Zarnuji
matamaduranews.com-Kalau seseorang atau kelompok tidak mampu melawan dengan berhadap-hadapan, biasanya akan melawannya dengan nyèlèp. Itulah yang dilakukan Hamas terhadap Israel, 7 Oktober 2023.
Nyèlèp adalaha bahasa Madura yang berarti melawan dari belakang atau secara diam-diam. Baik karena alasan takut, tak ingin diketahui orang lain, atau karena menganggap pihak lawan lebih kuat.
Ironisnya, yang bikin dunia terbelalak, Israel yang juga punya Mossad (komunitas intelijen) tidak bisa memprediksi serangan militan Palestina jauh hari sebelumnya.
Entah karena Hamas yang melakukannya dengan cerdik atau memang Israel yang ngèntèngagi (mengentengkan) kekuatan nasionalisme Palestina, sehingga bisa "kecolongan".
Israel mungkin lupa, jika orang atau kelompok yang selama ini regget (marah) karena kasus yang menimpa sebelumnya, suatu waktu berpotensi akan membalas terhadap orang yang dianggap bertanggung jawab atas kasus tersebut.
Kalau selama ini Hamas diam, bukan berarti mereka mengaku kalah dan menerima, tapi mereka ngampet (menahan) sambil menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.
Pola balas dendam seperti yang dilakukan Hamas itu sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa terjadi di belahan dunia, sehingga negara harus bisa memprediksi dan mengantisipasi peristiwa semacam itu.
Berbeda dengan pemerintahan Palestina, meski Jalur Gaza seringkali di bombardir tentara Israel, mereka tidak mampu untuk mengantisipasi dan memprediksinya karena alasan negara lemah atau sedang dijajah, sehingga nyawa warga sipil tak berdosa seringkali melayang dengan mudah.
Nyèlèp atau berbagai konsep lainnya sejatinya sudah menjadi kajian para teoritikus seperti Antonio Gramsci dengan teori hegemoninya, Lewis A. Coser dengan fungsionalnya, Karl Marx dengan perbedaan kelas ekonominya, dan beberapa pencetus teori konflik lainnya.
Dari teori yang mereka tawarkan, sudah tidak dapat terelakkan suatu konflik terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan perbedaan kepentingan. Baik dari yang terkecil di tingkat keluarga, negara, hingga dunia.
Wallahu a'lam
Zarnuji, Dosen sekaligus mantan jurnalis yang berdomisili di Kabupaten Sumenep, Madura
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply