matamaduranews.com-Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp 15.020 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.992 per dolar AS.
Aanalis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, US dolar sangat kuat setelah data menunjukkan kenaikan besar pada inflasi.
“Ini yang menambah kekhawatiran akan resesi global dengan imbal hasil obligasi US 2 tahun naik lebih tinggi dibandingkan yang 10 tahun (inverted yield curve). Hal ini menyebabkan aset dan mata uang beresiko tertekan,†kata Lukman Leong, Kamis 14 Juli 2022, seperti dikutip disway.id.
Efek rupiah melemah sangat sensi karena karakteristik emiten Indonesia masih memiliki kewajiban dalam mata uang asing terutama dolar AS dalam jumlah yang besar dalam neraca (balance sheet). Hal ini yang perlu diwaspadai sebagai penyangga beban berat.
Sekedar diketahui, dikutip dari cnbcindonesia,beberapa sektor yang sensitif terhadap pelemahan nilai tukar rupiah karena karakteristik industrinya.
Pertama adalah sektor farmasi. Sektor ini cenderung mengandalkan bahan baku impor karena memang bahan baku tersebut tidak tersedia dari dalam negeri lantaran industri pendukung yang belum memadai.
Pelemahan rupiah yang berkepanjangan akan berdampak pada biaya produksi yang meningkat dan menjadi ancaman bagi marjin laba. Salah satu perusahaan di sektor farmasi yang disorot adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Selain di sektor farmasi, emiten yang juga memiliki eksposur risiko terhadap dolar AS dari sisi neraca keuangan karena memiliki kewajiban berupa obligasi USD adalah saham-saham bank pelat merah.
Bank pelat merah seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga memiliki kewajiban berupa obligasi berdenominasi dolar AS.
Selain bank, ada juga perusahaan yang bergerak di sektor gas yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang juga memiliki obligasi berdenominasi dolar AS.
Di sektor telekomunikasi juga ada emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang memiliki obligasi dengan denominasi valas.
Pelemahan rupiah memang akan berdampak pada kinerja keuangan emiten.
Namun sebagai seorang investor patut juga untuk menelaah lebih jauh bagaimana strategi perusahaan atau emiten tersebut untuk memitigasi risiko yang dihadapi karena tentunya setiap emiten akan menjalankan fungsi planning dan risk management agar tetap mencatatkan kinerja yang solid.
Informasi dari situs disway.id, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup melemah dipicu rilis data inflasi Amerika Serikat Juni yang melampaui ekspektasi pasar.
Indeks harga konsumen (IHK) AS pada Juni 2022 meningkat 9,1 persen (yoy), melebihi estimasi pasar 8,8 persen dan merupakan kenaikan terbesar sejak 1981.
Rilis inflasi Juni yang melebihi estimasi tersebut memberi peluang bank sentral menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin selama pertemuan bulan ini.
Dari dalam negeri, lanjut Lukman, meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 juga menekan rupiah. Mengutip laman covid19.go.id, terdapat penambahan 3.822 kasus baru pada Rabu 13 Juli 2022 kemarin.
“Sedangkan BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan minggu depan yang akan bisa menekan pertumbuhan ekonomi,†terang Lukman.
BI memutuskan masih mempertahankan BI7DRR sebesar 3,5 persen, meski beberapa bank sentral negara lain telah melakukan penyesuaian suku bunga.
Suku bunga 3,5 persen itu telah bertahan selama 15 bulan atau sejak Maret 2021.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp 14.999 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 14.993 per dolar AS hingga Rp 15.038 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis melemah ke posisi Rp14.999 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.985 per dolar AS.
Terpisah, delegasi Bank Dunia menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara yang mampu menjaga stabilitas perekonomian dengan level angka pertumbuhan sekitar 5 persen.
Hal itu disampaikan saat Presiden Joko Widodo menerima delegasi Bank Dunia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis. Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam kegiatan tersebut.
Delegasi yang hadir yakni Axel van Trotsenburg selaku Managing Director of Operations, Manuela V. Ferro selaku Regional Vice President East Asia and Pacific, serta Satu Kahkonen selaku Country Director Indonesia and Timor-Leste.
“Mudah-mudahan bisa mencapai di atas 5 persen pada tahun ini dan kita sudah buktikan pada setidak-tidaknya semester pertama ini mungkin mendekati di atas 5,1 persen,†kata Suharso dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 14 Juli 2022.
Suharso menjelaskan bahwa di antara negara-negara yang sedang menghadapi situasi serba sulit, Bank Dunia memberikan penilaian positif atas perkembangan ekonomi Indonesia saat ini.
Bank Dunia, kata Suharso, mengucapkan selamat atas Keketuaan Indonesia dalam G20. Delegasi Bank Dunia juga menaruh banyak harapan pada Indonesia dalam Keketuaan G20 kali ini.
Selanjutnya, Bank Dunia juga menyarankan Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dari sumber-sumber lain, seperti dari ekspor.
Terkait ekspor, Bank Dunia menilai perlu reformasi struktural yang dapat mengurangi hambatan tarif (tariff barriers).
"Jadi tariff barrier itu kalau bisa dikurangi dan dengan demikian Indonesia punya sumber pertumbuhan yang lain selain investasi yang sekarang sudah dilakukan,†kata Suharso.
Bank Dunia juga menyatakan komitmennya untuk mendukung Indonesia dalam hal keamanan pangan dan transisi energi, termasuk memuji Indonesia yang telah menyiapkan peta jalan untuk ekonomi hijau ke depan.(disway.id/cnbcindonesia)
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply