matamaduranews.com-Artis senior Rima Melati meninggal dunia setelah lama melawan kanker. Rima Melati wafat Kamis (23/6) petang pukul 15.14 WIB ( bukan 15.25 seperti banyak ditulis) di RSPAD Jakarta.
Nama Rima Melati dikenang bukan hanya pemberian Bung Karno. Tapi konstribusi ia dalam dunia seni peran cukup memberi arti bagi generasi setelahnya.
Berita kematian Rima pertama kali memang diposting oleh istri almarhum aktor dan politikus Sophan Sophiaan itu di WAG komunitas artis senior Indonesia.
Sejak berita kematiannya menyebar di media pers, media sosial, terutama di group WhatsApp, praktis sejak itulah menyebar ungkapan berkabung atas kepergian seniman lintas jaman dan lintas pergaulan.
Sekitar seminggu lalu, ketika baru beberapa hari diopname di RSPAD merebak berita hoax tentang kematian Rima.
Rima Melati memang sejak awal Mei dirawat di RS akibat komplikasi penyakit. Dia pertama kali dirawat di RS Pondok Indah Bintaro. Sekitar sebulan. Setelah itu pindah ke RSPAD karena kebutuhan cuci darah dimana peralatannya lengkap dimiliki RS tentara itu.
Semasa hidup, jiwa Rima Melati melekat dengan akting. Ia sangat aktif berkarya di dunia seni peran sejak 1958 silam. Mengawali karier sebagai model, Rima Melati akhirnya mulai jatuh cinta dengan akting.
Film pertama yang dibintangi Rima adalah Djuara Sepatu Roda karya sutradara Wim Umboh.
Akting Rima Melati mulai diterima masyarakat Indonesia. Ini dibuktikan dengan sederet judul film berhasil dibintanginya. Rima Melati sudah tampil di hampir 99 judul film layar lebar. Tidak hanya piawai berakting di depan layar, wanita kelahiran Tondano, 22 Agustus 1939 ini pernah menjajal bangku sutradara untuk film Bali Forever (2007) dan Blanco, the Colour of Love (1997).
Nama Pemberian Bung Karno
Rima Melati terlahir dengan nama Marjolien Tambajong (EYD: Maryolien Tambayong) 22 Agustus 1939 di Hindia Belanda. Rima adalah putri kedua dari empat bersaudara pasangan Marinus Van Rest dan Non Kawilarang (27 Oktober 1917-27 Juni 1997). Ibunya, Non Kawilarang, seorang perancang dan perintis dunia mode Indonesia. Ia merupakan saudara kandung dari Dorothea Tambayong yang merupakan ibu dari aktris Debbie Cynthia Dewi.
Nama Rima Melati pemberian Presiden pertama Indonesia, Soekarno atau Bung Karno. Nama aslinya, Marjolien Tambajong dianggap terlalu kebarat-baratan. Soekarno lantas mengganti nama Marjolien Tambajong jadi Rima Melati sekitar awal 1960-an. Inspirasi nama Rima sebetulnya didapatkan dari Marjolien, tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959).
Saat itu, Rima Melati tengah mengandung anak keduanya yang ingin diberi nama Rima jika perempuan. Sayangnya, janin itu meninggal sebelum dilahirkan. Putri perancang busana Non Kawilarang ini merasa sangat terpukul hingga membuatnya berkeluh kesah dengan Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima dan akhirnya dikombinasi dengan Melati.
Semasa hidupnya Rima telah membintangi puluhan judul film Nasional, mengantongi beberapa Piala Citra atas prestasinya di dunia seni peran. Penghargaan serupa dari Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) bahkan diraih tiga kali berturut- turut di awal tahun 70 an. Piala Citra FFI, lambang supremasi tertinggi atas seni peran, diraih pertama kali pada FFI 1973 lewat film “Intan Berduri†yang dibintangi akto Benyamin Suaeb yang juga berhasil meraih Piala Citra.
Empat tahun lalu Rima masih berusaha comeback untuk melepas kangen. †Ia mencoba bermain dalam sinetron, namun kondisi kesehatannya tidak lagi memungkinkan. Dia pun stop,†cerita Widyawati.
Berbicara mengenai Rima tidak hanya tentang kecantikan, tetapi juga mengenai pribadinya sebagai manusia yang luar biasa memikat. Ini yang layak diteladani. Sejak muda dia sudah menjadi artis papan atas, namun dalam kehidupan sehari-hari tetap bersikap “humble†sederhana dan populis. itulah yang menonjol dan dikenang banyak orang sepeninggalnya. Saya mengenal pasangan Rima dan Frans Tumbuan puluhan tahun lalu. Ketika itu saya masih wartawan pemula, Rima sudah sudah artis sangat terkenal kelas papan atas, dan sukses pula sebagai enterpreuner di Indonesia. Tetapi hingga puluhan tahun sikap itu tidak lekang. Tetap ramah dan ramai. â€Â Bergudil -gudil†ungkapan khas dan ciptaannya sendiri untuk menunjukkan keakraban dengan siapapun. Frans Tumbuan juga begitu sampai usia perkawinan mereka menginjak 43 tahun (Frans Wafat 2015) tidak berubah.
†Itu ungkapan khasnya. Artinya lebih kurang enjoy saja, kita ngobrol yang ringan-ringan saja †terang Widyawati. Radio Elshinta yang mewawancarai semalam dalam perjalanan menuju taping talkshow Indonesia Lawyers Club milik Karni Ilyas, saya ceritakan pribadi Rima seperti dalam ungkapan â€Â bergudil-gudil†itu.
Idap Kanker
Di masa keemasan kariernya, Rima harus menerima kenyataan pahit. Dalam tubuh bintang film Intan Berduri ini bersarang sel-sel kanker. Ia pun memutuskan berhenti dari kebiasaan merokok yang sudah dimulainya sejak usia 16 tahun. Serangkaian pengobatan pun dijalaninya demi mendapatkan tubuh yang bugar lagi.
Menyesal Suami Meninggal karena Diabetes
Meninggalnya Frans Tumbuan akibat sakit diabetes pada 2015 sempat membuat Rima Melati merasa bersalah. Ibu tujuh anak ini merasa dirinya tidak menjaga pola makan Frans Tumbuan dengan baik, sehingga terserang diabetes.
Selama hidup bersama, pernikahan sejak 3 Desember 1973, Frans Tumbuan selalu ingin memanjakannya tanpa memikirkan kesehatan. Sehingga Rima Melati merasa terpukul begitu tahu suaminya mengidap penyakit berbahaya.
Seperti diketahui, Frans Tumbuan meninggal pada usia ke-76 di RS Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 23 Maret 2015 pukul 00.37 WIB. Jenazah Frans dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 25 Maret 2015. (ngopibareng/kempalan)
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply