matamaduranews.com-Target pencapaian penurunan stunting hingga 0 persen pada tahun 2030 menjadi perhatian serius pemerintah. Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Timur terus melakukan Sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja untuk menekan angka stunting.
Kegiatan program Bangga Kencana kali ini digelar di Kabupaten Sumenep.
Ratusan mahasiswa tampak antusias mengikuti acara dari awal hingga akhir yang bertempat di Aula Pesantren Kampus Uniba Madura, Jumat 21 Juli 2023.
Mengusung tema Merdekakan Anak Indonesia Dari Stunting dihadiri Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo Ketua Yayasan Qudsiyah Uniba Madura, Achsanul Qosasi.
Hadir sebagai pemateri Marina Ernawati, Kepala BKKBN Perwakilan Jatim. Annisa Zhafarina Qosasi dan Wabup Sumenep Nyai Dewi Khalifah.
"Remaja Keren Cegah Stunting," ucap moderator mengawali acara Program Bangga Kencana.
Annisa Zhafarina Qosasi tampil memukau peserta. Sebelum menyampaikan materi. Annisa memancing peserta dengan embel-embel doorprize.
Flyer Sosialisasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja untuk menekan angka stunting yang digelar BKKBN Perwakilan Jatim bersama Uniba Madura
"Siapa yang ngerti makna stunting?," tanya Annisa yang disambut puluhan acungan tangan peserta.
"Sini maju ke depan. Lihat peserta," ucap Annisa sambil menuntun peserta pria maju ke depan. Tak lama kemudian Annisa memberi kesempatan kepada peserta wanita juga ikut menjawab ke depan.
Annisa menjelaskan, isu stunting menjadi hal krusial karena menjadi ancaman serius terhadap bonus demografi yang dirasakan Indonesia.
"Bonus demografi adalah populasi penduduk yang produktif jauh lebih banyak ketimbang penduduk yang tidak produktif," terang Annisa.
Menurut Annisa, saat ini, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi 70 persen yang berusia produktif pada 2045.
Karena bonus demografi inilah, lanjut Annisa-sangat berdampak kepada peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia.
"Jangan sampai kesempatan emas bonus demografi, gagal dimanfaatkan dengan baik. Populasi bertambah namun tidak produktif, sakit-sakitan dan relatif miskin," papar Sekretaris Yayasan Qudsiyah Uniba Madura ini meyakinkan.
Karena itu, Annisa mengajak kepada mahasiswa yang hadir sebagai calon orangtua agar memperhatikan gizi sejak kehamilan bayi hingga pada balita.
"Anda-anda ini mahasiswa calon orangtua. Perhatikan gizi bayi hingga balita berusia 1000 hari. Agar perkembangan otak dan tumbuh kembang anak tidak stunting," pungkas Annisa.
Sementara Wabup Nyi Eva mengaku bersyukur di masa kepemimpinannya penurunan stunting cukup signifikan.
Dikatakan, pada tahun 2021, angka stunting di Sumenep masih mencapai 29 persen. Pada 2022, angka stunting menurun 7,4 perse. Sehingga penderita stunting menjadi 21,6 persen.
"Semoga pada tahun 2023 angka penderita stunting jadi 15 persen," terang Wabup Nyi Eva.
Wabup Nyi Eva kemudian menjelaskan langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemkab Sumenep dalam penurunan stunting.
"Melalui Program Gerakan Eliminasi Tuntaskan TBC dan Stunting (GETTS) upaya pencegahan dan penanganan stunting yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumenep begitu terasa," pungkasnya.
Akhir materi diisi Marina Ernawati, Kepala BKKBN Perwakilan Jatim. Dikatakan, mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa perlu mengerti apa itu hidup sehat dan terbebas dari stunting.
Sebab, katanya, orang yang terkena stunting itu dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh si penderita stunting pada kemudian hari.
"Target pencapaian penurunan stunting harus mencapai 14 persen pada 2024 dan 0 persen pada tahun 2030. Hal ini perlu dilakukan semua pihak untuk mewujudkan itu. Mengingat Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu 70 persen jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif pada 2045," pungkasnya. (*)
Write your comment
Cancel Reply