matamaduranews.com-26 Februari nanti. Fauzi-Eva genap berumur 2 Tahun memimpin Kabupaten Sumenep. Banyak teman bertanya: apa saja yang sudah dilakukan Fauzi-Eva untuk Kabupaten Sumenep?
Pertanyaan itu saya tak jawab langsung. Saya nyari informasi dan mengumpulkan data untuk bahan diskusi.
Dalam pencarian itu, saya dapat berita: kepuasan masyarakat Sumenep terhadap Fauzi-Eva mencapai 76%. Dengan rincian, 60% masyarakat puas. Sedangkan 16 %, masyarakat Sumenep sangat puas. Jika digabung perasaan puas dan sangat puas mencapai 76% atas kinerja Fauzi-Eva.
Amazing.
Saya penasaran mencari hasil survei yang digelar Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang untuk melakukan survei kepuasan masyarakat Sumenep atas kinerja kepemimpinan Fauzi Eva sejak dilantik Gubernur Khofifah akhir Februari 2021 lalu.
Dokumen hasil survei itu saya cari penilaian pembanding. Saya cari orang jauh dari Sumenep. Saya ingat senior di Jawa Pos dulu.
Hasil survei kinerja Fauzi-Eva saya kirim ke senior di Jakarta. Dengan harapan, ada refrensi objektif membaca hasil survei Unibraw.
Sehari dari dokumen saya kirim. Beliau menjawab begini via WhatsApp: "Kalo lihat datanya, Pak Fauzi ini memang bekerja utk rakyat. Data itu menunjukkan rakyat cukup puas," tulis senior lewat aplikasi WA.
Senior itu pernah jadi wartawan Jawa Pos era Kembang Jepun. Kelasnya sudah nasional. Jabatan terakhir Redaktur Jawa Pos Grup di Jakarta.
Senior itu, maaf inisial sengaja tak disebutkan di sini-memberi beberapa pertanyaan ke saya agar didalami dari hasil survei Unibraw. Pertanyaan itu sekaligus untuk menjawab dari data hasil survei. Anggap sebagai pembanding, katanya.
Saya penasaran isi WA-nya. Saya tanya via telpon. Ingin diskusi lebih jauh. Beliau bilang begini: "Pak Jokowi 8 tahun menjabat, kepuasan masyarakat masih 72%. Pak Fauzi baru 2 tahun memimpin Sumenep, kepuasan masyarakat sudah 76%,".
"Duh..kok bisa senior menjawab lugas padahal belum pernah ketemu dengan Bupati Fauzi," gumam dalam hati.
Saya diam. Tertegun mendengar penjelasan senior itu. "Dari data hasil survei: tanyakan, apa kendalanya program yang belum terlaksana," katanya menambahkan materi pertanyaan untuk saya.
Saya disuruh tanya langsung ke Bupati Fauzi. Saya belum wawancara sesuai materi pesanan senior. Saya coba lempar ke Grup-Grup WA tentang survei kepuasan masyarakat Sumenep atas kinerja Fauzi-Eva. Belum ada respon dari aktivis.
Tapi ada yang bicara langsung ke saya. Di warung kopi. Orang Bupati Fauzi itu minta agar kinerja Fauzi-Eva selama 2 tahun memimpin Sumenep diturunkan dalam bentuk tulisan secara bersambung di media saya.
Saran itu ada benarnya. "Berarti saya harus mengulas 8 program unggulan yang dijanjikan Fauzi-Eva saat Pilkada 2020 lalu," balik saya tanya. Orang Bupati Fauzi membenarkan.
"Ulas secara tuntas, bro. Biar publik menilai secara utuh apa yang sudah dilakukan Bapak (Bupati Fauzi red). Nyinyiran biar tak sepotong," ucap orang Bupati Fauzi itu.
Saya manggut. Sambil menghisap batang rokok. Saya tatap wajahnya. Ingin bertanya apa maksud perintahnya ke saya secara mantap. Kok seperti orang menyuruh tanpa beban.
Saya pendam curahan tentang kebijakan Diskominfo Sumenep sebagai OPD yang mengatur anggaran publikasi program Pemerintah Kabupaten Sumenep. Diskominfo Sumenep belum memetakan, apa saja yang harus dilakukan media partner. Konten apa yang perlu dijadikan trending di media partner. Apakah ada evaluasi terhadap viewer situs media partner.
Diskominfo masih belum menetapkan indikator sebagai refrensi untuk media partner dalam memblow-up kinerja Fauzi-Eva.
Di tengah gelayut curahan terpendam. Saya ingat Ainur Rahman, tiktoker lokal. Dia tak punya latarbelakang jurnalis. Dia hanya suka suka buat konten di tiktok.
Tapi, konten-konten nya jadi atensi pejabat Pemkab Sumenep. "Nah..tulisan jurnalis kok kalah ke konten tiktok, ya," gumam dalam hati ketika mendengar si Ainur Rahman, dapat cuan dari tiktok. (*)
Tulisan bersambung: dengan judul Antara Miskun Legiyono dan Bunda Fitri
Write your comment
Cancel Reply