matamaduranews.com-Tak sedikit anak Sumenep berprestasi tanpa biaya pemerintah. Salah satunya Arita Aprilicyana, duta Jawa Timur di tingkat nasional dalam Festival Pemberdayaan Perempuan.
Arita mahasiswi Unija Sumenep. Arita
sukses menjadi Runner Up 1 Puteri Pemberdayaan Perempuan Provinsi Jawa Timur. Prestasinya dilalui dengan biaya sendiri. Tanpa bantuan pemerintah.
Berita Arita viral karena berprestasi tanpa biaya pemerintah. Tapi tak disebut. Apakah Festival Pemberdayaan Perempuan di Jawa Timur itu program pemerintah? Kalau non pemerintah yang menyelenggarakan. Saya punya pengalaman siswa SD yang terpilih mewakili Kabupaten Sumenep untuk ikut olimpiade matematika tingkat Jawa Timur.
Siswi itu juara di level kabupaten. Dia punya tiket sebagai peserta tingkat Jawa Timur. Ekonomi ortu siswa itu menengah ke bawah.
Saya coba nyarikan bantuan ke Dinas Pendidikan. Saya berpikir anak ini bakal membawa harum nama Sumenep di level Jawa Timur dan nasional.
Lewat Ardiansyah Ali, Kabid SD waktu itu, menyampaikan bahwa olimpiade itu bukan program pemerintah. "Pihak swasta itu yang menyelenggarakan, mas," jawab Ardi via WhatsApp. Saya sampaikan ke ortu siswa itu.
Masih ada lagi anak Sumenep berprestasi tanpa dibiayai pemerintah. Dia kuliah di ITB lewat jalur seleksi nilai. Ririd anak Kalianget. Lulusan SMA 1 Sumenep. Sejak mahasiswa sudah diterima perusahaan IT yang berkantor di Amerika.
Adik kelas Ririd juga ada. Namanya Aqil. Anak Kolor. Kuliah IT di Jogja. Sejak mahasiswa sudah jadi asdos dan kini diterima perusahaan pembelajaran coding yang berkantor di India. Bersama koleganya di ITB dan kampus lain, lagi merancang strat up.
Anak anak Sumenep berprestasi di bidang pendidikan tanpa biaya pemerintah tentu banyak. Ada anak Sapudi yang kuliah di Australia lewat jalur beasiswa. Juga anak-anak berprestasi lainnya tanpa saya sebut.
Ada lagi seorang siswi SMA di Sumenep juga berprestasi. Dia banyak sertifikat memenangi lomba. Namanya IFA. Sekarang kelas akhir SMA. Bercita masuk Fakultas Kedokteran lewat jalur seleksi. Nilai raport rata-rata; 89-90.
Tapi ortunya tak punya kemampuan membiayai si anak untuk kuliah di Fakultas Kedokteran. Kecuali kuliah gratis.
Pertanyaannya, apakah Pemkab abai terhadap siswa berprestasi?
Dinas Sosial Sumenep sudah mengalokasikan beasiswa tiap tahun. Tapi hanya sekali saja. Nilainya Rp 2,5 juta untuk ratusan mahasiswa.
Juga ada Nia Kurnia-yang menyisihkan dari Pokir DPRD Sumenep untuk memberi beasiswa. Juga sekali setiap tahun dengan ratusan mahasiswa.
Sampai di sini. Saya ingat obrolan di WA. "Sekarang banyak orang butuh ke APBD. Karena ekonomi lagi seret,".
hambali rasidi
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply