matamaduranews.com-PAMEKASAN-Aliansi Mahasiswa As-Syahidul Kabir (ALMASBIR) Pamekasan sukses menggelar Talkshow Interaktif bertajuk "Peran dan Kebebasan Berekspresi Perempuan dalam Organisasi", Ahad (5/07/2020).
Pada kegiatan yang dilakukan secara daring melalui channel Youtube Almasbir Official itu, panitia mengundang Eks Aktivis Perempuan, Mamluhah sebagai narasumber dan Wasilah Pengurus ALMASBIR sebagai moderator.
Menurut Mamluhah, tidak ada perbedaan peran dan hak antara perempuan dan laki-laki dalam organiasi. Namun, kaum perempuan sendiri yang kadang kurang menyadari, bahkan enggan mengambil peran dan hak yang sama tersebut.
"Salah satu faktor kemajuan suatu organisasi adalah adanya peran kaum perempuan," katanya saat menyampaikan materi Talkshow, Ahad (5/07/2020) pagi.
Lebih lanjut, Mamluhah mengungkapkan, peran menjaga eksistensi organisasi, berpartisipasi aktif dalam menjalankan program, menyampaikan aspiasi, atau gagasan untuk kemajuan suatu organisasi sama-sama dimiliki oleh seluruh anggota organisasi baik perempuan atau laki-laki.
"Perempuan harus berpartisipasi aktif dalam menjalankan program yang telah dicanangkan oleh organisasi, karena program dalam organisasi itu bukan hanya dikhususkan untuk laki-laki, tapi juga berlaku bagi perempuan," jelas dia.
Dalam berorganisasi, perempuan jangan hanya ikut-ikutan saja. Mamluhah menegaskan, perempuan juga harus memberikan kontribusi nyata sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
"Misal kemampuannya dalam kepenulisan, teknologi dan lain sebagainya, terus kembangkan kemampuan itu untuk memajukan organisasi," tutur perempuan berparas cantik itu.
Perempuan, kata Mamluhah, juga memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi pemimpin dalam organisasi. Namun masalahnya, perempuan sendiri yang terkadang kurang sadar bahwa ia mempunyai hak yang sama dalam posisi tersebut.
"Hal yang harus dilakukan oleh kaum perempuan adalah kesadaran diri dan mengubah mindset agar tidak terpengaruh oleh budaya patriarki. Harus benar-benar disadari bahwa perempuan punya peran dan hak yang sama dengan laki-laki," terang alumnus HMI IAIN Madura itu.
"Masalahnya, hari ini kadang perempuan sendiri yang terpengaruh pada budaya patriarki tersebut, seolah-olah kita sendiri yang membawa pada ranah domestik saja," imbuh Mamluhah.
Kendati munculnya budaya patriarki menomorduakan perempuan, perempuan tidak boleh memaksa masyarakat untuk menomorsatukan dirinya. Karena jika demikian, berarti perempuan memaksa munculnya budaya matriarki (kebalikan dari patriarki) yang sebenarnya bukan hal baik.
"Makanya, yang harus diubah pertama adalah penanaman mindset dari kita sendiri. Kedua, harus menghargai diri sendiri, karena ternyata masih banyak perempuan yang kurang menghargai dirinya sendiri. Sehingga, mereka mau memposisikan dirinya nomor dua setelah laki-laki," ungkap Mamluhah.
Tenaga pendidik di lembaga As-Syahidul Kabir itu juga menegaskan, perempuan harus memiliki ghirah yang sama dengan laki-laki. Perempuan harus haus akan ilmu pengetahuan dan ilmu agama, karena aktivis perempuan yang baik adalah ia yang memiliki banyak ilmu pengetahuan untuk menyosong kemajuan suatu organisasi.
"Perempuan harus memiliki semangat tinggi yang sama dengan laki-laki. Jangan hanya laki-laki saja yang semangat dalam berorganisasi, jangan hanya ikut, diam dan menjadi pendengar jika memang dirinya ingin memiliki peran dan hak yang sama dengan laki-laki, tapi harus menunjukkan bahwa dirinya juga bisa," pungkas Mamluhah.
Kholisin, Kontributor Pamekasan
Write your comment
Cancel Reply