Hambali Rasidi
matamaduranews.com-Dalam hitungan hari. Sejumlah elit politik nasional datang ke Kabupaten Sumenep. Sebut saja Muhaimin Iskandar, Ketua DPP PKB pertengahan Februari 2022. Ahmad Muzani, Sekjend DPP Gerindra, akhir Februari.
Teranyar, Puan Maharani, Ketua DPR RI dan Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf Staquf alias Gus Yahya juga bertandang ke Sumenep.
Muhaimin dan Ahmad Muzani ke Kabupaten Sumenep setelah road show di Madura menemui para Kiai NU. Sedangkan Mbak PUAN langsung ke Sumenep menemui para kades, habaib dan Muslimat NU.
Gus Yahya, Ketum PBNU langsung ke Pendopo Keraton Sumenep menghadiri Harlah NU ke 99 dalam Simposium Nasional dengan tema Peradaban Dunia dengan nilai-nilai kepesantrenan.
Sepintas. Kedatangan para elit nasional ke Kabupaten Sumenep itu hal biasa. Tidak ada yang istimewa.
Jika ingin melihat dari kacamata politik, bisa juga ditarik ke dalam event nasional menyambut suksesi 2024.
Namun jika hendak dilihat dalam konteks magic politik. Kabupaten Sumenep memiliki sejarah dan nilai.
Jika hanya mengupas sejarah lampau, tak lebih sebatas menambah literasi wacana masa lalu dalam terbentuknya kekuasaan feodalisme sebelum NKRI terbentuk.
Para elit politik itu tak perlu jauh-jauh datang ke Sumenep kalau hanya mengenang sejarah bumi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Singosari, Majapahit dan Mataram.
Lalu apa yang menarik dari Kabupaten Sumenep? Saya akan ulas dari perspektif magic politik.
Magic politik secara harfiah bisa bermakna kekuatan mistis dalam berpolitik.
Jika dimaknai lebih jauh, magic politik itu menyimpan nilai-nilai supranatural dalam kepentingan menjalankan kekuasaan yang dilalui melalui jalur politik.
Kekuasaan itu sejatinya perlu kekuatan super ekstra agar bisa diraih. Jika ada di pucuk kekuasaan, juga perlu kekuatan super agar bisa menjalankan roda kekuasaan berjalan kondusif dan mencapai apa yang menjadi cita-cita saat merebut kekuasaan.
Menjadi hal lazim dalam cerita-cerita atau sejarah kekuasaan tempo dulu, sang raja memiliki banyak pasukan andal yang menjadi perisai dari gempuran lawan maupun temeng dalam mewujudkan sejumlah ekspansi sang raja.
Kekuasaan masa lalu kental dengan pergulatan mistis. Yang bisa meraih kekuasaan adalah mereka yang memiliki kekuatan di atas natural (supranatural).
Apakah kekuatan supranatural bisa berlaku dalam meraih kekuasaan era saat ini?
Secara substansi juga masih berlaku. Hanya saja formatnya yang berbeda.
Jika dulu, kekuasaan diraih melalui perang fisik dan perang mistis. Saat ini, kekuasaan direbut dengan strategi teknis yang diatur dalam koridor sistem kepemiluan yang ditentukan dalam UU Pemilu.
Jika tak memiliki kemampuan di atas alami, sulit si kontestan politik saat bisa merebut kekuasaan dengan cara natural. Sebab, para kontestasi sudah menyiapkan segenap kekuatan, baik yang terlihat kasat mata dan bisa dilihat mata bathin (mistis).
Praktik para kontestan itu diwujudkan dalam formula modern melalui lembaga konsultan politik yang lagi trend jelang event-event politik. Salah satunya framing dalam mewujudkan nilai citra kontestan. Branding calon (kontestan) dicipta sedemikian rupa agar pemilih terpikat. Saat jatuh hati, peluang menjatuhkan pilihan saat hari pemilihan itu sebagai penentu. Ini hanya salah satu teknis.
Dalam konteks mencipta dan merawat citra branding menggunakan kekuatan supranatural (mistis) agar aura citra diri si kontestan lebih mempesona. Kekuatan aura cinta, suka, senang dan rindu khusus dicipta agar menjadi kesukaan publik kepada si calon (kontestan).
Kekuatan aura itu bersiap abstrak, tapi nyata. Sebab, jiwa-jiwa yang hidup bisa menyaksikan dan merasakannya. Bagi yang terkoneksi terungkap melalui untaian kata dan sikap suka, senang dan rindu atas si calon.
Wajar jika para calon itu menjadi pemimpin terlihat ada magnet (daya tarik). Meski magnet itu dipengaruhi banyak faktor. Setidaknya, publik merasakan magnet yang beda secara subjektif. Itu terlihat pada pemimpin mulai dari level paling bawah, seperti kades, Bupati, Gubernur, Menteri dan Presiden.
Itulah barangkali yang dimaksud magic politik yang tersimpan di Pendopo Keraton Sumenep. Aura kewibawaan ditampakkan dan bisa menjadi pembeda dibanding bangunan-bangunan modern lainnya di kota-kota besar.
Aura kewibawaan yang beda dalam nuansa lingkungan Pendopo Keraton dan Rumah Dinas Bupati Sumenep (meski bangunan baru dibangun) begitu terasa. Pembeda itu hanya bisa dirasakan, bukan dilihat oleh mata telanjang. Suasananya juga menyimpan nilai kedamaian hingga ke relung jiwa.
Apa yang melahirkan magic politik di Pendopo Keraton Sumenep itu? Banyak faktor. Tergantung sudut pandang dan kemampuan membacanya.
Setidaknya, anda bisa menyaksikan sendiri ketika memasuki Pendopo Keraton Sumenep, suasana terasa perpaduan aura kewibawaan. Dari kasat mata hanya terlihat beberapa bangunan keraton yang tetap tegar dan tegak berdiri, aksesoris perpaduan seni budaya Jawa, Islam, China dan Eropa.
Meski berusian 200 tahun lebih karena dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo. Aura dan kharisma Keraton Sumenep masih tampak memancar.
Aura berkharisma adiluhung yang terasa hingga saat ini dipahami oleh para ahli metafisika diyakini ada benda ghaib (mistis) yang tersimpan di dalam keraton. Benda ghaib itu berupa keris atau pusaka yang dipercaya memiliki khasiat tinggi untuk menjaga kewibawaan keraton dan warga Sumenep.
Dalam kacamata teknologi modern, keris juga sama dengan benda/barang teknologi yang fungsinya sesuai si pembuat. Seperti, modem dibuat dengan fungsi menjadi pemancar jaringan internet.
Begitu juga keris yang disimpan di area Keraton Sumenep, menurut para ahli metafisika dicipta untuk memancarkan aura kharisma dan kedamaian (pengasih). Sebagaimana hasil cipta si empu yang diletakkan di dalam keris.
Jika ditanya, berapa daya aura kharisma dan pengasih itu memancar dari keris pendopo Keraton Sumenep? Para ahli keris Sumenep tak menjelaskan secara digit. Yang pasti, kata para ahli, keris yang disimpan dalam keraton Sumenep itu dicipta oleh empu andal Sumenep. Anda bisa tebak, empu andal Sumenep tempo dulu dalam mencipta barang-barang mistis. Sebagaimana kisah Jokotole dalam ikut membangun gerbang Kerajaan Majapahit, penguasa lahirnya Nusantara.
Satu lagi yang bisa menjadi pembanding rasionalitas dalam konteks jangkauan aura keris, bisa dibandingkan dengan jangkauan alat teknologi (modem) dalam mengirim koneksi jaringan internet.
Lalu, apa yang bisa dipetik dari aura Keraton Sumenep dalam magic politik? Saya menafsiri, suasana Keraton Sumenep yang memantulkan aura itu sebatas petunjuk bahwa kekuatan magic politik masih tersimpan rapi di Bumi Sumenep.
Hanya saja, keberadaan pewaris si empu andal Sumenep itu tersembunyi. Sosoknya menghindar dari hiruk pikuk kehidupan modern.
Begitu kata kura-kura dalam perahu.. (kempalan)
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply