matamaduranews.com-Meski era pandemi covid-19. Perbincangan dunia Parawisata Sumenep lagi hits. Heboh. Tapi hebohnya hanya di Grup WhtasApp. Forum Pariwisata Sumenep.
Pemicu heboh sebenarnya sederhana.
Salah satu tenaga ahli bupati bidang pariwisata, dulu kritis. Ya kritis karena selalu mengkritisi kebijakan kepemimpinan Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim tentang dunia Pariwisata Sumenep.
Tapi, kini ia jadi tenaga ahli Bupati Sumenep Ach. Fauzi di bidang pariwisata.
Tentu tak lagi kritis.
Di tengah kelesuan dunia pariwisata Sumenep karena pandemi covid-19.
Tiba-tiba, para pelaku wisata Sumenep ngobrolin dunia wisata Sumenep.
Jadinya heboh. Ya..heboh di grup WA, doang.
Tapi, ada netizen bernama oreng sumekar menyentil program Visit Sumenep Years yang digagas era Bupati Kiai Busyro.
Kata oreng sumekar, program visit itu sengaja dilempar sebagai bentuk etalase.
Ya etalase Pariwisata Sumenep.
Sejak Visit Sumenep Years dilaunching. Katanya, target awal bagaimana membangun kuantitas, bukan kualitas. Membangun kuantitas sebanyak-banyaknya lewat target capaian agar menarik banyak orang untuk berkunjung ke Sumenep.
Caranya? ya bikin banyak kegiatan seperti pergelaran musik, seni, budaya, kuliner dll.
Saya teringat. Lalu saya tergelitik untuk mengenang program Visit Sumenep Years.
Sejak Kiai Busyro dilantik Bupati Sumenep di periode kedua, Februari 2016. RPJMD sebagai penjabaran 9 janji politik di Pilkada langsung direvisi. Ditambah program Visit Sumenep Years.
Sejak 2016, Branding Visit Sumenep Years digalakkan. Berbagai event dikemas menyambut kehadiran Visit Sumenep. Termasuk menghadirkan Karnaval Inbox SCTV si Sumenep. Dua hari tampil secara live.
Hebat. Saya anggap ini salah satu bentuk keseriusan mensukseskan Visit Sumenep Years.
Sejak awal menjabat Bupati Sumenep di periode pertama. Visit Sumenep sebenarnya sudah dirancang. Walau berlatar pesantren, Kiai Busyro masih berpikir kemaslahatan ekonomi warganya.
Objek pariwisata dipilih sebagai isu utama untuk mendongkrak ekonomi warga Sumenep.
Segala sarana dipersiapkan. Untuk menunjang tercapainya misi kebangkitan ekonomi.
Pembangunan yang ada diintegrasikan untuk kelancaran program Visit Sumenep. Penerbangan reguler Surabaya-Sumenep dirancang agar bisa beroperasi di Bandara Trunojoyo, Sumenep.
Kiai Busyro seperti berpacu waktu. Menjadi Bupati Sumenep di periode pertama 2010. Langkah utama dilakukan adalah Revitalisasi Bandara Trunojoyo menuju operasionalisasi.
Maka dimulailah perbaikan sarana bandara. Menambah panjang run way. Melobi operator maskapai penerbangan agar memasukkan rute penerbangan tujuan Sumenep dari kota-kota besar di Indonesia.
Waktu singkat itu ternyata berbuah.
Belum genap lima tahun menjabat. Penerbangan perintis langsung beroperasi. Yang sebelumnya, Bandara Trunojoyo itu sudah beroperasi. Sebagai sekolah penerbangan di tahun pertama periode awal menjabat.
Di tahun pertama periode kedua, penerbangan reguler dengan ATR/72 langsung beroperasi tiap hari. Rute penerbangan terkoneksi Sumenep-Surabaya-Jakarta lewat maskapai Lion Air.
Inilah gebrakan nyata untuk menyulap kota Sumenep nun jauh dari kota besar. Sebuah kota kecil yang ada di geografis Madura ujung timur.
Dalam pikiran Kiai Busyro, Sumenep dikaruniai Allah berbagai potensi sumber daya alam yang luar biasa. Entah keindahan alamnya. Maupun peradabannya.
Potensi ini dicium untuk mendongkrak peningkatan kesejahteraan ekonomi warganya. Salah satu caranya, ya lewat program Visit Sumenep Years.
Akhir 2017, Pemkab Sumenep resmi me-Launching Visit dan Calendar Event Sumenep 2018, di Kementerian Pariwisata, Jakarta.
Namun, awal pelaksanaan event Visit Sumenep tak serius. Dilaksanakan sendiri oleh OPD. Dihadiri sendiri semua OPD. Dilihat sendiri oleh OPD.
Tidak ada keterlibatan stakeholder. Kalau pun ada yang dilibatkan. Ya itu-itu saja. Para pelaku wisata lokal yang terlibat langsung dengan wisatawan diabaikan.
Branding Visit Sumenep salah sasaran. Uang miliaran untuk publikasi tak maksimal. Tidak ada koki khusus branding. Publikasi dibiarkan bebas. Tak terarah. Ramai publikasi setelah kegiatan usai. Yang penting terserap habis.
Tak ada konsep branding. Kemana sasaran event Visit Sumenep. Tak ada kegelian dari branding. Sebelum event berlangsung.
Publik luar hanya ngerti dari netizen. Selebgram dan pengguna medsos lainnya. Mereka netizen gratisan. Tanpa bayaran. Statusnya lebih heboh dari anggaran publikasi miliaran.
Para netizen Sumenep kreatif banget. Buat vlog. Buat video dari berbagai angle. Menggunakan video drone. Mereka memiliki keahlian di atas rata-rata.
Sebagai outsider, saya menilai OPD terkait tak serius. Bergumam dalam hati. Kasihan ide besar bupati. Yang diterjemahkan ecek-ecek. Asal anggaran habis dilaksanakan.
Sejak itu, saya sempat mencurahkan catatan. Visit Sumenep Untuk Siapa. Anggaran gede. Pelaksanaan asal-asalan. Tanpa melibatkan stakeholder pariwisata. Branding-nya lokalan. Konvensional. Paket hemat lagi.
Di tahun 2019. Minggu kedua Oktober, saya kaget. Diberitahu teman. Ada kegiatan sheculfest (Sumenep Heritage Culinary Festival).
Awal berpikir, akan biasa saja. Seperti event-event yang ada. Saya ngerti, kegiatan itu dianggarkan Rp 200 juta.
Saya kian penasaran. Tanya siapa penanggungjawab event. Ternyata Arif Firmanto, Kadis anyar. Baru dua bulan menjabat.
Malam itu ketemu, esok hari Pak Arif langsung ngirim rundown acara via wa. Saya baru faham kegiatan Sheculfest.
Sebagai orang media, saya ngerti apa yang akan ditulis. Yang bisa trending di google. Tapi saya terbesit. Apakah penanggungjawab publikasi sudah melakukan rilis ke para mitra publikasi. Apakah ada arahan pemberitaan dari berbagai angle dengan media yang bermitra.
Ini saya tak paham. Karena saya outsider. Ketika saya tanya dua tahun lalu, bilangnya sudah sewa konsultan branding. Termasuk sewa konsultan Visit Sumenep. Tapi kok muncul di media publikasi jauh keren dengan netizen gratisan.
Saya penasaran ingin menyaksikan langsung sheculfest di malam pembukaan. Keliling sana-sani. Tak ingin seperti tamu undangan.
Saya lihat malam pembukaan menyuguhkan aneka tarian kolosal dan view digital etnik. 68 stand kuliner sengaja didesain khas etnik Madura.
Bahan stand kuliner teraksesoris bahan daun kering pohon kelapa dan pohon siwalan. Bertaburan lampu lampion. Ternyata dilombakan. Keren panitia. Semua dibuat kompetisi agar maksimal.
Pernak pernik lampion menambah suasana malam sheculfest. Pengunjung diantar ke suasana kota besar. Bukan event di Sumenep.
Yang bikin saya suka di sheculfest adalah vlog competition. Bukan apa. Inilah yang saya maksud memberi peran kepada stakeholder.
Para netizen gratisan di acara sheculfest dihargai. Jeprat sana sini. Pakai drone. Cuap-cuap di depan kamera. Unggah di instagram stories. Berbuah hadiah.
Saya lihat karya video para juara vlog competition yang diunggah. Belum 24 jam sudah yang like ribuan. Emang rata-rata para juara itu selebgram lokal. Panitia jeli. Memanfaatkan potensi.
Wajar kalau kegiatan sheculfest heboh di dunia maya. Juga heboh di saat kegiatan. Karena rangkaian sheculfest ada lima sub kegiatan. Melibatkan banyak orang dan jaringan.
Lihat bagaimana serunya lomba memasak beregu mertua dan menantu. Lomba mewarnai yang melibatkan anak PAUD/TK. Ada workshop kuliner diisi Master Chef Indonesia Chef Juna dan Chef Profesional Chef Budi.
Termasuk penyajian kaldu kokot khas Sumenep sebanyak 750 porsi. Yang berhasil menciptakan rekor dunia dari Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia (Leprid).
Minggu pagi, usai Leprid diserahkan. Saya berbisik ke Pak Arif. Kegiatan super wah. Saya estimasi biaya kegiatan hampir Rp 1 miliar. Pak Arif hanya tersenyum tanpa komen.
Dari kegiatan sheculfest saya baru optimis. Visit Sumenep bakal sukses. Baru dua tahun berlangsung. Ada progres event. Hanya perlu pembenahan dan evaluasi.
Sebagaimana ikrar eks Bupati Kiai Busyro; “Visit Sumenep tanggung jawab bersama. Harus dikelola bersama-sama. Endingnya harus dinikmati masyarakat Sumenep,â€.
Kiai Busyro juga berpesan; kekurangan event perlu menjadi pelajaran untuk diperbaiki. Biar ekonomi warga Sumenep terus menggeliat.
Itu salah satu cara eks Bupati Kiai Busyro memikirkan pergerakan ekonomi warganya.
Bagaimana dengan Bupati Fauzi?
Ya... kita tunggu gebrakannya. Meski sudah hampir 100 hari kerja menjabat sejak dilantik akhir februari lalu. (hambali rasidi)
Sumenep, 29 Mei 2021
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply