar.
Anda boleh percaya. Tak percaya juga gak apa-apa.
Apa masuk dhaif? Maaf itu pernyataan konsultan politik. Bukan kategori hadits.
Hehhe
Lanjut pertanyaan berikutnya:
Jika tanpa embel-embel simulasi itu, siapa lawan Bupati Fauzi di Pilkada Sumenep 2024?
Hingga tulisan ini dimuat. Seyogyanya Senin 15 Agustus janji lanjutan tulisan pertama. Tapi molor hingga Selasa. Belum ada lawan tanding Bupati Fauzi yang mulai terang-terangan.
Nyi Eva
Kecuali:
Wabup Nyi Eva-popularitas dan elektabilitasnya sudah diakui sebelum Pilkada 2020 digelar. Tapi Nyi Eva belum memberi aba-aba.
Apakah mau lanjut pasangan Fauzi jilid dua. Atau maju cabup sendiri.
Selain Nyi Eva. Lawan tanding Fauzi itu kekuatan kultur NU.
Lagi-lagi personifikasi perwakilan kultur NU belum terlihat. Termasuk PKB dan PPP-sebagai pengejewantahan politik warga NU-juga belum mengekspose ke publik.
Namun, Dul Siam-Sekretaris DPC PKB Sumenep mengaku masih menyimpan Bakal Calon Bupati dari PKB yang akan berlaga di Pilkada Sumenep 2024.
"Soal figur Cabup PKB pasti ada. Hanya sekarang partai lagi konsentrasi pada pemenangan di Pileg dan Pilpres," tutur Dul Siam saat ditanya kemungkinan lawan Bupati Fauzi dari PKB.
Bagaimana dengan Bu Fitri, istri mantan Bupati Sumenep?
Dul Siam baru mengangguk jika anggota Fraksi PKB DPRD Jatim ini masuk kualifikasi salah satu figur yang akan diusung PKB.
Bu Fitri
Apakah Bu Fitri sebagai Cabup atau Cawabup?
"Soal posisi Cabup atau Cawabup, tergantung rekomendasi DPP. Ini yang tak banyak dipahami. DPC PKB Sumenep hanya mengusulkan. Yang mengeluarkan rekomendasi itu DPP," kata Dul Siam menambahkan.
Kendati demikian. Dul Siam yakin peta politik Sumenep 2024 bakal berubah.
Sayang, Dul Siam tak menyebut bentuk prediksi itu.
Termasuk target minimal 12 kursi PDIP di DPRD Sumenep yang dilontarkan MH Said Abdullah saat menyampaikan orasi politik di depan ratusan kader PDIP, Sabtu lalu.
Dul Siam menjawab: lihat saja nanti. (*)
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply