matamaduranews.com-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng mahasiswa Madura dalam melakukan penurunan stunting.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, peran mahasiswa sangat penting dalam mempercepat penurunan stunting.
Sebab, katanya, mahasiswa sebagai calon orang tua perlu literasi secara menyeluruh dalam mencegah generasi stunting.
Selain itu, mahasiswa yang calon orang tua juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat pentingnya mencegah stunting.
Dialog nasional stunting ini mengambil tema: Peran Mahasiswa Dalam Pencegaha Stunting digelar secara meriah karena dihadiri ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Sumenep.
Foto bersama dari kiri: Achsanul Qosasi, Bupati Sumenep Achmad Fauzi dan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo sebelum dilakukan jumpa pers usai acara.
Bertempat di Kampus Universitas Bahaudin (Uniba) Madura pada hari Selasa (13/9/2022). Nara sumber dalam dialog nasional itu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi dan Ketua BPK Achsanul Qosasi.
Sebelum dialog nasional dimulai dilakukan MoU antara BKKBN dan Dinas Kesehatan Sumenep dalam program pencegahan stunting yang melibatkan mahasiswa.
Hadir dalam acara dialog nasional itu, Kadinkes Sumenep, Agus Mulyono. Rektor Universitas Bahaudin Mudhary (Uniba) Sumenep Rachmad Hidayat, Ispektur Utama BKKNB Ari Dwikora Tono, Deputi Bidang APDIN BKKNB Sukaryo Teguh Santoso dan ribuan mahasiswa dari lintas kampus yang ada di Sumenep.
Achsanul Qosasi dalam pemaparannya menyinggung bonus demografi dalam bentuk penurunan angka stunting di Indonesia.
"Bonus demografi ini yang menyelamatkan negara. Jika usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif, berarti negara kita selamat," tutur Achsanul.
Karena itu, lanjut Achsanul: pencegahan sebagai bentuk penurunan angka stunting merupakan bagian dari mewujudkan bonus demografi
Bupati Fauzi dalam penjelasan di dialog itu, menyatakan, penurunan stunting di Kabupaten Sumenep dilakukan melalui Program Gerakan Eliminasi Tuntaskan TBC dan Stunting (GETTS).
Program itu melibatkan banyak pihak. Salah satunya melibatkan mahasiswa dalam melakukan edukasi pentingnya mencegah stunting.
"Tentu keterlibatan mahasiswa penting. Dalam Program GETTS melibatkan banyak pihak termasuk mahasiswa juga. Kami akui itu, sebab saya sendiri sering didatangkan ke sini dalam acara yang mendukung keinginan kami dalam mewujudkan pembangunan di Sumenep," tutur Bupati Fauzi.
Rektor Uniba Madura Rachmad Hidayat berjanji akan menindaklanjuti setiap arahan BKKBN dalam membentu pemerintah menuntaskan stunting.
"Kami sekarang memang mendapat predikat baru sebagai kampus peduli stunting. Bahkan saat itu kita langsung tindaklanjuti MoU denhan Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Sumenep," ucapnya.
Memaksimalkan peran mahasiswa dalam penanganan dan pencegahan stunting, Uniba Madura berencana membuka mata kuliah yang berhubungan dengan kasus yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Pusat itu.
"Kami sudah merencanakan KKN Tematik, meteri kuliah KB, sesuai komitmen kami dengan pemerintah baik daerah maupun pusat. Selain itu juga penanganan stunting dan TBC," pungkas Rachmad Hidayat.
Seperti diketahui, salah satu faktor dominan adanya stunting adalah kekurangan gizi buruk.
BKKBN bertindak sejak dini sebelum melakukan penurunan stunting Yaitu melalui pencegahan stunting di Kabupaten Sumenep dengan menggandeng mahasiswa.
Pernikahan dini dan pertumbuhan ekonomi disinyalir menjadi penyebab utama.
Sebelum mahasiswa berkeluarga, perlu memahami arti stunting akibat kekurangan gizi pada anak.
Dalam pertumbuhan dan kecerdasan anak. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat, angka stunting Sumenep pada 2021 mencapai 29,4 persen.
Angka itu menunjukkan Kabupaten Sumenep berada di urutan ke-5 angka stunting terting di Jawa Timur.
Pemkab Sumenep melakukan dua pola pencegahan dalam penurunan stunting. Salah satunya melakukan program Gerakan Eliminasi Tuntaskan Tuberkolusis dan stunting (GETTS).
Selain itu, dana desa juga diarahkan dalam menekan laju pertumbuhan stunting. (*)
Write your comment
Cancel Reply