Catatan: Hambali Rasidi
Baca di facebook dan WhatsApp. Seminggu ini. Ada dua foto Bacabup PKB Fattah Jasin yang lagi viral.
Foto pertama, Fattah Jasin bersama Hairul Anwar sedang shalat bareng.
Netizen membully. Mereka menyebut posisi imam dan makmum sejajar dalam shalat. salah.
Hairul dan Fattah Jasin sedang shalat dalam posisi duduk tahiyat.
Netizen melengkapi dalil hadits menyalahkan gambar itu. Tak lupa dalam gambar itu diberi garis lurus. Sebagai tanda dua orang yang sedang shalat dalam posisi sejajar.
Semula saya bingung. Kenapa netizen memviralkan foto gambar dua orang shalat. Yang belum tentu kebenaran tudingan posisi imam dan makmum sejajar.
Tapi, ada netizen yang menjelaskan gambar itu. Katanya, Fattah Jasin dan Hairul sedang makmum shalat Maghrib di kediaman kiai salah satu pengurus PKB kecamatan.
Sore hari keduanya memang ikut acara PKB hingga jelang Maghrib.
Foto kedua, Hairul dan Fattah Jasin berfoto. Berlatar keranda jenazah yang hendak dibawa ke liang kubur.
Hairul dan Fattah Jasin waktu gambar foto itu diambil orang usai mendoakan almarhum Imam Idhafi, Kades Parsanga yang meninggal dunia, Sabtu.
Netizen di facebook dan WhatsApp membully dengan kata-kata ambigu. Karena Hairul dan Fattah Jasin tersenyum dengan latar keranda.
Saya bertanya, siapa netizen yang memviralkan. Fotonya beredar di sejumlah grup WhatsAppp dan grup Facebook.
Entahlah...
Seminggu ini. Fenomena bully Fattah Jasin.
Saya ingat Presiden Donald Trump. Saat menang Pilpres AS, 8 November 2016, silam.
Banyak orang terkejut atas kemenangan Trump.
Pasar saham anjlok. Nilai tukar melemah.
Publik tak menyangka. Trump yang banyak dicitrakan negatif di media sosial.
Bisa mengalahkan Hillary Clinton. Capres yang dicitrakan calon pemimpin AS bisa membawa perubahan di mata dunia.
Saya yakin, kemenangan Trump bukan tanpa strategi. Digital marketing sengaja terdesign oleh konsultan Trump.
Popularitas Trump sengaja dipompa. Lewat strategi anti mainstream (arus utama)
Traffic pembicaraan Trump di media sosial di luar dugaan. Puluhan juta orang Amerika membincangkan Trump selama kampanye.
Tentu pembicaraan nyinyir. Trump dibully.
Trump dicitrakan sebagai sosok amoral. Tak ngerti akhlak dan sombong.
Begitu sederhananya bahasa mayoritas warga Amerika membully Trump.
Namun, di luar citra jelek itu. Tren kemenangan Trump mulai terlihat. Jelang detik-detik pemilihan.
Lihat, hasil analisis BrandEye yang mencermati korelasi jumah cuitan di Twitter dengan hasil Pilpres.
Sehari jelang pemilihan. 200.000 tweet di 11 negara bagian. Lebih dari 50 persen responden di enam negara bagian pro kepada Trump.
Di era revolusi industri 4.0. Dunia maya bisa menjadi salah satu barometer tren kemenangan kontestan dalam event politik.
Indikator publik bisa menjadi refrensi opini politik.
Fenomena Trump, kata pengamat politik seperti ditiru oleh mantan Capres Prabowo jelang Pilpres 2019.
Prabowo sengaja menuding media massa dan wartawan berbohong dan memanipulasi demokrasi.
Pernyataan protes Prabowo kepada media itu karena media dan wartawan kurang merespons isu Reuni 212.
Prabowo menganggap banyak media mainstream yang tidak meliput aksi 212.
Situs online, Tirto mencatat, puluhan media cetak ramai-ramai memberitakan ucapan Prabowo saat berpidato dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta.
Media mainstream tanpa sadar ikut memviralkan ucapan Prabowo dengan jumlah beritanya cukup fantastis. Ada 159 judul berita media cetak yang terbit keesokan harinya.
Framing pemberitaannya pun hampir semua sama.
Pengamat politik menilai Prabowo sengaja menggunakan isu media massa. Dengan tujuan menguasai perbincangan dan mengarahkan opini publik.
Targetnya, menarik simpati publik. Lalu mengerek elektabilitasnya.
Saya teringat video 'pengkot' yang dilontarkan Fattah Jasin. Nama Fattah Jasin kian popular. Namanya jadi perbincangan di warung-warung, rumah ke rumah.
Saya curiga. Jangan-jangan video 'pengkot' itu bagian dari strategi konsultan.
Bayangkan, pertemuan keluarga dan pertemuan bersama teman-teman lamanya.
Lalu video itu bocor jadi konsumsi publik.
Entahlah.
Bocor atau sengaja dibocorkan ke publik.
Yang pasti, ketika itu tiap menit orang membincangkan Fattah Jasin.
Sebelum video itu viral. Tak banyak orang ngerti siapa Fattah Jasin.
Setelah popular namanya. Strategi kampanye Fattah Jasin sepertinya diubah.
Sosok Fattah Jasin mudah bergaul. Guyub jika diajak lawan bicara.
Mencerminkan sosok yang egaliter. Tanpa batas dan tanpa jarak.
Siapa pun bisa mendekat.
Pesona Satelit 12 Juli 2020
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply