matamadurasnews.com–Syaikhona Kholil Bangkalan adalah ulama’ sekaligus waliyullah yang sudah masyhur memiliki banyak karomah.
Salah satu Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan yang cukup masyhur adalah ketika bertemu dengan Nabi Khidir.
Hal itu diulas dalam buku “Surat Kepada Anjing Hitam : Biografi dan Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan†yang ditulis oleh Syaiful Rahman.
Menurut Syaiful, karomah tersebut terjadi ketika tengah malam. Waktu menunjukkan pukul 24.00 WIB. Kiai Kholil keluar dari rumahnya ditemani oleh seorang santri senior bernama Kakang Dawud.
Kiai terus berjalan ke arah timur. Tak terasa, akhirnya sampai di Pasar Senenan. Tiba-tiba Kakang Dawud dikejutkan dengan seruan salam kepada Kiai Kholil.
"Assalamualaikum," ucap seorang tak dikenal.
"Waalikumussalam," jawab Kiai Kholil tersenyum.
Ketika keduanya saling melihat, lalu seperti layaknya seorang teman yang lama tidak bertemu. Setelah itu, mereka asyik berbincang-bincang. Sementara Kakang Dawud yang memperhatikan adegan itu tampak gusar.
"Orang ini berbicara kepada kiai tidak pada tempatnya," pikir Kakang Dawud membatin.
"Mestinya sowan ke rumah kiai, besok pagi tah", batin Kakang Dawud terus protes.
Banyaknya nyamuk di sekitar itu yang terus menggoda Kakang Dawud membuat marahnya semakin bertambah. Sebagai santri yang mengiringi kiai, rasanya ingin menegur langsung kepada tamu yang tidak sopan itu. Karena ada kiai saja, perasaan itu dapat ditahan. Setelah cukup lama Kakang Dawud sibuk menepis godaan nyamuk, tampaknya sang tamu ingin mengakhiri pertemuan.
Keduanya lalu berdiri dan sekali lagi berangkulan. Sang tamu pergi menghilang di kegelapan malam. Selesai menemui tamu, kiai menengok kepada Kakang Dawud yang berdiri agak jauh.
"Dawud, kesini Dawud," suara kiai memecah kesunyian malam.
"Enggi, kiai.," jawabnya sambil bergegas menghampiri.
"Kau tahu siapa yang berbicara dengan saya tadi?" tanya kiai datar.
"Tidak tahu Kiai.., "jawab Kakang Dawud polos.
"Dia adalah Nabi Khidir," tutur kiai tenang.
"Hah.., Nabi Khidir ? " desah Kakang Dawud melongo keheranan.
"Kenapa tidak diberi tahu oleh Kiai ?" Kakang Dawud membatin sambil menunduk kecewa.
Melihat kekecewaan yang dalam di wajah muridnya, Kiai Kholil menepuk pundak Kakang Dawud.
"Makanya kalau ikut kiainya harus sabar dan ikhlas," Kiai Kholil sambil tersenyum.
"Harus sabar dan ikhlas ," pesan kiai sekali lagi kepada murid yang disayanginya itu.
"Enggi,..Kiai ...," desah Kakang Dawuda tak dapat menahan linang air matanya.
Write your comment
Cancel Reply