Catatan
Banjir, Ngangenin Bupati Badrut
Catatan: Johar Maknun*
matamaduranews.com-Kemarin siang saya ke lokasi banjir di Desa Laden, Barat Sungai.
Saya masuk dari arah kuburan. Saya sempat berbincang dengan beberapa warga korban banjir.
Mereka mengeluh ketidakhadiran Bupati Badrut di tengah-tengah warga terdampak. Warga lain mengeluhkan air yang tak surut-surut.
Soal ketidakhadiran Bupati Badrut, saya mencoba menjelaskan bahwa Pak Wabup Raja'ie mewakilinya untuk datang ke lokasi korban banjir bersama pejabat yang lain. Seperti Kapolres dan Pak Dandim.
Namun, penjelasan saya dianggap tak berarti. Bagi mereka, banjir merupakan musibah yang mengganggu ketenangan dan kenyamanan kehidupannya. Dampak psikologisnya, bisa reaktif dan rentan tersulut emosi.
Begitulah logika rakyat korban banjir. Meski sadar bahwa banjir merupakan ujian yang datang dari Sang Maha Kuasa, Allah Swt. Tapi mereka butuh kehadiran bupati. Sosok pemimpin yang bisa mengobati ketidaknyamanan bathiniyah akibat dampak banjir.
"Kaule tak parlo Wabup," ucap seorang ibu yang terlihat emosi menghampiriku.
Saya memaklumi. Ibu-ibu begitu emosi menghadapi banjir. Mereka emang punya bawaan tak mau melihat hal-hal kotor. Apalagi banjir. Masih psikologinya tak stabil. Gampang tersulut emosinya.
Apalagi ibu-ibu punya ikatan psikologi politis dengan Bupati Badrut. Bukan dengan Wabup Raja'ie. Meski Bupati dan Wabup satu paket.
Tapi, ibu-ibu korban banjir itu mengaku pendukung setia Badrut Tamam saat Pilbup Pamekasan 2018 lalu.
Ibu-ibu itu memiliki election factor. Wajar jika mereka rindu pada sosok yang dipilih sebagai pemimpin Pamekasan.
Gara-gara banjir, bisa ngangenin. Begitu kira-kira.
Jika dilihat dari kerangka kebijakan publik. Banjir atau bencana alam selalu menanyakan dua hal, manajemen infrastruktur dan manajemen evakuasi.
Dari hal manajemen infrastruktur banjir, Pemkab Pamekasan termasuk kurang antisipatif.
Normalisasi kali berupa penebingan kali di satu sisi memang melindungi pemukiman dari luapan sungai. Tapi dari sisi lain, tebing sungai telah menghambat surutnya air di pemukiman.
Solusinya adalah pompa dan perbaikan drainase pemukiman. Sayangnya di tengah-tengah drainase yang buruk, Kota Pamekasan hanya punya satu pompa banjir yaitu yang terletak di laden (mohon koreksi jika data pompa salah).
Padahal di Pamekasan ada banyak titik rawan pemukiman yang berpotensi banjir, yaitu Laden, Jungcangcang, Gurem, Jembatan Baru, serta Patemon.
Demikian juga dalam hal evakuasi. Saya saksikan sendiri di sejumlah lokasi banjir tak terlihat perahu karet.
Warga terpaksa berjibaku sendiri. Berjalan di lokasi banjir yang tingginya hingga ke dada (daerah tertentu).
Belum lagi droping logistik yang minim. Lengkap penderitaan warga korban banjir.
Fenomena ini seperti kata omelan ibu-ibu korban banjir. Butuh Pemimpin yang benar ikhlas dari hati untuk memikirkan penderitaan rakyat.
Johar Maknun, Kabiro Mata Pamekasan
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.
Write your comment
Cancel Reply